Saturday, October 6, 2012

Kayu Kabau


Kabau adelah ulam makan hasenye campuran antare hase petai dang jeheng. Paleng ilok kalu buah kabau itu digoreng untok dijadikan ulam makan. Ulam kabau goreng pacak meningkatkan selera makan. Buah kabau goreng sebaeknye cuman dijadikan ulam makan bai, jangan dimakan langsung. Kalau dimakan dengatek campuran makanan ye laen, kalu jadi kaput.

Kerajaan: Plantae, Filum: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Fabales,  Famili:   Fabaceae, Upafamili: Mimosoideae, Genus: Archidendron. Archidendron microcarpum (Benth.) I.C.Nielsen.
 
Kabau adalah lalapan sejenis petai atau jering. Kabau berupa buah yang lonjong berwarna hijau dan berbentuk seperti kacang polong, tapi kalau dibelah kulitnya berjejer beberapa buah, berkulit hitam dan berdaging hijau di dalamnya. Biasanya, tanaman ini hidup di daerah tropis, dan termasuk tumbuhan liar yang tumbuh di hutan-hutan Sumatera. Buah ini berbau tidak sedap seperti jering dan petai, inilah yang menjadikan kabau sebagai sayuran yang dikonsumsi layaknya kedua tumbuhan tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kabau merupakan buah yang beraroma tidak sedap yang dapat dikonsumsi. Nama lain dari kabau adalah jering hutan atau jering tupai.

Di daerah Rejang, kabau dikonsumsi sebagai lalapan dan biasanya dikonsumsi dengan nasi yang bergulai lema, tempoyak, ataupun gulai khas Sumatera lainnya. Berdasarkan pengalaman yang ada, kabau memiliki zat kapur yang seperti dimiliki jering. Ini bisa mengakibatkan kaput, yang ditandai dengan susah buah air seni dan adanya zat seperti kapur yang keluar bersamaan dengan urin.

Sepenggal Kenangan

Pohon kabau ditengah ladang padi milik guru SD kami Wagiono terletak di umbul Sangarus, desa Datar Lebuai, kecamatan Air Naningan, kabupaten Tanggamus, provinsi Lampung. Pohon kabau tersebut tumbuh rimbun batang setinggi 12 meter, bercabang banyak daunnya rimbun dan buah sangat lebat. Namun sayang diatas banyak semut angrang disebut dalam bahasa Lubai Kehengge. Sepernggal kenangan bagi penulis adalah ketika hujan lebat, penulis langsung memanjat pohon kabau tersebut. Buah-buahnya besar-besar dan sudah tua semuanya, buahnya berwarna hitam. Satu demi satu penulis petik buah kabau tersebut, setelah 2 jam lamanya memanjat pohon kabau, penulis turun untuk memungguti hasil petikan buahnya. Setelah dikumpulkan buah kabau tersebut, lebih kurang mendapat sebanyak 3 kilo gram.
Buah kabau tersebut penulis bawa pulang kerumah keluarga penulis di umbul Sekampung Kuning, yang berjarak lebih kurang 5 kilo meter dari ladang padi guru SD penulis. Setelah sampai dipondok keluarga penulis sebagian buah kabau digoreng dan sebagian lagi dijadikan bibit, untuk ditanam ditengah kebun kopi milik keluarga penulis.
Suatu kenangan indah yang sulit untuk dilupakan pada tahun 1973, saat penulis duduk dikela enam Sekolah Dasar Negeri desa Datar Lebuai, kecamatan Air Naningan, kabupaten Tanggamus, provinsi Lampung.

No comments:

Post a Comment