Saturday, October 27, 2012

Padi ketan putih


Desa Tanjung Jairangau, jaraknya 106 Km dari kota Sampit mempunayi kekayaan lokal mereka ternyata ada yakni padi sawah jenis Serawai kecil dan besar serta Padi Ketan ketutut.  Padi Serawai umurnya 4 bulan dan nasinya sangat enak kata mereka (pulen), malai panjang dan produksinya di Ubin 3,4 Ton/ha tanpa pupuk lengkap.  Postur tanamannya tinggi lebinh dari ciherang atau sekitar 1,4 meter dan ini cocok untuk daerah lebak karena juga toleran kemasaman tanah.  Kalau padi ketan ketutut, saya lihat sendiri anakannya banyak malai panjang namun bulir agak kecil umur 4 bulan.

________________________________


Beras Ketan, Enrekang juga terkenal akan beras ketannya. Pulu' Mandoti, salah satu beras lokal jenis ketan wangi yang langka. Hanya dapat tumbuh di wilayah pegunungan berketinggian 700 dpl, Desa Kendenan, Kecamatan Baraka, sekitar 60 km dari Kota Enrekang, ibukota Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Beras ketan ini termasuk beras yang harganya paling mahal dari semua jenis ketan di Indonesia berdasarkan data Media April 2012 kemarin. 1 Desa sebagai penghasil Beras ketan/Pulu' Mandoti yakni Desa Kendenan, menjualnya dengan harga Rp 50.000 per liternya. Selain untuk dibuat Sokko' alias nasi ketan, banyak pembeli beras menggunakannya sebagai campuran pewangi untuk beras biasa.

"Satu liter Beras ketan/Pulu Mandoti jika dicampur dengan satu karung – sekitar 40 liter beras biasa, sudah mampu membuat keseluruhan beras biasa tersebut menjadi wangi, menimbulkan selera orang untuk memakannya," jelas Jallopa.

Ada kejadian unik lainnya dari Pulu' Mandoti ini , sudah sejak lama banyak orang mengambil bibit padi Pulu' Mandoti untuk ditanam atau dikembangkan di luar wilayah Desa Salukanan bahkan sampai di Jepang. Namun ternyata hasilnya tidak beraroma wangi seperti Pulu' Mandoti yang ditanam di Desa Kendenan.

Percobaan penanaman seperti itu, menurut Jallopa sudah berulangkali dilakukan namun hasilnya tetap nihil. Warga Desa Tallang Ura Kecamatan Curio contohnya, yang bertetangga langsung dengan Desa Kendenan, namun hasilnya juga tidak sama. Padahal, sebut Takdir, sumber air untuk pengairan sawah-sawah di Desa Tallung Ura dan Desa Salukanan sama, yaitu berasal dari mata air pegunungan Kalo Tombang, Sengka, Orong, Pedallen, dan Kalo Matangon.

"Benih padi Beras ketan/Pulu Mandoti yang di tanam di luar areal Desa Kendenan tetap tumbuh, tapi aroma dan rasanya tidak sama dengan Beras ketan/Pulu Mandoti yang ditanam di Desa Kendenan,"


Diduga tanah-tanah di Desa Kendenan memiliki unsur hara yang spesifik memberikan nilai tambah dalam bentuk rasa maupun aroma terhadap berbagai jenis tumbuhan yang ditanam di atasnya. khususnya Beras ketan.

No comments:

Post a Comment