Monday, February 13, 2012

Jembatan Pematang


Jembatan Pematang berada diatas sungai Pematang yang muaranya mengalir ke sungai Lubai. Sungai Pematang terletak dihilir desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim. provinsi Sumatera Selatan.

Kepada Sanak Saudara Serumpun Lubai diberitahukan bahwa pada jalan lintasan didekat jembatan ini sudah sering terjadi kecelakaan yang memakan korban jiwa. Oleh sebab itu jika sudah mendekati Jembatan Pematang, lambat laju kendaraan anda.

Saturday, February 11, 2012

Buah Terap



Terap atau tarap adalah sejenis pohon buah dari marga pohon nangka (Artocarpus). Buahnya serupa nangka yang kecil, dengan bau wangi yang kuat, seperti dicerminkan oleh nama ilmiahnya: Artocarpus odoratissimus. Buah ini juga dikenal sebagai marang (Filipina) atau Johey Oak (Ingg.)
Buah ini adalah sekitar pertengahan antara nangka dan sukun, dan anggota keluarga yang sama. Tumbuhan in pohonnya lebih besar dari biasanya nangka.

Deskripsi pohon

Pohon Terap tingginya mencapai 25 m, dan batangnya dapat mempunyai diameter sampai 40 cm, warna kulit pohonnya keabu-abuan. Ranting dengan bulu-bulu panjang kuning sampai kemerahan. Berumah satu (monoecious).
Daun berbentuk jorong sampai bundar telur terbalik, 11-28 × 16-50 cm, bertepi rata atau menggerigi dangkal, berujung tumpul atau sedikit meluncip, bertangkai 2-3 cm. Daun penumpu bundar telur, 1-8 cm, berbulu kuning atau merah, bila rontok meninggalkan bekas cincin pada ranting.
Bunga dalam bongkol soliter, yang muncul pada ketiak daun. Bongkol bunga jantan berbentuk jorong sampai gada, 2-6 × 4-11 cm.
Buah majemuk (syncarp) agak bulat, sampai 13 × 16 cm, kuning kehijauan bila masak, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak pendek, bertangkai panjang 5-14 cm, muncul di ujung ranting seperti pada sukun. Daging buah (semu, yang sebetulnya adalah perkembangan dari perhiasan bunga) berwarna keputihan, mengandung banyak sari buah, manis dan harum sekali, terasa licin lunak dan agak seperti jeli di lidah. Biji (perikarp) 8 × 12 mm. 
Manfaat buah
Buah terap yang berukuran besar itu disenangi, karena daging buahnya yang membungkus biji rasanya manis, banyak mengandung sari buah dan harum baunya, yang dapat dimakan dalam keadaan segar atau sebagai campuran dalam kue. Buahnya konon memiliki rasa yang lebih enak daripada nangka. Bijinya dapat dimakan setelah dibakar atau direbus; biji yang direbus (selama 30 menit dalam air garam) memiliki rasa yang lebih enak. Buah muda juga dapat dimasak bersantan dan dimakan sebagai sayur.

Pedoman Budidaya


Terap diperbanyak dengan benih. Benih itu dikeluarkan dari buah yang masak, dicuci dengan air sebaik-baiknya dan langsung disemaikan di persemaian, pada medium tanah liat berpasir. Benih terap ini tidak dapat mempertahankan viabilitasnya dalam jangka waktu yang panjang. Semai kemudian dipindahtanamkan ke dalam wadah setelah daun pertamanya menjadi dewasa. Karena benih dapat berkecambah dengan baik, dapat pula langsung dikecambahkan pada wadah. Kecambah tumbuh sangat cepat dan siap ditanam di lapangan jika telah berumur sekitar 1 tahun. Jarak tanam di lapangan adalah 12-14 m, dan sebaiknya ditanam pada awal musim hujan. Percobaan perbanyakan terap dengan pencangkokan gagal memberikan hasil yang baik; cabang dapat berkalus 33-34 hari, tetapi gagal tumbuh akar. Terap dapat juga diperbanyak dengan tunas atau diokulasi pada ‘gumihan’ (A. elasticus) atau disambung-sanding (inarching) dengan sukun (A. altilis (Parkinson) Fosberg).

Sepenggal kenangan
  1. Sepenggal kenangan pada tahun 1970, ada sebatang pohon Terap di areal kebun Karet keluarga penulis ataran Buloh Jawe desa Jiwa Baru kecamatan Lubai kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Batangnya besar, daunnya rimbun buahnya banyak. Pohon itu tumbuh ditepi lahan ladang disebut penduduk lokal ume padi dahat keluarga penulis. Setiap musim buah tiba pohon Terap itu selalu berbuah lebat. Buahnya yang sudah matang banyak berjatuhan ketanah. Sepenggal kenangan adalah buah-buah Terap itu hanya membusuk saja tidak satu buahpun dipunggut orang, hal ini di karenakan pohon Terap merupakan jenis pohon tumbuh liar dihutan didaerah Lubai, masyarakat desa Jiwa Baru tidak suka mengkonsumsi buahnya.
  2. Sepenggal kenangan pada tahun 1971, ada sebatang pohon Terap di areal kebun Kopi di pedukuhan Talang Rambang desa Datar Lebuay kecamatan Air Naningan kabupaten Tanggamus provinsi Lampung. Pohon Terap ini tumbuh didekat sungai kecil yang kami jadikan sawah. Batangnya besar berdiameter 40 cm tingginya mencapai 30 meter, daunnya lebar-lebar agak berbulu, bunganya berwarna kuning. Pada pohon Terap ini layang-layang penulis menyangkut, sehingga membuat penulis tidak dapat bermain layang layang lagi. Getah dari pohonnya pernah diambil oleh penulis dijadikan untuk memelut burung Kutilang disebut juga berbah dalam bahasa Lubai.

Thursday, February 9, 2012

Buah Kecapi



Kecapi, sentul atau ketuat adalah nama sejenis buah dan juga pohon penghasilnya. Nama-nama lainnya adalah kechapi (Mal.), sentol, santol atau wild mangosteen (Ingg.), santor (Fil.) dan lain-lain. Nama ilmiahnya Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.

Deskripsi pohon
  1. Pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 m, meski umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batang dapat mencapai diameter 90 cm, bergetah seperti susu.
  2. Daun majemuk berselang-seling, bertangkai s/d 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, 6-26 × 3-16 cm; membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung; hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya.
  3. Bunga dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek; kelopak bertaju 5; mahkota 5 helai, kuning hijau, lanset sungsang, 6-8 mm; samar-samar berbau harum.
  4. Buah buni bulat agak gepeng, 5-6 cm, kuning atau kemerahan jika masak, berbulu halus seperti beludru. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kemerahan, agak masam; daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, putih, masam sampai manis. Biji 2-5 butir, besar, bulat telur agak pipih, coklat kemerahan berkilat; keping biji berwarna merah.
Manfaat buah

Buah kecapi bentuknya bulat mirip seperti buah duku tetapi tentunya dengan ukuran yang lebih besar dan kulit yang lebih tebal. Orang Betawi biasa mengupas buah ini dengan cara dibanting atau dijepit di engsel pintu.

Isi buah kecapi seperti manggis terdiri dari beberpa buah berwarna putih yang dapat dimakan dalam keadaan segar atau dimasak terlebih dulu. Buah kecapi yang matang biasanya akan lebih terasa dominan manis dan sedikit masam. Rasanya yang khas tersebut membuat buah ini banyak digemari.

Kandungan Gizi buah Kecapi per 100 g bagian yang dapat dimakan mengandung: 1) kalorinya sebesar 247 kJ/100 g, 2) air 83,9 g, 3) protein 0,7 g, 4)  lemak 1 g, 5) karbohidrat 13,7 g, 6) serat 1,1 g, 7) abu 0,7 g, 8) kalsium 11 mg, 9) fosfor 20 mg, 10) besi 1,2 mgkalium 328 mg dan vitamin C 14 mg. 

 

Sepengggal kenangan 

Penulis saat usia 10 tahun masih bertempat tinggal di kampung halaman pada desa Jiwa Baru kecamatan Lubai kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Ada sepenggal kenangan tentang pohon Kecapi yang terukir pada memori penulis pada tahun 1970 sebagai berikut :
  1. Mencari buah Kecapi jatuh ketanah disebut juga behayau buah setul dalam bahasa Lubai. Suatu kebiasaan penulis saat pergi mandi ke sungai Lubai yaitu mencari buah kecapi yang jatuh dari pohonnya dikarenakan ditiup oleh angin. Beberapa pohon Kecapi tumbuh subur, daunnya rimbun dan buahnya lebat. Ada satu pohon Kecapi milik wak Dijah tumbuh subur didekat tempat mandi wanita desa warga desa Jiwa Baru. Setiap behayau buah Kecapi disebut juga buah setul, selalu mendapatkan buah yang sudah matang. Buah Kecapi ini langsung dicuci di sungai Lubai, inilah sepenggal kenangan behayau buah setul.
  2. Naik pohon Kecapi, dikarenakan penulis melihat banyaknya buah Kecapi milik wak Dijah warnanya sudah mengguning begelantungan diatas pohon, tergiurlah penulis untuk naik pohon Kecapi. Besarnya pohon Kecapi yang penulis naik berdiamter 25 cm dan tinggi 10 meter. Sambil bergaya seperti orang dewasa penulis mampu naik pohon Kecapi sampai dengan setinggi 4 meter dari atas permukaan tanah. Buah Kecapi yang sudah dipetik langsung jatuhkan ketanah. Beberapa ibu-ibu yang pergi mandi diantaranya isterinya wak Haji Abdul Haq mengingatkan kepada penulis agar hati-hati, awas jatuh katanya. Suatu kenangan yang sangat indah, kenangan di kampung halaman.
  3. Gagal naik pohon Kecapi, Ada sebatang pohon Kecapi yang besar berdiamter 40 cm dan tinggi 25 meter. Pohon Kecapi ini tumbuh subur, banyak cabang-cabangnya, daun rimbun dan buah sangat lebat. Penulis dan kawan bernama Hafiz mencari buah Kecapi dibawa pohon yang besar ini, kami mendapatkan beberapa buah. Setelah buah Kecapi kami makan rasanya manis, penulis mencoba untuk mendapatkan buahnya lebih banyak lagi dengan cara memanjat pohonnya, namun gagal dikarenakan pohonnya tidak mampu untuk dipeluk. Akhirnya kami berdua pulang kerumah, dengan hati kecewa.
  4. Memetik buah Kecapi yang tumbuh liar ditepi sungai Lubai. Setiap pergi mandi pohon kecapi ini selalu penulis perhatikan. Tibalah saatnya pohon kecapi ini berbuah untuk pertama kalinya. Pohon Kecapi masih kecil batangnya hanya berdiameter 12 cm saja, tinggi 3 meter. Penulis dengan mudah saja dan memanjat dan memetik buahnya. Buahnya sangat besar dan isinya lunak. Namun sayang beberapa bulan kemudian penulis harus meninggalkan pohon Kecapi ini dikarenakan diajak pergi merantau ke Lampung oleh orang tua. Sepenggal kenangan penulis memetik buah Kecapi tumbuh liar ditepi sungai Lubai. Ketika penulis pulang tahun 1988 pohon Kecapi itu sudah tidak kelihatan lagi, mungkin sudah ditebang orang.

Tuesday, February 7, 2012

Buah Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya juga disebut manggis, berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Buah manggis dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu buah", sebagai pasangan durian, si "raja buah". Buah ini mengandung xanthone,Xanthone mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Sehingga di luar negeri buah manggis dikenal sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di dunia.

Manfaat Tanaman Manggis

Manggis merupakan tanaman budidaya di daerah tropis. Tumbuhan ini tumbuh subur pada kondisi dengan banyak mendapat sinar matahari, kelembaban tinggi, dan musim kering yang pendek (untuk menstimulasi perbungaan). Pada kondisi kering, diperlukan irigasi untuk menjaga kelembapan tanah. Tumbuhan ini ditanam hingga ketinggian 1000 m dpl (20-40°C) di daerah tropis, namun pertumbuhan maksimal berlangsung di daerah dataran rendah.

Manfaat tanaman manggis adalah sebagai berikut :
  1. Dari hasil studi farmakologi dan biokimia dapat diketahui bahwa mangostin secara kompetitif menghambat tidak hanya reseptor histamin H, mediator kontraksi otot lunak tetapi juga epiramin yang membangun tempat reseptor H1, pada sel otot lunak secara utuh. Mangostin merupakan tipe baru dari histamin.
  2. Pemberian ekstrak daun muda terhadap mencit bunting dengan dosis 500, 1000, 1500 mg/kg BB, menunjukkan efek pada fetus berupa penurunan berat badan, terjadinya perdarahan pada fetus, dan adanya perubahan jaringan hati fetus seperti nekrosis pada sel hepar, tetapi tidak terjadi kelainan perkembangan dan aborsi. Ekstrak daun manggis dengan berbagai dosis dapat mengurangi jumlah sel spermatid, terjadi penambahan jumlah spermatozoa abnormal, dan lambatnya gerak maju spermatozoa mencit.
  3. Di masyarakat, buah digunakan untuk mengobati diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, borok; di samping itu digunakan sebagai peluruh dahak, dan juga untuk sakit gigi. Kulit buah digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit. Kulit batang digunakan untuk mengatasi nyeri perut. Akar untuk mengatasi haid yang tidak teratur (Tanaman Obat Indonesia, 2005).
  4. Kulit buah manggis yang kaya Tanin, seringkali diambil ekstraknya dan dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi masalah pencernaan, dan dalam bentuk salep.
  5. Kulit manggis juga berkhasiat untuk membuang asam ureat di dalam tubuh yang berguna bagi penderita reumatik/gout.
  6. Pohon manggis yang memiliki perakaran kuat juga baik ditanam untuk pemulihan kembali areal kritis.
Sepenggal kenangan
Ada sebatang pohon Manggis tanaman Puyang Lebi. Siapapun anak keturunan Puyang Lebi berhak untuk mengambilnya, siapa cepat mengambil buahnya dia yang dapat. Pohon Manggis ini tumbuh ditepi di tepian sunggai Lubai desa Kurungan Jiwa (Jiwa Baru) kecamatan Lubai kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Batangnya besar, daunnya rimbun buahnya banyak. Setiap musim buah tiba pohon Manggis itu selalu berbuah lebat. Buahnya yang belum matang, jika sudah besar langsung diambil. Sepenggal kenangan pada tahun 1970, adalah ketika pohon Manggis itu berbuah penulis ikut memetik buah-buahnya yang belum matang. Cara memakannya buah Manggis dipotong dua, lalu isinya diambil memakai sendok. Buah yang sudah dikeluarkan dari kulitnya, lalu direndam didalam air agar getahnya terlepas dari buah Manggis tersebut.

Buah Duku



Duku adalah nama umum dari sejenis buah-buahan anggota suku Meliaceae. Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini dikenal pula dengan nama-nama yang lain seperti langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.

Deskripsi pohon

  1. Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).
  2. Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9-21 cm × 5-10 cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 5–12 mm.
  3. Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut. Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2-3 mm × 4-5 mm, putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.
  4. Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5-5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.
Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun. Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik,. Embrio apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.

Manfaat buah

Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan. Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitan.

Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji duku yang pahit rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan kalajengking. Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat diare; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk. Kulit buah langsat terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi atau dupa.

sumber : wikipedia

Sepenggal kenangan penulis

  1. Pohon Duku Puyang Aliakim. Tahun 1969 didekat rumah wak Murdiah di desa Kurungan Jiwa kecamatan Prabumulih kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah provinsi Sumatera Selatan, ada sebatang pohon Duku tanaman puyang Aliakim. Batangnya berdiameter 35 cm, tingginya 15 meter. Mulanya setiap tahun pohon duku Puyang Aliakim ini selalu berbuah lebat. Anak keturunan beliau selalu mendapatkan bagian dari buahnya. Namun sayang se-iring pergantian waktu pohon duku ini menjadi tua sehingga daunnya tidak rimbun dan buah kurang lebat. Sepenggal kenangan penulis adalah ketika memetik beberapa buah duku tanaman Puyang Aliakim, rasanya manis. Pohon itu kini telah musnah dimakan usia alias sudah mati.
  2. Pohon Duku tepi kute. Tahun 1970 didekat rumah keluarga penulis di desa Kurungan Jiwa kecamatan Prabumulih kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah provinsi Sumatera Selatan, ada sebatang pohon Duku. Pohon duku ini tumbuh di tepi desa penduduk lokal menyebutnya tepi kute, batangnya lurus, cabangnya lebih kurang 4 meter dari permukaan tanah. Sepenggal kenangan penulis adalah ketika memanjat pohon duku tersebut. Setelah sampai diatas pohon ada beberapa buah Duku yang didapat, akhirnya penulis turun dari pohon. Nasib kurang baik menimpa penulis yaitu kaki kanan penulis kejepit tidak bisa ditarik untuk melepaskan jepitan dari cabang pohon itu. Penulis mau minta tolong tidak ada orang, penulis hampir menanggis. Setelah berusaha sekuat tenaga, akhirnya lepas juga dari penderitaan jepitan cabang pohon Duku.
  3. Pohon Duku mamang Mat'ali. Tahun 1970 didekat rumah keluarga penulis di desa Kurungan Jiwa kecamatan Prabumulih kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah provinsi Sumatera Selatan, ada sebatang pohon Duku milik paman Mat'ali. Pohon duku ini berdiameter 20 cm tinggi 12 meter, bercabang banyak daunnya rimbun dan baru pertama kali berbuah. Buahnya lebat dan besar-besar. Sepenggal kenangan penulis adalah memanjat pohonnya mendapatkan buahnya banyak. Rasa buahnya manis, nikmat untuk dimakan.
  4. Pohon Duku ayahanda penulis. Tahun 1970 didekat rumah keluarga penulis di desa Baru Lubai kecamatan Prabumulih kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah provinsi Sumatera Selatan, ada beberapa pohon Duku tanaman ayahanda penulis. Pohon Duku tanaman ayahanda ada sepuluh pohon berdiameter 10 cm tinggi 3 meter. Sepenggal kenangan yang tidak dapat terlupakan yaitu suatu hari penulis menebang kayu di sekitar pohon Duku itu, tanpa sengaja penulis menebang salah satu pohon Duku tanaman ayah penulis. Penulis dimarahi oleh ayah dan dikatakan bahwa penulis tidak akan mendapatkan bagian dari pohon-pohon Duku lainnya. Penulis jadi menyesal telah menebang pohon Duku tanaman ayah.
  5. Pohon duku kakek Haji Hasan. Tahun 1970 didekat rumah keluarga penulis di desa Baru Lubai kecamatan Prabumulih kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah provinsi Sumatera Selatan, ada 5 pohon Duku tanaman kakek Haji Hasan. Pohon pohon duku ini berada dibelakang rumah keluarga penulis, rata rata batangnya berdiameter 20 cm dan tinggi 15 meter, cabang-cabangnya banyak dan daunnya rimbun. Sepenggal kenangan yang tidak terlupakan adalah saat pohon duku tanaman kakek Haji Hasan mulai berbuah. Buahnya besar-besar dan lebat, penulis sangat senang melihatnya. Setiap hari penulis membersihkan pohon Duku yang sudah berbuah ini. Tibalah buah-buah itu mulai mengguning pertanda sudah mulai matang, penulis mencoba untuk memanjatkan buah Duku tersebut. Setelah dimakan buah duku rasanya manis, bijinya tidak banyak. Akhirnya saat perpisahan dengan pohon Duku harus terjadi dikarenakan keluarga penulis pergi merantau ke provinsi Lampung. Selamat tinggal Duku kakek Haji Hasan.
  6. Pohon duku desa Umpam. Tahun 1982 penulis bersama sepupu bernama Emrizal pergi ke desa Umpam kecamatan Lengkayap kabupaten Ogan Komering Ulu provinsi Sumatera Selatan. Kami pergi kesana diajak oleh teman penulis bernama Yusnan. Teman penulis memiliki beberapa pohon Duku di desa Umpam. Salah satu pohon Duku terletak disamping rumah kakaknya, Batangnya berdiameter 20 centi meter tingginya 15 meter. Cabang-cabangnya sangat banyak, daunnya rimbun dan berbuah sangat lebatnya. Sepenggal kenangan yaitu ketika penulis memetik buah Duku sambil memakan buahnya. Satu demi satu buah duku dipetik, tanpa terasa tempat penampungan Duku telah penuh berisi, tanpa disadari perut penulis telah kenyang memakan buah Duku. Akibat kekenyangan memakan buah Duku ini, penulis jadi kesulitan untuk turun dari pohon Duku. Kenangan kekenyangan makan buah Duku, hampir jatuh dari pohon Duku.

Buah Sawo


Sawo manila (Manilkara zapota) adalah pohon buah yang berumur panjang. Pohon dan buahnya dikenal dengan beberapa nama seperti sawo (Ind., Jw.), sauh atau sauh manila, atau ciku (Mly.). Nama-namanya dalam berbagai bahasa: chico (Filipina), ciku (Malaysia), chikoo atau sapota (India), sofeda (Bangladesh), xa pĂ´ chĂŞ atau hồng xiĂŞm (Vietnam), rata-mi (Sri Lanka), lamoot (ละมุด) di Thailand, Laos dan Kamboja, nĂ­spero (Venezuela), sugardilly (Kep. Bahama), naseberry (Hindia Barat), sapote (Nicaragua), sapoti (Brasil), sapotillier (bahasa Perancis) dan sapodilla (bahasa Inggris).
Deskripsi pohon 

 
Pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40 m. Bercabang rendah, batang sawo manila berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai coklat tua. Seluruh bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang kental.
Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar-telur jorong sampai agak lanset, 1,5-7 x 3,5-15 cm, pangkal dan ujungnya bentuk baji, bertangkai 1-3,5 cm, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah.
Bunga-bunga tunggal terletak di ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm, kerapkali menggantung, diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setengah panjang tabung.
Buah buni bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, 3-6 x 3-8 cm, coklat kemerahan sampai kekuningan di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas, sering dengan sisa tangkai putik yang mengering di ujungnya. Berkulit tipis, dengan daging buah yang lembut dan kadang-kadang memasir, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis dan mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun kebanyakan kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan mengkilap, panjang lk. 2 cm, keping biji berwarna putih lilin.

Manfaat buah 

Selain kaya gula, sawo juga mengandung zat gizi lain seperti mineral, vitamin, karbohidrat, dan serat pangan. Buah ini juga baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Buah sawo matang biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar. Rasa getahnya masih sering melekat pada mulut. Dalam kondisi matang, buah ini dapat dibuat menjadi minuman segar atau sebagai campuran es krim. Namun, hal tersebut belum diusahakan secara komersial.
Rasa buah sawo yang manis membuat buah ini banyak penggemarnya. Rasa manis ini disebabkan kandungan gula dalam daging buah dengan kadar 16-20 persen. Bukan hanya gula, dalam daging buah sawo terkandung pula lemak; protein; vitamin A, B, dan C; mineral besi, kalsium, serta fosfor. Komposisi gizi buah sawo dapat dilihat pada tabel.
Buah sawo memiliki kandungan mineral cukup baik. Buah ini merupakan sumber kalium yang baik, yaitu 193 mg/100 g. Di lain pihak, sawo juga memiliki kadar natrium yang rendah, 12 mg/100 g. Perbandingan kandungan kalium dan natrium yang mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah.
Selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya. Kandungan mineral lainnya per 100 gram buah sawo adalah: kalsium (21 mg), magnesium (12 mg), fosfor (12 mg), selenium (0,6 mg), seng (0,1 mg), dan tembaga (0,09 mg).
Sawo juga kaya akan vitamin C, yaitu 14,7 mg/100 g. Konsumsi 100 gram sawo dapat memenuhi 24,5 persen kebutuhan tubuh akan vitamin C setiap hari. Vitamin C dapat bereaksi dengan berbagai mineral di dalam tubuh. Vitamin C berperan penting dalam metabolisme tembaga.
Selain itu, konsumsi vitamin C dalam jumlah cukup dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C juga dapat berinteraksi dengan berbagai vitamin lain, seperti vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan.
Buah sawo juga mengandung asam folat, 14 mkg/100 g. Asam folat diperlukan tubuh untuk pembentukan sel darah merah. Asam folat juga dapat membantu pencegahan terbentuknya homosistein yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Vitamin lain yang juga terkandung pada buah sawo adalah: riboflavin, niasin, B6, dan vitamin A. Meskipun dapat digunakan sebagai sumber vitamin dan mineral, sawo sebaiknya tidak diberikan kepada bayi karena getahnya dikhawatirkan akan mengganggu saluran pencernaan.
Buah sawo juga mengandung banyak gula sehingga baik untuk digunakan sebagai sumber energi. Namun, buah ini tidak dianjurkan bagi penderita diabetes melitus karena dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.

Sepenggal kenanngan 


  1. Pohon Sawo Kakek Haji Hasan. Pohon Sawo disebut oleh penduduk lokal Sawe Menile yang ditanam kakek penulis tumbuh subur didekat rumah di desa Baru Lubai (Jiwa Baru) kecamatan Lubai kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Ada tiga batang pohon Sawo tanaman kakek, satu batang didepan beranda rumah, satu batang didekat dapur dan satu batang disamping kanan rumah. Pohon Sawo yang ditanam didekat dapur, terhitung mulai tanggal 16 Agustus 2008 telah penulis wakafkan kepada masyarakat setempat. Pohon Sawo yang didekat beranda rumah, batangnya patah ditengah lebih kurang 4 meter dari tanah. Peristiwa patahnya batang pohon Sawo kakek menjadi suatu kenangan bagi penulis dikarenakan saat itu, sanak saudara sedang kumpul ikut meramaikan pernikahan kakak sulung kami Iskandar bin M. Ibrahim pada bulan Maret tahun 1976. Ketika wak Haji Abdul Haq, wak Suki, mamang Kopli, kakak Umar Khotob dan lain-lainnya sedang memainkan seni musik Rebana untuk mengiringi pengantin pria, pohon Sawo itu patah separoh pohon. Hampir saja mengenai sanak keluarga, kalau tidak sempat melarikan diri masing masing.
  2. Pohon Sawo wak Kamal. Pohon Sawo wak Kamal ditanam tidak jauh dari pohon Sawo tanaman kakek Haji Hasan. Kedua pohon ini cabang-cabang saling bertemu, sehingga apabila penulis naik pohon tanaman kakek, dapat melintas ke pohon Sawo wak Kamal. Buah Sawo wak Kamal sangat besar hampir sama besarnya dengan buah Mangga Darmayu. Suatu kenangan bagi penulis adalah tatkala sedang berada dipertemuan cabang cabang kedua pohon Sawo tersebut, penulis bergelantungan meniru gaya kera, sambil tertawa di iringi dengan menyanyi.
  3. Pohon Sawo wak Kerio Zawawi. Pohon Sawo wak Zawawi ditanam disamping kanan rumah beliau berdekatan dengan rumah wak Molek. Penulis diajak Sawaluddin anak dari wak Kerio Zawawi memasang pulut diatas pohon ini. Suatu kenangan dari pohon Sawo wak Kerio Zawawi adalah ketika kami sambil mencari buah Sawo yang matang, pulut yang kami pasang kena Burung.
  4. Pohon Sawo Kakak Madhah. Pohon Sawo kakak Madhah ditanam didepan rumah wak Kerio Zawawi di desa Baru Lubai. Batangnya berdiameter 25 centi meter, tinggi 3 meter. Cabangnya banyak, Daunnya rimbun, Buahnya lebat. Suatu kenangan dari pohon Sawo kakak Madhah adalah ketika penulis diajak oleh Edison naik pohon Sawo ini dan memetik buahnya yang sudah matang.

Sunday, February 5, 2012

Buah Surian




Suren ( Toona sureni ) dikenal dengan berbagai nama sesuai dengan daerah tempat tumbuh, seperti surian (Sumatra); surian wangi ( Malaysia ); danupra ( Philippina); ye tama (Myanmar); surian ( Thailand) dan nama perdagangannya yaitu limpaga. 


SUREN ( TOONA SURENI )

Klasifikasi
Kingdom : Plantae-Plants
    Subkingdom : Tracheobionta – Vascular Plants
        Superdivision : Spermatophyta
            Division : Magnoliophyta
                Class : Magnoliopsida
                   Subclass :Rosidae
                       Order : Sapindales
                            Famili: Meliaceae

Sinonim: Cedrela febrifuga Blume (1823), 
                Toona febrifuga (Blume) M.J. Roemer (1946), 
                Cedrela sureni (Blume) Burkill (1930).
Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600 2.700 m dpl dengan temperature 22ÂşC. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai winbreak di perkebunan


Nama lokal/daerah: Suren, surian, surian amba (Sumatera).

Deskripsi Pohon

  1. Pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas, yaitu :
  2. Batang surian, bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.
  3. Daun surian, berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.
  4. Bunga surian, kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober.
  5. Buah surian, musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6 9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon seperti meranggas/tidak berdaun.
  6. Benih surian, warna benih coklat , panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Dalam 1 kg terdapat 64.000 benih.
  7. Kayu surian, gubal berwarna kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam kelas kayu ringan.
Kegunaan / manfaat :
  1. Sebagai kayu perkakas; papan; peti; kotak cerutu; kayu bangunan; plywood; rangka pintu & jendela ; kayu perkapalan; seni ukir & pahat; potlot; moulding.
  2. Kayunya sering digunakan untuk lemari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas, dan konstruksi.
  3. Berdasarkan berat jenis, kekuatan, dan nilai dekoratifnya, kayu kibawang, salamander, mahoni, dan suren cocok untuk dijadikan bahan baku mebel indah. 
  4. Sering ditanam di perkebunan teh sebagai pemecah angin. Jenis ini cocok sebagai naungan dan pohon di sepanjang tepi jalan. Kayunya bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik.
  5. Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat, yaitu diare. Kulit dan buahnya dapat digunakan untuk minyak atsiri.
  6. Berdasarkan penelitian, suren memiliki kandungan bahan surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) terhadap larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk.
  7. Sumber :
  8.  
  9. Kayu surian, gubal berwarna kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam kelas kayu ringan.
Sumber : 
1. http://wikipedia.id.org
 

Buah Binjai




Binjai adalah pohon buah sejenis mangga dengan bau yang harum menusuk dan rasa yang masam manis. Buah ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bin-yaa, lam-yaa (Th.), belenu (Mly., beluno (Sabah), baluno, bauno, bayuno (beberapa bahasa di Filipina), binglu (Sd.), dan wani (Bl.). Nama ilmiahnya adalah Mangifera caesia.  Kerabat dekatnya, kemang, seringkali dianggap serupa dan dimasukkan ke dalam spesies ini. Akan tetapi beberapa pakar menyarankan untuk memisahkannya dalam jenis tersendiri, Mangifera kemanga

Deskripsi pohon
  1. Pohon besar dan rimbun dengan tajuk yang indah, berbatang lurus dengan tinggi mencapai 30-45 m dan gemang 50-80 (-120) cm. Pepagan (kulit kayu) berwarna coklat kelabu dan beralur-alur. Semua bagian pohon, apabila dilukai, mengeluarkan getah keputihan yang tajam dan menggatalkan. Getah ini akan membeku dan menghitam setelah kena udara beberapa lama. 
  2. Daun tunggal, tersebar, sering mengumpul dekat ujung ranting. Helai daun bentuk jorong sampai lanset, agak bundar telur terbalik, 7-12(-30) x 3-5,5(-10) cm, kaku, menjangat, hijau berkilap di sebelah atas dan lebih pucat di bawah, dengan ibu tulang daun yang menonjol, pangkal yang melanjut dan ujung yang menumpul atau meluncip tumpul. Tangkai daun kaku, memipih, 1-2,5 cm. 
  3. Karangan bunga dalam malai di ujung ranting, 15-40 cm, bercabang banyak dan berbunga lebat. Bunga berwarna merah jambu pucat, berbilangan 5, harum; helai mahkota bentuk garis, lk 10 mm; tangkai sari berwarna keunguan, lk. 5 mm.  
  4. Buah buni, lonjong sampai bulat telur terbalik, dengan ‘leher’ pada pangkalnya, berukuran 12-20 x 6-12 cm, kulitnya tipis pucat kekuningan hingga kecoklatan berbercak. Daging buahnya putih susu, berserat atau hampir tak berserat, mengandung banyak sari buah, berbau agak busuk, masam manis sampai manis. Biji bulat lonjong sampai lanset, lk. 7 x 4 cm, kulit bijinya tipis dan tidak mengayu, monoembrioni. 
Manfaat Buah

Buah Binjai terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan segar setelah buah itu masak atau dijadikan campuran es. Binjai juga digunakan sebagai campuran sambal, terutama untuk masakan ikan sungai. Buah binjai yang masih muda tak dapat dimakan karena duhnya sangat tajam dan menggatalkan. Bijinya kadang-kadang dikeringkan dan diolah sebagai lauk makan nasi.
Kandungan Kira-kira 65% dari keseluruhan buah binjai dapat dimakan. Setiap 100 g bagian yang dapat dimakan mengandung: 86,5 g air, 1 g protein, 0,2 g lemak, 11,9 g karbohidrat (termasuk serat), 0,4 g abu, 0,08 mg tiamina, 0,005 mg Ăź-karotena, dan 5 8 mg vitamin C. Nilai energinya 200 kJ/100 g. Sari buah yang berwarna putih dari binjai yang masih muda sangat gatal, baik terhadap kulit maupun jika dimakan; pernah digunakan untuk mencederai musuh! Ada pun sari buah kemang tidak pernah melukai kulit.

Sepenggal kenangan 

Semasa penulis masih usia kanak-kanak bertempat tinggal di desa Baru Lubai dan Kurungan Jiwa kecamatan Lubai kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan tahun 1970-an, ada kenangan yang indah yaitu saya dan kawan kawan mencari buah Binjai yang sudah matang dan biasanya buahnya jatuh sendiri ketanah.
  1. Pohon Binjai wak Dijah. Pohon Binjai wak Dijah terletak ditepi sungai Lubai didekat tempat pemandian wanita. Setiap tahun berbuah lebat, letak pohonnya tidak jauh dari jalan setapak menuju tempat pemandian warga desa Baru Lubai (Jiwa Baru). Sepenggal kenangan adalah ketika penulis mencari buah Binjai yang terjatuh ditiup oleh angin dibawah pohonnya disebut penduduk lokal menyebutnya behayau buah Binjai dalam bahasa Lubai. Penulis biasanya pergi mandi ke sungai Lubai, sambil mencari buah Binjai ini. Kegiatan ini sangat menyenangkan waktu itu diusia kami masih kanak kanak.
  2. Pohon Binjai Puyang Tande. Puyang Tande salah seorang puyang namanya melegenda di desa Baru Lubai dan Kurungan Jiwa. Anak keturunan puyang Tande sangat banyak, termasuk penulis sendiri merupakan salah satu anak keturunannya. Pohon Binjai tanaman puyang Tande ini berdiameter 175 cm dan tinggi 45 meter, cabang-cabangnya banyak, daunnya rimbun buahnya sangat lebat. Tidak satupun orang yang berani memanjat pohon Binjai ini dikarenakan pohon besar dan sangat tinggi. Sepenggal kenangan adalah ketika penulis mencari buah Binjai yang terjatuh ditiup oleh angin dibawah pohonnya disebut. Penulis ikut menunggu jatuhnya buah Binjai puyang Tande, dengan cara membuat garis batas pembagian wilayah jatuhnya buah. Masing masing kami yang menunggu jatuhnya buah Binjai ini ada wilayah jatuhnya buah Binjai, lebih kurang sebanyak 20 wilayah untuk 30 anak rata-rata usianya 10 tahun. Buah yang jatuh didalam wilayah seseorang, anak yang lain tidak diperkenankan untuk mengambilnya, begitulah aturannya. Setelah menunggu sampai dengan waktu 3 jam, penulis hanya mendapatkan dua buah Binjai saja. Walaupun demikian penulis senang dikarenakan ramai-ramai anak-anak seusia penulis menunggu buah Binjai ini. Namun sayang pohon Binjai itu sekarang telah ditebang warga desa.
  3. Pohon Binjai di Sungai Manggak. Sungai Manggak merupakan anak sungai Lubai terletak pada desa Baru Lubai dan Kurungan Jiwa. Ada suatu kenangan indah, saya dan kawan kawan pergi ke areal kebun buah didekat sungai Manggak. Diantara pohon buah-buahan yang tumbuh disana terdapat beberapa batang pohon Binjai. Saat kami pergi kesana air Sungai Manggak lagi banjir disebut penduduk lokal rawang dalam bahasa Lubai. Air tersebut membajiri areal perkebunan buah, termasuk pohon Binjai digenangi oleh air setinggi 100 cm. Ternyata dikarenakan air menggenangi dibawah pohon Binjai, maka buahnya yang sudah matang kalau jatuh mudah diketemukan. Kami banyak mendapatkan buah Binjai, sebagian ada yang kami makan langsung dan sebagian kami bawa pulang kerumah.

Buah Durian




Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit), dan durian adalah buah yang kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain muak dengan aromanya.

Deskripsi pohon
  1. Pohon tahunan, hijau abadi (pengguguran daun tidak tergantung musim) tetapi ada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru (periode flushing atau peronaan) yang terjadi setelah masa berbuah selesai. Tumbuh tinggi dapat mencapai ketinggian 25–50 m tergantung spesiesnya, pohon durian sering memiliki banir (akar papan). Pepagan (kulit batang) berwarna coklat kemerahan, mengelupas tak beraturan. Tajuknya rindang dan renggang.
  2. Daun berbentuk jorong hingga lanset, 10-15(-17) cm × 3-4,5 (-12,5) cm; terletak berseling; bertangkai; berpangkal lancip atau tumpul dan berujung lancip melandai; sisi atas berwarna hijau terang, sisi bawah tertutup sisik-sisik berwarna perak atau keemasan dengan bulu-bulu bintang.
  3. Bunga (juga buahnya) muncul langsung dari batang (cauliflorous) atau cabang-cabang yang tua di bagian pangkal (proximal), berkelompok dalam karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk tukal atau malai rata. Kuncup bunganya membulat, sekitar 2 cm diameternya, bertangkai panjang. Kelopak bunga bentuk tabung sepanjang lk. 3 cm, daun kelopak tambahan terpecah menjadi 2-3 cuping berbentuk bundar telur. Mahkota bentuk sudip, kira-kira 2× panjang kelopak, berjumlah 5 helai, keputih-putihan. Benang sarinya banyak, terbagi ke dalam 5 berkas; kepala putiknya membentuk bongkol, dengan tangkai yang berbulu. Bunga muncul dari kuncup dorman, mekar pada sore hari dan bertahan hingga beberapa hari. Pada siang hari bunga menutup. Bunga ini menyebarkan aroma wangi yang berasal dari kelenjar nektar di bagian pangkalnya untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya. Kajian di Malaysia pada tahun 1970-an menunjukkan bahwa penyerbuk durian adalah kelelawar Eonycteris spelaea. Penelitian tahun 1996 lebih jauh menunjukkan bahwa hewan lain, seperti burung madu Nectariniidae dan lebah turut serta dalam penyerbukan tiga kerabat durian lainnya.
  4. Buah durian bertipe kapsul berbentuk bulat, bulat telur hingga lonjong, dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm.[4] Kulit buahnya tebal, permukaannya bersudut tajam ("berduri", karena itu disebut "durian", walaupun ini bukan duri dalam pengertian botani), berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.Buah berkembang setelah pembuahan dan memerlukan 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antarbuah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan, dan sisanya gugur. Buah akan jatuh sendiri apabila masak. Pada umumnya berat buah durian dapat mencapai 1,5 hingga 5 kilogram, sehingga kebun durian menjadi kawasan yang berbahaya pada masa musim durian. Apabila jatuh di atas kepala seseorang, buah durian dapat menyebabkan cedera berat atau bahkan kematian. Setiap buah memiliki lima ruang (awam menyebutnya "kamar"), yang menunjukkan banyaknya daun buah yang dimiliki. Masing-masing ruangan terisi oleh beberapa biji, biasanya tiga butir atau lebih, lonjong hingga 4 cm panjangnya, dan berwarna merah muda kecoklatan mengkilap. Biji terbungkus oleh arilus (salut biji, yang biasa disebut sebagai "daging buah" durian) berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan yang bervariasi, namun pada kultivar unggul ketebalan arilus ini dapat mencapai 3 cm. Biji dengan salut biji dalam perdagangan disebut ponggè. Pemuliaan durian diarahkan untuk menghasilkan biji yang kecil dengan salut biji yang tebal, karena salut biji inilah bagian yang dimakan. Beberapa varietas unggul menghasilkan buah dengan biji yang tidak berkembang namun dengan salut biji tebal (disebut "sukun").
Manfaat Buah

Durian terutama dipelihara orang untuk buahnya, yang umumnya dimakan (arilus atau salut bijinya) dalam keadaan segar. Salut biji ini umumnya manis dan sangat bergizi karena mengandung banyak karbohidrat, lemak, protein, dan mineral.

Pada musim raya durian, buah ini dapat dihasilkan dengan berlimpah, terutama di sentra-sentra produksinya di daerah. Secara tradisional, daging buah yang berlebih-lebihan ini biasa diawetkan dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), atau memfermentasikannya menjadi tempoyak. Selanjutnya, tempoyak yang rasanya masam ini biasa menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak, atau untuk campuran memasak ikan.

Durian pun kerap diolah menjadi campuran bahan kue-kue tradisional, seperti gelamai atau jenang. Terkadang, durian dicampurkan dalam hidangan nasi pulut (ketan) bersama dengan santan. Dalam dunia masa kini, durian (atau aromanya) biasa dicampurkan dalam permen, es krim, susu, dan berbagai jenis minuman penyegar lainnya.

Bijinya bisa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar, atau dicampurkan dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena (cyclopropene). Biji durian mengandung sekitar 27% amilosa. Kuncup daun (pucuk), mahkota bunga, dan buah yang muda dapat dimasak sebagai sayuran.

Sepenggal kenangan
  1. Ada pohon Durian tanaman Puyang berdiameter 125 cm tinggi 45 meter, batang lurus daun rimbun tapi buah kurang lebat. Pohon itu tumbuh subur pada areal kebun buah-buahan di daerah Dataran Buloh Jawe, desa Baru Lubai (Jiwa Baru) kecamatan Lubai kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Sepenggal kenangan pada 1970-an, penulis masih usia kanak-kanak diajak ayahanda kekebun buah-buahan. Tidak berapa lama kami sampai ditempat tujuan, ada sebuah Durian jatuh ditiup angin. Buah durian itu cukup besar, penulis senang bukan kepalang. Buah durian ini kami bawa pulang kerumah, sebagian dimakan langsung dan sebagian dimasak untuk campuran masakan beras ketan penduduk lokal menyebutnya Kince yaitu sejenis masakan kolak.
  2. Pohon Durian Rimba tumbuh subur dihutan dekat kebun Kopi keluarga penulis di pedukuhan Talang Rambang, desa Dataran Lebuai, kecamatan Pulau Punggung kabupaten Tanggamus provinsi Lampung. Sepenggal kenangan pada tahun 1971-an penulis saat itu masih remaja, adalah ketika penulis diajak ayahanda pergi mencari buah durian rimba, kami mendapatkan durian rimba yang runtuh dari pohonnya, walaupun buahnya tidak besar tapi rasanya enak untuk dikonsumsi langsung.
  3. Tiga batang Pohon Durin, tumbuh subur didekat tempat mandi masyarakat desa Umpam kecamatan Lengkayap kabupaten Ogan Komering Ulu provinsi Sumatera Selatan. Ketiga pohon Durian tersebut sudah diwakapkan oleh pemiliknya. Kebiasaan masyarakat desa Umpam adalah buah durian yang kecil tidak dikonsumsi langsung melainkan diproses menjadi Tempoyak ataupun Lempok. Sepenggal kenangan pada tahun 1982-an saat usia penulis 19 tahun diajak teman wanita pergi ketempat saudaranya yang bertempat tinggal di  Desa Umpam yaitu sebuah desa yang dikekelilingi oleh pohon buah-buahan seperti : Duku, Cempedak dan Durian.  Suatu pagi penulis bersama saudara sepupu yang bernama Emrizal pergi mandi pagi, kami mendapatkan 3 buah Durian runtuh yang cukup besar, lalu kami santap langsung. Setelah menyantap buah durian tersebut perut jadi kembung karena kekenyangan, suatu kenangan yang tidak terlupakan sampai detik menuliskan kenangan ini.
  4. Sebatang pohon Durian tumbuh subur pada areal kebun kebun Kopi milik warga desa Suban kecamatan Tanjung Bintang, kabupaten Lampung Selatan, provinsi Lampung. Pohon Durian ini berdiameter 125 centi meter dan tingginya mencapai 40 meter. Sepenggal kenangan pada tahun 1994, usia penulis 30 tahun adalah ketika penulis membeli pohon Durian itu untuk dijadikan bahan bangunan rumah tempat tinggal keluarga penulis. Pembelian pohon Durian melalui perantara teman penulis yang bernama Jamaluddin, S.E. Setelah pohon Durian tersebut ditebang, digergagi dijadikan Balok ukuran 8 x 12 dan kasau 6x6 mendapatkan kayu bahan bangunan sebanyak 5 meter kubik. Kayu Durian tersebut kami jadikan kerangka atap rumah dan ketika tahun 2012 kami membongkar kerangka atap itu ternyata kayu durian masih kokoh. Saat ini kayu durian tersebut masih berada diatas bangunan rumah tempat tinggal penulis sekeluarga.