Karet
adalah polimer hidrokarbon yang dapat diperoleh dari getah beberapa
jenis tumbuhan, terutama Hevea brasiliensis (karet para), atau
diproduksi secara sintetis. Sumber utama karet alam adalah lateks yang
diperoleh dari getah Hevea brasiliensis dengan cara melukai kulit
batangnya.
Selain Hevea brasiliensis, beberapa jenis tumbuhan lain juga menghasilkan lateks, seperti:
- Beringin (Ficus benjamina) dari suku ara-araan (Moraceae)
- Getah perca dan sawo manila dari suku sawo-sawoan
- Beberapa jenis Euphorbiaceae lainnya
- Dandelion
Lateks
dari tumbuhan-tumbuhan ini dapat digunakan untuk membuat karet, namun
Hevea brasiliensis tetap menjadi sumber utama karet alam karena kualitas
dan kuantitas lateks yang dihasilkan. Beringin, sebagai salah satu
contoh tumbuhan yang menghasilkan lateks, memiliki peran penting dalam
budaya asli Indonesia.
Masyarakat
Lubai memiliki tradisi membudidayakan karet (disebut "Balam" dalam
bahasa Lubai) sejak zaman dahulu. Mereka membudidayakan karet dengan
cara tradisional dan sederhana, tanpa menggunakan teknologi modern.
Bibit karet diambil langsung dari buah biji karet tanpa seleksi bibit
unggul, dan ditanam langsung di lahan pertanian menggunakan kayu runcing
(Tugal).
Cara
bertani karet tradisional ini berlangsung selama beberapa generasi,
dengan pola tanam yang tidak teratur dan tanpa pemeliharaan yang baik.
Akibatnya, petani karet hidup di bawah garis kemiskinan, kecuali mereka
yang memiliki lahan pertanian luas.
Namun,
pada tahun 2002, pemerintah meluncurkan program peremajaan karet rakyat
di desa Jiwa Baru, yang diikuti oleh masyarakat Lubai. Program ini
membawa perubahan signifikan, dan masyarakat Lubai menikmati hasil
pertanian karet yang melimpah pada tahun 2006-2008, dengan harga karet
yang tinggi (Rp 13.500 per kilogram).
Kejayaan
pertanian karet Lubai ini membawa perubahan pada pola hidup masyarakat,
termasuk peningkatan perekonomian, kepemilikan kendaraan roda dua, dan
alat komunikasi seperti handphone. Pembangunan rumah tempat tinggal juga
berubah menjadi lebih modern dan permanen.
Namun, kejayaan ini berakhir karena krisis global yang berdampak pada harga karet dan perekonomian masyarakat Lubai.
Renungan
ini membahas tentang kemungkinan melakukan okulasi pada tiga jenis
pohon yang menghasilkan getah, yaitu karet (Hevea brasiliensis),
beringin (Ficus benjamina), dan pulai (Alstonia scholaris). Okulasi
adalah teknik perbanyakan vegetatif yang melibatkan penempelan kulit
batang satu tanaman ke batang lainnya, dengan tujuan menggabungkan
kelebihan masing-masing tanaman.
Dalam
proses okulasi, entres (batang atas) diambil dari tanaman yang memiliki
produksi tinggi, sedangkan batang bawah dipilih karena memiliki
pertumbuhan akar yang baik atau sifat lainnya yang diinginkan. Pada
tanaman karet, okulasi dilakukan dengan menempelkan kulit batang yang
memiliki mata tunas ke batang karet lainnya.
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk okulasi antara lain:
- Batang atas (entres)
- Batang bawah
- Pisau okulasi
- Plastik okulasi
- Asahan
- Kain lap
Dengan
melakukan okulasi pada ketiga jenis pohon ini, diharapkan dapat
dihasilkan tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul, seperti produksi
getah yang tinggi dan ketahanan terhadap penyakit. Namun, perlu diingat
bahwa keberhasilan okulasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk
kesesuaian antara batang atas dan batang bawah.
Okulasi
pohon Karet dengan pohon Beringin adalah teknik penyambungan dua jenis
tanaman berbeda untuk menggabungkan kelebihan masing-masing. Dalam hal
ini, entres (batang atas) diambil dari pohon karet unggul dengan
produksi getah tinggi, sedangkan batang bawah (rootstock) diambil dari
pohon beringin yang kuat dan tahan lama.
Pohon
beringin dipilih sebagai batang bawah karena karakteristiknya yang
kuat, dapat tumbuh tinggi hingga 30-35 meter dengan diameter batang
mencapai 40-70 cm, dan dapat hidup hingga ratusan tahun. Dengan
menggabungkan kedua jenis tanaman ini, diharapkan hasilnya adalah pohon
karet yang:
- Tumbuh besar dan kuat seperti pohon beringin
- Memiliki masa produksi yang panjang, mencapai ratusan tahun
- Menghasilkan getah yang banyak, sekitar 5-7 kilogram per pohon
- Produksi getah meningkat seiring dengan usia pohon
Teknik
okulasi ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi getah
karet dan memperpanjang umur pohon karet. Namun, perlu diingat bahwa
keberhasilan okulasi ini tergantung pada berbagai faktor, seperti
kesesuaian antara batang atas dan batang bawah, serta perawatan yang
tepat setelah okulasi.
Okulasi
pohon Karet dengan pohon Pulai adalah teknik penyambungan dua jenis
tanaman berbeda untuk menggabungkan kelebihan masing-masing. Dalam hal
ini, entres (batang atas) diambil dari pohon karet unggul dengan
produksi getah tinggi, sedangkan batang bawah (rootstock) diambil dari
pohon pulai yang kuat dan tahan lama.
Pohon
pulai dipilih sebagai batang bawah karena karakteristiknya yang kuat
dan dapat tumbuh tinggi hingga 20-25 meter dengan diameter batang
mencapai 60 cm. Dengan menggabungkan kedua jenis tanaman ini, diharapkan
hasilnya adalah pohon karet yang:
- Tumbuh besar dan tinggi seperti pohon pulai
- Memiliki masa produksi yang panjang, mencapai ratusan tahun
- Menghasilkan getah yang banyak, sekitar 3-5 kilogram per pohon
- Produksi getah meningkat seiring dengan usia pohon
Teknik okulasi ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi getah karet dan memperpanjang umur pohon karet.
Tulisan
ini membahas tentang ide inovasi di bidang pertanian karet melalui
teknik okulasi. Penulis mengemukakan beberapa kemungkinan hasil okulasi
antara pohon karet dengan tanaman lain, seperti:
- Okulasi pohon karet dengan ketela pohon menghasilkan "ketela pohon karet" atau "ubi kayu karet" yang memiliki umbi besar tapi tidak dapat dimakan karena sifatnya yang keras. Namun, pucuk mudanya dapat dijadikan lalapan.
- Okulasi ubi kayu karet dengan ubi kayu menghasilkan ubi kayu dengan umbi yang besar-besar.
- Okulasi pohon karet dengan pohon beringin atau pohon pulai menghasilkan varietas baru pohon karet yang besar, memiliki masa produktif yang lama, dan dapat menghasilkan getah lateks lebih banyak.
Penulis
menekankan bahwa ide-ide ini hanya merupakan renungan dan belum melalui
penelitian ilmiah, sehingga kebenarannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tulisan ini lebih sebagai inspirasi
dan gagasan untuk eksplorasi lebih lanjut di bidang pertanian karet.
Salam interaksi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar