Ide Perantauan

Pendahuluan

Karet adalah polimer hidrokarbon yang dapat diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan, terutama Hevea brasiliensis (karet para), atau diproduksi secara sintetis. Sumber utama karet alam adalah lateks yang diperoleh dari getah Hevea brasiliensis dengan cara melukai kulit batangnya.
 
Selain Hevea brasiliensis, beberapa jenis tumbuhan lain juga menghasilkan lateks, seperti:
  1. Beringin (Ficus benjamina) dari suku ara-araan (Moraceae)
  2. Getah perca dan sawo manila dari suku sawo-sawoan
  3. Beberapa jenis Euphorbiaceae lainnya
  4. Dandelion
Lateks dari tumbuhan-tumbuhan ini dapat digunakan untuk membuat karet, namun Hevea brasiliensis tetap menjadi sumber utama karet alam karena kualitas dan kuantitas lateks yang dihasilkan. Beringin, sebagai salah satu contoh tumbuhan yang menghasilkan lateks, memiliki peran penting dalam budaya asli Indonesia.


Pertanian Karet di Lubai

Masyarakat Lubai memiliki tradisi membudidayakan karet (disebut "Balam" dalam bahasa Lubai) sejak zaman dahulu. Mereka membudidayakan karet dengan cara tradisional dan sederhana, tanpa menggunakan teknologi modern. Bibit karet diambil langsung dari buah biji karet tanpa seleksi bibit unggul, dan ditanam langsung di lahan pertanian menggunakan kayu runcing (Tugal).
 
Cara bertani karet tradisional ini berlangsung selama beberapa generasi, dengan pola tanam yang tidak teratur dan tanpa pemeliharaan yang baik. Akibatnya, petani karet hidup di bawah garis kemiskinan, kecuali mereka yang memiliki lahan pertanian luas.
 
Namun, pada tahun 2002, pemerintah meluncurkan program peremajaan karet rakyat di desa Jiwa Baru, yang diikuti oleh masyarakat Lubai. Program ini membawa perubahan signifikan, dan masyarakat Lubai menikmati hasil pertanian karet yang melimpah pada tahun 2006-2008, dengan harga karet yang tinggi (Rp 13.500 per kilogram).
 
Kejayaan pertanian karet Lubai ini membawa perubahan pada pola hidup masyarakat, termasuk peningkatan perekonomian, kepemilikan kendaraan roda dua, dan alat komunikasi seperti handphone. Pembangunan rumah tempat tinggal juga berubah menjadi lebih modern dan permanen.
 
Namun, kejayaan ini berakhir karena krisis global yang berdampak pada harga karet dan perekonomian masyarakat Lubai.

Ide perantauan Lubai

Renungan ini membahas tentang kemungkinan melakukan okulasi pada tiga jenis pohon yang menghasilkan getah, yaitu karet (Hevea brasiliensis), beringin (Ficus benjamina), dan pulai (Alstonia scholaris). Okulasi adalah teknik perbanyakan vegetatif yang melibatkan penempelan kulit batang satu tanaman ke batang lainnya, dengan tujuan menggabungkan kelebihan masing-masing tanaman.
Dalam proses okulasi, entres (batang atas) diambil dari tanaman yang memiliki produksi tinggi, sedangkan batang bawah dipilih karena memiliki pertumbuhan akar yang baik atau sifat lainnya yang diinginkan. Pada tanaman karet, okulasi dilakukan dengan menempelkan kulit batang yang memiliki mata tunas ke batang karet lainnya.
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk okulasi antara lain:
  1. Batang atas (entres)
  2. Batang bawah
  3. Pisau okulasi
  4. Plastik okulasi
  5. Asahan
  6. Kain lap
Dengan melakukan okulasi pada ketiga jenis pohon ini, diharapkan dapat dihasilkan tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul, seperti produksi getah yang tinggi dan ketahanan terhadap penyakit. Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan okulasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesesuaian antara batang atas dan batang bawah.
 
 
Ilustrasi pertama :
 
Okulasi pohon Karet dengan pohon Beringin adalah teknik penyambungan dua jenis tanaman berbeda untuk menggabungkan kelebihan masing-masing. Dalam hal ini, entres (batang atas) diambil dari pohon karet unggul dengan produksi getah tinggi, sedangkan batang bawah (rootstock) diambil dari pohon beringin yang kuat dan tahan lama.
 
Pohon beringin dipilih sebagai batang bawah karena karakteristiknya yang kuat, dapat tumbuh tinggi hingga 30-35 meter dengan diameter batang mencapai 40-70 cm, dan dapat hidup hingga ratusan tahun. Dengan menggabungkan kedua jenis tanaman ini, diharapkan hasilnya adalah pohon karet yang:
  1. Tumbuh besar dan kuat seperti pohon beringin
  2. Memiliki masa produksi yang panjang, mencapai ratusan tahun
  3. Menghasilkan getah yang banyak, sekitar 5-7 kilogram per pohon
  4. Produksi getah meningkat seiring dengan usia pohon
Teknik okulasi ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi getah karet dan memperpanjang umur pohon karet. Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan okulasi ini tergantung pada berbagai faktor, seperti kesesuaian antara batang atas dan batang bawah, serta perawatan yang tepat setelah okulasi.
 

Ilustrasi kedua :
 
Okulasi pohon Karet dengan pohon Pulai adalah teknik penyambungan dua jenis tanaman berbeda untuk menggabungkan kelebihan masing-masing. Dalam hal ini, entres (batang atas) diambil dari pohon karet unggul dengan produksi getah tinggi, sedangkan batang bawah (rootstock) diambil dari pohon pulai yang kuat dan tahan lama.
 
Pohon pulai dipilih sebagai batang bawah karena karakteristiknya yang kuat dan dapat tumbuh tinggi hingga 20-25 meter dengan diameter batang mencapai 60 cm. Dengan menggabungkan kedua jenis tanaman ini, diharapkan hasilnya adalah pohon karet yang:
  1. Tumbuh besar dan tinggi seperti pohon pulai
  2. Memiliki masa produksi yang panjang, mencapai ratusan tahun
  3. Menghasilkan getah yang banyak, sekitar 3-5 kilogram per pohon
  4. Produksi getah meningkat seiring dengan usia pohon
Teknik okulasi ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi getah karet dan memperpanjang umur pohon karet.
 
 
Penutup

Tulisan ini membahas tentang ide inovasi di bidang pertanian karet melalui teknik okulasi. Penulis mengemukakan beberapa kemungkinan hasil okulasi antara pohon karet dengan tanaman lain, seperti:
  1. Okulasi pohon karet dengan ketela pohon menghasilkan "ketela pohon karet" atau "ubi kayu karet" yang memiliki umbi besar tapi tidak dapat dimakan karena sifatnya yang keras. Namun, pucuk mudanya dapat dijadikan lalapan.
  2. Okulasi ubi kayu karet dengan ubi kayu menghasilkan ubi kayu dengan umbi yang besar-besar.
  3. Okulasi pohon karet dengan pohon beringin atau pohon pulai menghasilkan varietas baru pohon karet yang besar, memiliki masa produktif yang lama, dan dapat menghasilkan getah lateks lebih banyak.
Penulis menekankan bahwa ide-ide ini hanya merupakan renungan dan belum melalui penelitian ilmiah, sehingga kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tulisan ini lebih sebagai inspirasi dan gagasan untuk eksplorasi lebih lanjut di bidang pertanian karet.
 
Salam interaksi 
 
altText: Seorang wanita muda cantik berpakaian warna perunggu, berhijab, dan memakai perhiasan aqua, menatap monitor komputer di ruangan kerja mewah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar