Bubu adalah perangkap ikan yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat dengan mudah ke daerah penangkapan ikan, alat dipasang di sasar atau dekat permukaan perairan selama jangka waktu tertentu. Bubu adalah alat tangkap ikan tradisional. Kontruksi bubu mendukung selektifitas target tangkapan dengan disesuaikan dengan besaran lubang bubunya. Masyarakat Lubai biasanya memasang bubu pada sungai sungai kecil pada air yang mengalir tidak terlalu deras.
Bubu Lubai umumnya dibuat sendiri oleh warga Lubai, menggunakan bahan dasar bambu. Penulis pernah menyaksikan ayahanda membubat bubu yaitu batang bambu dipotong dengan ukuran panjang 130 cm, lalu dibelah dua. Selanjutnya bambu tersebut dibelah seukuran kelingking dan dihaluskan menggunakan pisau yang tajam sampai dengan ukuran sebesar pangkal lidi aren. Bambu yang telah dihaluskan tersebut dijalin menggunakan rotan membentuk sebuah selinder. Agar kokoh jalinan bambu yang berbentuk selinder tersebut didalamnya diberi penyanggah berupa akar dengan cara dibentuk lingkaran dengan diameter 30 cm.
Bubu Lubai umumnya dibuat sendiri oleh warga Lubai, menggunakan bahan dasar bambu. Penulis pernah menyaksikan ayahanda membubat bubu yaitu batang bambu dipotong dengan ukuran panjang 130 cm, lalu dibelah dua. Selanjutnya bambu tersebut dibelah seukuran kelingking dan dihaluskan menggunakan pisau yang tajam sampai dengan ukuran sebesar pangkal lidi aren. Bambu yang telah dihaluskan tersebut dijalin menggunakan rotan membentuk sebuah selinder. Agar kokoh jalinan bambu yang berbentuk selinder tersebut didalamnya diberi penyanggah berupa akar dengan cara dibentuk lingkaran dengan diameter 30 cm.
Sekilas kenangan penulis :
- Memasang Bubu bersama ayahanda di Sungai Pegang pada tahun 1969. Sungai Pegang dekat sungai Lubai desa Jiwa Baru, kecamatan Luba,i kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Selain dipasang di sungai Pegang, kadangkala ayahanda memasang bubu di ladang padi lebak Lubai didekat Danau Tehap. Kondisi lahan peladangan keluarga penulis didekat Danau Tehap adalah apabila musim kemarau tanahnya menjadi kering dan apabila dalam musim penghujan menjadi banjir akibat luapan air dari sungai Lubai, sehingga menggenangi lahan perladangan keluarga kami. Suatu kenangan yang sangat berkesan adalah ketika penulis bersama ayahanda pergi kepeladangan didekat Danau Tehap, mengangkat pasangan bubu pada hari. Rasa senang tak terkira tatkala, begitu melihat bubu yang kami angkat ada ikan yang tertangkap seperti ikan palau, lampam, sebarau dan ikan gabus.
- Tahun 1971-an penulis memasang bubu sungai kecil anak sungai Sekampung di lahan pertanian keluarga penulis yang terletak di pedukuhan Talang Rambang, desa Datar Lebuai kecamatan Pulau Panggung kabupaten Tanggamus provinsi Lampung. Untuk menarik perhatian ikan agar masuk ke dalam perangkap, didalam bubu dipasang umpan berupa terasi yang dibungkus dengan kain. Pemasangan bubu dilakukan saat sore hari, ketika pagi hari kami mengangkat bubu tersebut hampir penuh isinya dengan ikan jenis lele disebut juga keli dalam bahasa Lubai. Suatu kenangan yang indah, ikan tersebut selain digoreng, sebagian kami buat ikan sale atau diasap diatas tempat masak yang menggunakan bahan bakar dari jenis kayu.
No comments:
Post a Comment