Gembili (Dioscorea
esculenta) merupakan salah satu spesies tanaman yang mempunyai umbi dan
secara botani tennasuk dalam genus Dioscorea atau uwi-uwian. Genus ini memiliki
± 600 spesies, delapan diantaranya dapat menghasilkan umbi yang dapat dimakan.
Satu diantara kedelapan spesies tersebut adalah gembili. Tanaman gembili dapat
tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Tanaman ini
diperkirakan berasal dari daratan Indo-Cina. Di negara tropis basah, gembili
bersama dengan ubi kayu menjadi makanan berkarbohidrat dari berjuta penduduk
(Sastrahidayat dan Soemamo, 1991).
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi:
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida
(berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Liliidae
Ordo: Liliales
Famili: Dioscoreaceae
Genus: Dioscorea
Spesies: Dioscorea
esculenta (Lour.) Burkill
Nilai gizi gembili tidak
jauh berbeda dibanding dengan ubi kayu segar. Gembili mempunyai nilai kalori 95
ka V I00 g atau sekitar dua per lima bagian dari nilai kalori ubi kayu dan
sekitar seperlima bagian dari nilai kalori tepung beras (Suhardi dkk, 2002).
Gembili dan ubi kayu te1ah menjadi sumber bahan pangan sekunder yang penting
dibeberapa negara tropis. Di Afrika Se1atan gembili selain digunakan sebagai
bahan pangan juga dijadikan bahan baku pembuatan alkohol (Suhardi dkk, 2002).
Penduduk Indonesia memanfaatkan gembili sebagai bahan pangan pada saat terjadi
krisis pangan pada masa penjajahan Jepang dan masa paceklik. Gembili ditanam
sebagai tanaman pekarangan, namun karena tumbuh duri di sekeliling umbi maka
tanaman ini tidak dipelihara. Kurangnya pengetahuan pengolahan gembili
mengakibatkan gembili bukan menjadi bahan komoditi meskipun dalam musim-musim
tertentu banyak dijual di pasar tradisiona1.
Gembili biasanya ditanam dalam
jumlah terbatas, meskipun penduduk sangat menyukainya. Hal ini disebabkan
ketersediaan bibit terbatas dan umur panennya agak lama, yaitu 7−9 bulan.
Tanaman gembili tersebar di beberapa wilayah Papua, terutama di Merauke. Suku
Kanum di Merauke sebagai salah satu sub suku Marind yang mendiami Taman
Nasional Wasur (Paay 2004) mengonsumsi gembili secara turun-temurun sebagai
makanan pokok. Namun saat musim paceklik atau belum memasuki masa panen
gembili, penduduk melakukan kegiatan berburu dan sebagai pangan alternatifnya
adalah sagu dan pisang.
Sistem budi daya gembili
sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat suku Kanum karena mempunyai nilai
budaya yang tinggi, yaitu sebagai mas kawin serta pelengkap pada upacara adat.
Tanpa gembili, suku Kanum tidak dapat melaksanakan pernikahan. Dengan demikian,
budi daya gembili bagi suku Kanum merupakan suatu keharusan. Tingginya
perhatian masyarakat suku Kanum terhadap gembili merupakan peluang sekaligus
tantangan untuk mengembangkan gembili di masa mendatang.
Masyarakat
suku Kanum membudidayakan berbagai kultivar gembili, menamakan kultivar gembili
berdasarkan karakter morfologi umbi. Sistem budi daya bergantung pada jenis
gembili yang ditanam. Umumnya gembili dibudidayakan dengan menggunakan tajar
dari bambu dengan tinggi 2,50−4 m.
Untuk menjamin
keberlanjutan konsumsi, gembili yang dipanen disimpan di suatu tempat dalam
rumah kecil yang diberi nama keter meng. Rumah kecil tersebut terbuat
dari bambu dan beratapkan kulit kayu bus (Melaleuca sp.) agar gembili
terhindar dari sinar matahari langsung.
Budidaya gembili
dilakukan seperti halnya budidaya ubi jalar,yakni di atas guludan. Benihnya
berupa umbi yang ukurannya sedang atau kecil. Benih ini merupakan hasil panen
yang baru saja dilakukan. Biasanya petani akan menyimpan umbi ini di tempat
yang sejuk dan terhindar dari panas matahari langsung. Menjelang musim
penghujan, biasanya umbi gembili ini akan mulai memunculkan tunas. Pada waktu
hujan turun dan guludan sudah siap, umbipun bisa segera ditanam. Cara
penanmannya dengan menugal puncak guludan hingga membentuk lubang. Ke dalam
lubang inilah dimasukkan benih berupa umbi yang telah menampakkan tunas. Lubang
tanam kemudian ditutup dengan tanah. Dalam waktuantara 1 minggu sd. 10 hari,
tanaman gembili akan menyembul dari lubang tanam. Pada saat itulah petani telah
menyiapkan ajir berupa belahan bambu atau ranting-ranting kayu sepanjang 3
meter. Biasanya ajir ini dipasang miring ke arah samping hingga bersama ajir
pada guludan di sebelahnya, akan membentuk segitiga.
Di beberapa kawasan di
Jawa, kita akan menyaksikan petak tanaman gembili ini tumbuh subur pada musim
penghujan. Tidak berkambangnya budi daya komoditas gembili, barangkali juga
disebabkan oleh panjangnya umur tanaman. Kalaupenanaman dilakukan pada bulan
November, maka gembili baru bisa dipanen pada bulan Juni atau Juli tahun
berikutnya. Hingga umur panennya sama dengan singkong. Padahal biayabudidaya
gembili lebih tinggi dari singkong mengingat adanya persyaratan guludan, biaya
benih berupa umbi (singkong hanya potongan batang) dan biaya untuk ajir yang
juga relatif tinggi. Gembili juga tidak menghasilkan limbah yang bisa
dimafaatkan oleh petani. Hingga hasil penanaman gembili hanya berupa umbi
konsumsi tadi. Biasanya panen dilakukan pada saat tanaman gembili sudah mulai
tampak menguning dan mengering. Gembolo yang tumbuh dihutan jati atau di kebun
rakyat malahan bisa baru dipanen setelah tanamannya mengering sama sekali dan
tidak tampak bekas-bekasnya.
Selama ini perbanyakan Dioscorea
esculenta dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan umbi berbagai
ukuran dan berat. Hal ini menyebabkan adanya pertumbuhan dan hasil tanaman yang
beragam. Onwueme (1978) menyatakan bahwa ukuran umbi menentukan pertumbuhan
dan hasil tanaman ubi-ubian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan
cadangan makanan dalam umbi pada masing-masing berat umbi yang digunakan untuk
pertumbuhan tunas sebelum mampu berfotosintesis. Dengan demikian penggunaan
umbi yang sesuai untuk bibit perbanyakan tanaman penting diperhatikan agar
dapat dihindari penggunaan umbi bernilai ekonomi terlalu besar. Penggunaan umbi
berukuran besar memiliki keuntungan: umbi lebih cepat bertunas dan tumbuh,
jumlah tunas lebih banyak, vigor tanaman lebih baik (Onwueme, 1984). Namun cara
ini memerlukan jumlah umbi lebih banyak dibanding umbi berukuran lebih kecil.
Umbi yang masih mentah berkhasiat sebagai obat tetapi bila dimakan rasanya agak
gatal.
Di Afrika Barat gembili
dipakai sebagai industri pati dan alkohol.
Umbi yang kecil disebut gembili, sedangkan umbi yang besar disebut gembolo. Daging umbinya berwarna putih sampai kekuningan. Pada umumnya dibudidayakan sebagai usaha sambilan saja. Pada musim kemarau mengalami masa istirahat selama 1-6 bulan. Menjelang musim hujan umbi ini akan bertunas dan dipergunakan sebagai bibit. Perbanyakan dapat dilakukan selain dengan umbinya, juga dapat dilakukan dengan stek batang. Umbi gembili dapat mulai dipanen pada umur8-9 bulan setelah masa tanam. Perubahan pasca panen pada umbi-umbian terutama terjadi pada perubahan komposisi kimianya. Perubahan komposisi kimia selama penyimpanan meliputi :
Umbi yang kecil disebut gembili, sedangkan umbi yang besar disebut gembolo. Daging umbinya berwarna putih sampai kekuningan. Pada umumnya dibudidayakan sebagai usaha sambilan saja. Pada musim kemarau mengalami masa istirahat selama 1-6 bulan. Menjelang musim hujan umbi ini akan bertunas dan dipergunakan sebagai bibit. Perbanyakan dapat dilakukan selain dengan umbinya, juga dapat dilakukan dengan stek batang. Umbi gembili dapat mulai dipanen pada umur8-9 bulan setelah masa tanam. Perubahan pasca panen pada umbi-umbian terutama terjadi pada perubahan komposisi kimianya. Perubahan komposisi kimia selama penyimpanan meliputi :
- Perubahan kandungan air dalam bahan
- Perubahan padatan terlarut
- Sifat pasta pada saat pemasakan.
Hama
- Ulat : Hama ini merupakan larva dari ngengat (kupu-kupu). Ngengat dapat menghasilkan telur 2.000 butir. Biasanya telurnya dibawah daun secara berkelompok. Ulat menyerang daun dengan memakan epidermis dan jaringan, hingga daun tanaman habis, setelah itu pindah kedaun lain.
- Kutu daun : Hama ini sering berkelompok dipermukaan daun bagian bawah atau atau dipucuk tanaman. Kutu menginfeksi daun, lalu menghisap cairannya sehingga daun berkerut atau keriting dan akhirnya layu dan dapat menimbulkan kematian pada tanaman.
- Ulat Lompat : Gejala serangan ulat ini tampak dengan adanya lubang lubang bekas gigitan, lama kelamaan lubang ini akan semakin luas hingga akan tersisa tulang daun saja.
- Uret : Hama ini mrupakan larva dari kumbang yang telurnya diletakan didalam tanah, dan telurnya yang disebut uret dan akan merusak umbi. Gejalanya tampak pada umbi yang berlubang-lubang tidak beraturan, kemudian membusuk.
Penyakit
- Busuk Daun : Penyebabnya adalah jamur atau cendawan Phitophora infestans. Cendawan ini menyerang daun pada fase pertumbuhan. Serangannya dapat terjadi pada batang tanaman, tangkai daun dan umbi. Penyebarannya dapat terjadi melalui angin, air. Gejalanya bercak-bercak berwarna hijau agak basah.
- Busuk Umbi : Penyebabnya adalah jamur Colletotricum coccodes. Jamur ini berkembang biak apabila kelembapan udara tinggi. Gejalanya tampak pada daun yang menguning, menggulung dan layu. Pada bagian batang berwarna coklat tua dan sampai hitam, pada akar umbi muda menyebabkan membusuk, dan pada umb yang tua menyebabkan bercak berwarna kelabu.
- Penyakit Fisiologis : Penyakit ini terjadi karena kekurangan zat makanan atau akibat factor lingkungan yang tidak sesuai. Keadaan suhu yang tidak sesuai menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akibatnya tanaman kerdil. Keadaan sinar matahariyang terlalu panas atau terik dapat menyebabkan daun menguning atau layu, mengering dan akhirnya gugur. Sebaliknya apabila kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman akan tumbuh tidak normal kurus, kerdil, lemah, dan pucat. Pencemar an lingkungan seperti asap-asap dapat menimbulkan penyakit pada tanaman. Kekurangan Nitrogen, Fosfor, Kalium, akibatnya pertumbuhan terhambat dan secara fisiologi pun tidak sempurna
Pengendalian Hama Penyakit
- Cara Preventif : Merupakan tindakan atau perlindungan tanaman dengan cara penanaman jenis varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit dan penyemprotan pestisida secara berkala dan teratur.
- Cara Kuaratif : Merupakan tindakan perlindungan tanaman setelah terinfeksi atau terserang hama yang menyerang.
- Cara biologis : Dengan menyebarkan atau memelihara kelestarian hewan yang menjadi predator atau musuh alami hama ke areal pertanaman yang terserang.
- Cara mekanis : Dengan pembunuhan hama secaralangsung dengan memangkas bagian tanaman yang menjadi sarang telur yang telah terinfeksi oleh penyakit.
- Cara kimiawi : Memberantas dengan menggunakan bahan-bahan kimia beracun, seperti insektisida, nematisida, fungisida.
Penangan panen yang
kurang hati hati dapat menimbulkan kerusakan, misalnya umbi terluka pada saat
dibongkar dari dalam tanah, dan penanganan panen yang tidak memperhatikan umur
tanaman dan keadaan fisik tanaman, menyebabkan umbi bermutu rendah karena
dipanen terlalu muda. Hama dan penyakit pada umbi tidak hanya menyerang
pada saat dikebun tetapi masih dapat menyerang hasil panen sampai ketangan
konsuman. Penangananan pascapanen yaitu untuk mencegah kerusakan akibat
serangan hama atau penyakit, gangguan fisiologi, dan gangguan lingkungan yang
kurang menguntungkan, maka dilakukan :
- Pembersihan : Pada umumnya umbi yang baru dipanen kotor karena tertempeli tanah dan masih terdapat sisa sisa akar, batang, daun.
- Sortasi : Umbi yang telah dibersihkan selnjutnya disortasi, dipisahkan umbi yang baik dan sehat, yaitu umbi yang tidak cacat dan tidak terserang hama dan penyakit.
Karateristik Gembili
Gembili
masuk dalam spesies Dioscorea esculenta (Lour.) Burkill. Gembili disebut juga
Lesser yam, Chinese yam, Asiatic yam. Nama Lokal gembili adalah ubi aung (Jawa
Barat), ubi gembili (Jawa Tengah), kombili (Ambon). Bentuk umbi gembili pada
umumnya bulat sampai lonjong, tetapi ada juga bentuk bercabang atau lobar.
Permukaan umbi licin, warna kulit umbi krem sampai coklat muda, warna korteks
kuning kehijauan dan warna daging umbi putih bening sampai putih keruh. Umbi
gembili berdiameter sekitar 4 cm, panjang 4 cm sampai 10 cm dengan bentuk bulat
atau lonjong. Tebal kulit umbi sekitar 0,04 cm. Kulit umbi mudah dikupas karena
cukup tipis. Berat umbi sekitar 100 – 200 gram.
Komponen kimia terbesar
pada gembili adalah air kemudian karbohidrat. Karbohidrat pada gembili tersusun
atas gula, amilosa dan amilopektin. Komponen gula tersusun atas glukosa,
fruktosa dan sukrosa sehingga menyebabkan rasa manis. Protein pada gembili
tersusun atas asam amino yang jumlahnya rendah yaitu asam amino sulfur
(metionin dan sistein), lisin, tirosin dan triptofan, sedangkan asam amino yang
lain jumlahnya besar.
Tumbuhan yang seringkali
berduri. Akar-akar pada tumbuhan liarnya berduri, pada tanaman budidaya
seringkali tidak berduri. Setiap 1 tanaman terdapat 4-20 umbi; umbi tua
berbentuk silinder, kadangkala berlobi, kulit lapisan luar coklat atau
abu-abu-coklat, tipis, seringkali kasar; daging putih. Batang tegak, memanjat
melingkar ke kiri, berduri di bagian dasar dan di bagian atas tidak berduri.
Daun tunggal, berseling, menjantung, seringkali terdapat 2 duri di pangkal.
Perbungaan jantan di ketiak, perbungaan betina melengkung ke bawah, bulir
menyerupai tandan., soliter. Buah (sangat jarang ditemukan) kapsul, pipih. Biji
bersayap membundar.
Daerah asal
Tempat tumbuh alami jenis
ini di daerah tropis lembab dan agak lembab. Sebaran terbaiknya pada daerah
dengan curah hujan 875 - 1750 mm per tahun, dengan suhu minimum 22.70 C..
Penyebarannya menurun pada daerah bersuhu 35° C atau di atasnya. Penanaman
sebaiknya di dataran rendah, namun di Himalaya pada ketinggian 900 m dpl dapat
berhasil dengan baik. Pembentukan umbi ditentukan oleh kondisi optimum pada
kondisi hari siang pendek, drainasi tanah dengan pH 5.5 - 6.5. Perbanyakan
dilakukan dengan umbinya. Masa dormansi umbinya sangat pendek. Umbinya ditanam
pada gundukan tanah, punggung bukit atau pada tanah datar. Tumpang sari dengan
tanaman budidaya lainnya umum dilakukan. Jika penanaman secara monokultur maka
jarak tanam 100 cm x 50 cm. Penyiangan perlu dilakukan 2-3 kali dalam satu kali
penanaman.
Jenis ini berasal dari
Thailand dan Indo China. Tumbuhan liarnya ditemukan di India, Burma dan New
Guinea. Pada jaman prahistori jenis ini tersebar di Asia Tenggara dari daratan
Asia sampai ke Philippina, kemudian ke bagian selatan dan tenggara berakhir di
bagian barat daya. Setelah tahun 1500-an jenis ini memasuki kawasan tropis.
Saat ini merupakan tanaman budidaya penting di Asia Tenggara (terutama di New
Guinea, Ocenia, Karibia dan China).
Jenis dan Varietas
Nama dari gembili
menunjuk kepada bentuknya, misalnya gembili gajah berbentuk paling besar
dibanding yang lain. Gembili teropong bentuknya bulat memanjang seperti
teropong. Sedangkan gembili legi mempunyai bentuk paling kecil, tetapi rasanya
paling enak, karena paling manis. Gembili srewot, permukaannya mempunyai
rambut-rambut akar yang sangat banyak. Terakhir gembili wulung mempunyai umbi,
batang dan daun berwarna ungu.
Varietas lain dari
gembili yaitu Gembolo (Dioscorea bulbifera), suku gadung-gadungan
atau Dioscoreaceae) merupakan tanaman umbi-umbian yang ditanam di pekarangan.
Tanaman ini semakin jarang dikenal dan hanya bisa dijumpai di desa-desa. Umbi
gembolo serupa dengan umbi gembili namun berukuran lebih besar.
Tumbuhan gembolo merambat
dan rambatannya berputar ke arah kanan (searah jarum jam jika dilihat dari
atas). Tumbuhan ini juga dapat menghasilkan umbi dari batang yang ada di
permukaan. Umbi ini disebut "umbi udara" dan dapat digunakan sebagai
bahan perbanyakan vegetatif. Gembolo sekarang tersebar ke seluruh daerah tropika dan
di beberapa tempat di Afrika menjadi sumber karbohidrat penting
Spesies Dioscores aculeata terdapat mulai dari yang forma kecil
(diameter umbi 4 sd.7 cm) yang disebut gembili sampai forma besar
(diameter umbi 15 cm) yang disebut gembolo. Gembili pun masih terdiri
dari berbagai forma. Mulai dari forma umbi bulat telur sampai lonjong. Forma
lonjong berukuran lebih besar dibanding forma bulat. Diameter umbi forma bulat
sekitar 3 cm, sementara forma lonjong sampai 7 cm. Panjang batang gembili
bisa mencapai 5 meter lebih. Diameter batang antara 3 sd. 7 mm, berkulit keras
(kaku) dan berduri. Forma gembolo malahan juga menghasilkan akar yang juga
berduri yang disebut "gemarung". Duri gemarung ini sangat kuat hingga
sulit sekali lapuk. Meskipun sudah bertahun-tahun dalam tanah, duri gemarung
akan tetap utuh berwarna hitam mengkilap. Daun gembili maupun gembolo
berbentuk jantung berwarna hijau tua dengan tulang daun tampak menonjol.
Panjang daun mulai dari 7 cm (gembili) sampai 15 cm (gembolo).
Sebagai tanaman pemanjat, gembili maupun gembolo memerlukan
panjatan. Gembolo memerlukan batang pohon sebagai panjatan, sebab batangnya
lebih panjang dengan jumlah cabang lebih banyak. Sampai saat ini, gembolo tidak
pernah dibudidayakan secara khusus. Umbi ini banyak tumbuh lias dihutan-hutan
jati atau dibudidayakan satu dua batang di kebun rakyat. Meskipun gembolo
berukuran jauh lebih besar dari gembili, namun umbi ini kurang disukai
masyarakat karena rasanya tidak selezat gembili. Kandungan pati gembolo lebih
rendah dari gembili, sementara kandungan airnya lebih tinggi. Hingga rasa
gembolo kurang begitu enak dibanding gembili. Selain itu, tangkai umbi gembili
cukup panjang, kadang-kadang sampai lebih dari 50 cm. Duri gemarungnya yang
banyak, kuat dan sangat tajam juga kurang disukai petani. Namun sebagai sumber
genetik plasma nutfah, sebenarnya gembolo layak untuk tetap dilestarikan.
Keberadaan gembolo di hutan jati merupakan alternatif pelestarian yang cukup
aman.
Standar Mutu Gembili
Penentuan mutu umbi
gembili yang baik dapat diketahui dengan penentuan standart mutu fisik dan
standart mutu kimiawi umbi gembili, yang merupakan standart mutu fisik umbi
meliputi :
Tingkat kesegaran pada umbi
Tanaman
umbi gembili sudah cukup tua , berumur 6-9 bulan atau maksimal 11 bulan
sehingga umbi gembili tersebut sudah siap untuk dipanen dan selanjutnya dapat
digunakan oleh konsumen. Kenampakan umbi gembili yang baik umumnya segar dan
tidak terdapat kelainan pada warna kulit (warna kulitnya sesuai dengan warna
umbi gembili pada umumnya misanya coklat tua).
Persyaratan mutu ubi gembili segar tergantung pada kadar
air, kadar pati, pembengkokan (deformasi) umbi, kepoyoan dan ketebalan umbi.
Makin lama ubikayu disimpan, maka kadar air dan kadar pati akan menurun,
sedangkan tingkat pembengkokan kepoyoan dan keretakan umbi akan meningkat.
Persyaratan mutu olahan tergantung pada kadar air, kadar pati, kadar serat dan
kadar pasir.
Ukuran besar kecilnya umbi
Untuk
ukuran besarnya umbi gembili yang memenuhi kriteria yaitu miliki ukuran umbi
yang seragam. Semakin kecil-kecil ukuran umbi gembili juga dapat mempengaruhi
mutu umbi tersebut sehingga semakin rendah mutunya.
Bentuk umbi gembili pada
umumnya bulat sampai lonjong, tetapi ada juga bentuk bercabang atau lobar. Permukaan
umbi licin, warna kulit umbi krem sampai coklat muda, warna korteks kuning
kehijauan dan warna daging umbi putih bening sampai putih keruh. Umbi gembili
berdiameter sekitar 4 cm, panjang 4 cm sampai 10 cm dengan bentuk bulat atau
lonjong. Tebal kulit umbi sekitar 0,04 cm. Kulit umbi mudah dikupas karena
cukup tipis. Berat umbi sekitar 100 – 200 gram.
Adanya tanda – tanda kerusakan
yang diidentifikasi secara subyektif, seperti cacat atau adanya lubang pada
bagian umbi, rasa yang berbeda dari rasa normal, tekstur dan penampang luar
umbi.
Klasifikasi
umbi yang baik atau yang mulus yaitu tidak terdapat tanda-tanda kerusakan
Seperti lubang-lubang pada umbi talas tersebut,luka-luka atau memar pada
lapisan kulit. Semakin banyak lekuk-lekuk pada bentuk umbinya maka mutunya
semakin rendah. Dalam penyimpanan umbi gembili akan mengalami susut berat.Makin
rendah suhu makin kecil susutnya. Umbi talas yang sudah dipanen mudah rusak
,talas yang terlanjur dipanen tidak bias bertahan lama tanpa pengolahan dan
bila kita ingin menyimpan umbi selama beberapa waktu lamanya kita harus
menjaganya dari kerusakan mekanis dan diusahakan ruang penyimpanan tetap
kering.
Penyimpanan
umbi gembili pada ruangan bersuhu kamar dapat tahan selama 10-14 hari.Daya
simpan umbi gembili dapat diperpanjang dengan cara disimpan dalam ruangan
dingin, misalnya cold storage.Pada suhu rendah umbi gembili ini dapat
bertahan selama 9 minggu dalam penyimpanan.
Standar mutu juga dapat ditentukan oleh tempat atau
dimana pembudidayaan umbi gembili tersebut. Gembili umumnya ditanam di
lahan-lahan kering seperti tegalan, ladang dan kebun, baik ditempat datar
maupun ditempat bergelombang dan berbukit. Tumbuh pada berbagai jenis
tanah-tanah yang memilki lapisan atas yang tebal, tanah gembur serta tanah yang
kaya akan unsur-unsur hara. Pada tanah yang padat dan berat, pertumbuhan umbi
kurang berkembang dengan sempurna, serta dapat terjadi pembusukan jika ditanam
ditempat-tempat yang basah. Hal ini dapat menurunkan mutu bahan atau gembili
tersebut.
Berbagai penelitian menunjukkan, kandungan gizi tepung
lokal tak berbeda jauh dari tepung terigu. Dengan demikian, tepung lokal
memiliki prospek baik untuk mensubstitusi tepung terigu.Badan Bimbingan Massal
dan Ketahanan Pangan (BMKP) Jawa Tengah, bekerja sama dengan beberapa perguruan
tinggi, telah mengolah aneka tepung lokal menjadi berbagai produk olahan pangan
yang lezat dan menarik. Pemanfaatan tepung lokal sebagai bahan substitusi dan
pengganti terigu dapat mengurangi kebutuhan terigu mulai dari 20 % hingga 100
%. Sayangnya, hingga kini belum banyak pengusaha yang mau memproduksi tepung
lokal dalam skala komersial, sehingga konsumen masih mengalami kesulitan dalam
memeperoleh tepung alternatif tersebut.
Beberapa bahan pangan lokal di Indonesia yang dapat
ditepungkan antara lain berasal dari serealia (misal jagung dan sorgum),
umbi-umbian (uwi, ganyong, gadung, gembili, garut, sente, suweg, singkong,
talas, ubi jalar, dan kentang), serta buah-buahan (pisang, sukun, labu, dan
nangka muda).
Penentuan mutu umbi
gembili dengan cara mengetahui standart mutu kimiawi meliputi :
Komponen
kimia terbesar pada gembili adalah amilosa dan amilopektin. Juga mengandung
gula dan fruktosa sehingga manis rasanya. Protein gembili mengandung asam amino
sulfur (metionin dan sistin ) yang rendah. Demikian juga asam amino lisin dan
tirosin serta thriptopan hanya dalam jumlah rendah
Kandungan gizi
Gembili mempunyai rendemen tepung umbi dan tepung pati tertinggi
(24,28% dan 21,44%) dibanding umbi-umbi lain. Dengan demikian ditinjau dari
hasil rendemennya gembili sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tepung
maupun pati.
Gembili
merupakan potensi sumber hidrat arang, protein, rendah lemak, kalsium, fosfor,
potasium, zat besi, serat makanan, vitamin B6 dan C. Selain itu gembili
mempunyai kadar sodium dan indeks glisemik yang rendah. Gembili dapat di pakai
sebagai makanan tambahan atau makanan pengganti, selain itu juga dapat
menunjang usaha untuk penganekaragaman bahan makanan, sehingga tidak
bergantung pada beras. Di afrika barat umbinya di pakai sebagai bahan industri
pati dan alkohol.
Aneka Produk Olahan
Agar mempunyai nilai tambah lebih tinggi, masyarakat
telah mencoba mengolah umbi gembili ini menjadi berbagai produk olahan yang
lebih bervariasi serta lebih menarik penampilan dan rasanya sehingga memenuhi
selera. Produk olahan tersebut bisa langsung dikonsumsi (produk jadi) atau
sebagai bahan pangan setengah jadi seperti tepung, yang selanjutnya
dapat diolah menjadi berbagai produk pangan siap konsumsi. Pengolahannya dapat dilakukan petani, industri kecil maupun industri besar.
Umbi gembili dapat diolah menjadi beberapa produk pangan, misalnya dibuat tepung, keripik, dimasak kering ataupun gethuk. Produk aneka olahan umbi gembili adalah sebagai berikut :
dapat diolah menjadi berbagai produk pangan siap konsumsi. Pengolahannya dapat dilakukan petani, industri kecil maupun industri besar.
Umbi gembili dapat diolah menjadi beberapa produk pangan, misalnya dibuat tepung, keripik, dimasak kering ataupun gethuk. Produk aneka olahan umbi gembili adalah sebagai berikut :
· Pengolahan Umbi gembili
Umbi
dikupas terlebih dahulu dan pengupasan ini sebaiknya dilakukan setipis mungkin.
Umbi yang telah dikupas kemudian diiris – iris baik dengan menggunakan mesin
pengiris atau dengan pisau biasa. Irisan dijemur dipanas matahari selama 2 – 3
hari. Irisan yang sudah kering benar mudah sekali patah dan irisan –
irisan yang demikian akan tahan lama bila disimpan baik dalam karung ataupun
kaleng. Di usahakan disimpan ditempat yang kering betul.
Tepung
Umbi gembili dapat diperoleh dari serpihan – serpihan kering kemudian ditumbuk
sampai halus menjadi tepung.
Kripik Gembili
Bahan :
- 1 kg gembili
- Minyak goreng secukupnya
Cara membuat :
- Gembili di kupas, di cuci dan dipotong tipis tipis
- Jemur atau diamkan dahulu selama sekitar 2 jam
- Goreng potongan potongan gembili tersebut dalam minyak mendidih sampai kering dan berubah warna. Beri taburan garam agar menambah rasa gurih
Gethuk gembili
Bahan :
- 1 kg gembili
- 2 ons gula merah
- Parutan kelapa secukupnya
- Garam secukupnya
Cara membuat :
- Gembili dicuci dan dikukus dengan kulitnya.
- Setelah masak dibiarkan dingin dahulu dan kemudian dikupas kulitnya
- Tumbuk dengan dibubuhi sedikit garam, padatkan dan kukus kembali
- Gula merah di masak dengan sedikit air sehingga diperoleh cairan yang kental
Cara menyajikan :
Gethuk gembili tersebut
dipotong kecil dan ditaburi parutan kelapa dan cairan gula.
Kegunaan gembili
Kegunaan gembili
- Pemanfaatan gembili dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan tepung dan pati gembili sebagai bahan substitusi dalam pembuatan produk olahan seperti kue, mi instan, kerupuk dan lain-lain. Widowati dan Sunilhardi (2002) menyatakan bahwa tepung terigu dapat disubstitusi oleh tepung dari umbi umbian, sorgum dan jagung. Tepung lokal tersebut dapat mensubstitusi pada pembuatan mi instan (20%), kue basah (30-50%), roti tawar dan sejenisnya (20%), kue kering (50- 100%) dan makanan tradisional lainnya.
- Umbi gembili setelah dimasak atau dipanggang rasanya manis dan lezat, dimakan sebagai makanan tambahan. Umbinya dapat juga diekstrak menjadi tepung; seratnya halus dan mudah dicerna sehingga digunakan dalam menu penderita penyakit pencernaan. Parutan kasar umbinya digunakan sebagai tapel untuk obat pembengkakan , khususnya di kerongkongan.
- Gembili mempunyai prospek untuk produk tepung umbi maupun tepung pati sedangkan ubi kelapa untuk tepung umbi
- Daun gembili yang mengering dapat menjadi pupuk hijau. Kita bisa mengumpulkannya dan menjadikannya media tanam untuk tanaman wijayakusuma, pakis, begonia, anggrek atau tanaman rimpang seperti jahe, lengkuas.
Kesimpulan
Ubi gembili termasuk dalam jenis umbi – umbian. Menurut
jenis umbinya ubi gembili termasuk dalam Umbi Kormus, yaitu bagian dari dasar
batang menggembung, berada dalam tanah. Ubi gembili berasal dari beberapa
daerah dan negara, untuk itu maka nama atau sebutan ubi gembili pada masing –
masing tempat berbeda – beda.
Varietas
ubi gembili sangat beragam, misalnya gembili gajah
berbentuk paling besar dibanding yang lain. Gembili teropong bentuknya bulat
memanjang seperti teropong. Sedangkan gembili legi mempunyai bentuk paling
kecil, tetapi rasanya paling enak, karena paling manis. Gembili srewot,
permukaannya mempunyai rambut-rambut akar yang sangat banyak. Terakhir gembili
wulung mempunyai umbi, batang dan daun berwarna ungu.
Standar
penentuan mutu bahan makanan ubi gembili sangat penting dalam usaha untuk
mengembangkan dan mengenalkan produk ubi gembili kepada masyarakat. Mutu atau
kualitas ubi gembili tergantung kepada pengupasan, pengeringan, dan
pemeliharaan. Kadar atau kandungan air, serat, pati dan pasir silika dalam ubi
gembili juga dapat mempengaruhi mutu atau kualitas ubi gembili tersebut.
Produk olahan ubi gembili sangat beragam atau bermacam –
macam. Ubi gembili dapat digunakan sebagai obat. Misalnya Lepra dan Katimimul.
Contoh produk olahan ubi gembili yaitu cake ubi gembili dan kelepon ubi
gembili.
Sumber : http://ranistiaa.blogspot.com
No comments:
Post a Comment