Wednesday, September 26, 2012

Fenomenal Lelang Ongkol


Berbagai kebudayaan di negera kita Republik Indonesia memang selalu unik dan menarik. Salah satunya adalah budaya Lubai khususnya desa-desa yang telah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Budaya Lubai masuk di wilayah kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Suamtera Selatan. Suatu tradisi sejak lama telah dilaksanakan adalah acara lelang Ongkol selallu menghiasi prosesi resepsi pernikahan adat di Lubai. Unik bukan?

Dalam menyambut tamu undangan, biasanya disajikan kopi atau teh terlebih dahulu kemudian disusul dengan kue-kue kecil khas Lubai. Undangan pun bisa beramah tamah dengan tamu yang lainnya sambil mencicipi penganan khas Lubai, menyaksikan penampilan hiburan dari Grup musik yang disewa khusus untuk memeriahkan acara resepsi pernikahan adat Lubai.

Fenomenal Lelang Ongkol...

Lelang Ongkol hanyalah sebuah istilah. Yang dilelang bukang Ongkol ataupun Bongkol akan tetapi yang dilelang adalah kue Engkak Ketan dan Ayam Panggang seekor utuh. Acara adat ini mempunyai tujuan mengumpulkan uang sumbangan dari para tamu undangan, untuk membantu biaya penyelenggaraan kegiatan resepsi pernikahan tersebut.

Adapun tatacara panitia resepsi pernikahan mengadakan lelang ongkol adalah dengan cara kue atau ayam ditawarkan kepada para tamu undangan, selanjutkan tamu undangan yang menawar akan dihitung sampai hitungan yang ketiga. Apabila ada lagi tamu undangan yang menawar, maka kue ataupun ayam akan diberikan kepada undangan yang paling tinggi tawarannnya.

Dalam kajian fenomenal Lelang Ongkol bukan kue Engkak Ketan, buka Ayam Panggangnya. Kue Engkak Ketan dan Ayam Panggangnya sama persis yang dijual umum dipasar. Namun yang menjadi fenomenal adalah persepsi masyarakat Lubai bahwa si pembeli ataupun sipenawar kue ataupun ayam semakin tinggi tawarannya, maka dia akan dipersepsikan tinggi pula status sosialnya; Penulis pernah menyaksikan tawaran paling tinggi untuk seekor Ayam Panggang seharga Rp. 1.500.000,- (Satu juta lima ratus rupiah)...

Acara lelang ini berlangsung selama 1 (satu) jam. Menurut adat desa Jiwa Baru, tamu undangan tidak memberikan bingkisan berupa uang di dalam sampul/amplop tetapi melalui acara lelang ini. Uang yang terkumpul lansung disebutnya jumlahnya. Sehingga masyarakat pedesaan dan tamu undangan dapat mengetahui berapa uang yang terkumpul. Ketika penulis menyaksiskan acara resepsi pernikahan anak kakak Hazmir mendapat uang lelang sebesar Rp. 22.500.000,- (Dua puluh dua juta lima ratus rupiah)

Sungguh unik dan fenomenal acara lelang Kue dan Ayam Panggang.

No comments:

Post a Comment