Friday, November 11, 2011

Legenda Terompah Puyang

Prosa Rakyat yang anda baca ini adalah Legenda dari Desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Diantara beragam versi cerita tentang Legenda di Nusantara, maka kami  ingin menuliskan kembali cerita rakyat dari desa Jiwa Baru dahulu desa Baru Lubai dan desa Kurungan Jiwa. Tulisan ini hanya sebatas kemampuan pengetahuan yang kami miliki saja, bukan untuk di perdebatkan dikemudian hari. Apabila ada pembaca yang lebih memahami tentang Legenda ini, kami persilahkan untuk memberikan koreksinya.

Dikisahkan pada dahulu kala nenek moyang Desa Kurungan Jiwa dan Desa Baru Lubai baca "Jiwa Baru" terdiri dari orang yang sakti mandra guna. Sumpahnya dapat menjadi kenyataan, hal ini sesuai dengan kondisi dan tradisi saat itu bahwa masyarakat Lubai saat itu lebih mengutamakan kekayaan bathiniyah daripada lahiriyah. Legenda Terompah Poyang yang kami tulis ini bersumber dari ayah kami Muhammad Ibrahim bin Haji Hasan bin Aliakim bin Sinar bin Riamad gelar Puyang Lebi bin Nata Kerti gelar Puyang Gembeling Sakti bin Kencane Diwa gelar Puyang Jage Niti. Ayah kami  menuturkan cerita ini saat kami masih bertempat tinggal dikampung halaman "desa Baru Lubai" pada tahun 1970, ketika beliau menjabat kepala kampung II Desa Baru Lubai dan Anggota Dewan Marga Lubai Suku I.

Tokoh didalam legenda ini adalah seorang ahli ibadat yang berdomisili di desa Baru Lubai, rajin ibadah di Masjid. Tokoh lainnya adalah seseorang yang jahil didalam legenda ini tidak disebutkan siapa dia itu.

Poyang Baru Lubai

Diceritakan dahulu kala pada tahun 1800-an di desa Baru Lubai, hiduplah seorang ahli ibadah yang didalam legenda ini disebut Poyang Baru Lubai. Setiap hari poyang ini melakukan ibadah sholat di Musholla dalam bahasa Lubai Langgar. Perjalanan dari rumah menuju Langgar desa Baru Lubai, Poyang Baru Lubai selalu menggunakan terompah yang terbuat dari kayu Pulai dalam bahasa Lubai Pelawi. Sehingga terompah kayu Poyang ini merupakan salah satu benda kesayangan beliau.

Terompah kayu hilang

Diceritakan oleh ayah kami bahwa pada suatu pagi, setelah Poyang Baru Lubai melaksanakan ibadah sholat Subuh di Langgar beliau hendak pulang kerumah. Terompah baca "Terumpah Kayu" milik Poyang Baru Lubai yang sering digunakan untuk ke Langgar di desa Baru Lubai, diambil oleh seseorang. Poyang Baru Lubai mencari kesana kesini, namun beliau tidak juga berhasil menemukannya.Terompah kayu milik Poyang Baru Lubai, telah rahib entah kemana?.

Beberapa hari kemudian Poyang Baru Lubai, berfikir dengan cara apa untuk menemukan orang telah berani mengambil terompah kayunya. Beliau juga berfikir bagaimana sepantasnya memberikan pembelajaran pada warga desa Baru Lubai khususnya yang telah berbuat jahil kepadanya. Pembelajaran ini dilakukan Poyang Baru Lubai dikarenakan beliau ingin memberikan sock teraphy kepada pelaku yang mengambil Terompah kayunya. Akhirnya Poyang Baru Lubai membuat Sumpah ataupun sejenis kata-kata peringatan untuk warga Baru Lubai.

Kutifan Sumpah Poyang 

Poyang Baru Lubai menyumpah warga Baru Lubai sebagai berikut :

Dengan ini aku membuangkan mumbang Niuh ke Batangahi Lubai, ini akibat ade sanak keluarge yang durhake, dikde menghargeiku. Make dengan ini aku sumpahkan kepade yang lah ngambek Terompah kayuku, dan seluruh masyarakat duson Baru Lubai dan Kurungan Jiwe, sape bai yang tinggal diduson ini die akan menghasekan kehidupannye lok-lok mumbang Niuh di Batangahi Lubai ini, kadang timbul, kadang tenggelam.

Keterangan
  1. Berdasarkan cerita kedua orang tua kami kepada penulis bahwa sumpah Poyang ini diketahui seluruh masyarakat Baru Lubai dan Kurungan Jiwa (Jiwa Baru).
  2. Beberapa generasi warga desa Baru Lubai dan Kurungan Jiwa seakan kena tulah sumpah Poyang Baru Lubai. Entah dikarenakan  keampuhan sumpah Poyang Baru Lubai ataupun karena faktor lain. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintahan Jepang, masa kemerdekaan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1990-an warga desa Jiwa Baru kehidupan perekonomiannya sangat memprihatikan. Bahkan ada ungkapan masyarakat yang sering penulis dengar bahwa jeme Baru Lubai dan Kurungan Jiwe adalah Alai berete (Kaye), berite juge mati mude, banyak rite banyak bini, banyak rite lupe diri.


No comments:

Post a Comment