Saturday, September 15, 2012

Kamus Lubai

Logo Design by FlamingText.com

Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh penggunaan bagi sesuatu perkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di dalam kamus. Biasanya hal ini terdapat dalam kamus bahasa Perancis.

Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus (قاموس), dengan bentuk jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari kata Yunani Ωκεανός (okeanos) yang berarti 'samudra'. Sejarah kata itu jelas memperlihatkan makna dasar yang terkandung dalam kata kamus, yaitu wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa, yang tidak terhingga dalam dan luasnya. Dewasa ini kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya.

Kamus Lubai adalah sebuah kumpuluan padanan kata Bahasa Lubai dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Lubai pada mulanya adalah bahasa yang dituturkan sebagian besar oleh masyarakat/ penduduk yang berdiam di pesisir atau tepian Daerah Aliran Sungai Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan, penduduk lokal menyebutnya base lubai.

Di wilayah Sumatera Selatan mengalir sembilan sungai yang besar yang sering juga disebut dengan Batanghari Sembilan. Pada zaman dahulu sebelum ada jalur darat, maka jalur sungai merupakan jalur transportasi baik untuk perniagaan maupun untuk berinteraksi sosial lainnya. 
 
Masyarakat yang berdiam di sepanjang Daerah Aliran Sungai Lubai pada mulanya bermukim secara terpencar-pencar, dengan membentuk kelompok keluarga kecil mendirikan rumah-rumah kecil yang disebut penduduk lokal dangau, kemudian berkelompok beberapa buah dangau yang disebut betalang. Kelompok-kelompok ini lama kelamaan berkembang dan membentuk kelompok yang lebih besar lagi yang dinamakan dusun. Mereka menamai kelompok dengan suku sesuai dengan nama sungai tersebut. Mereka memiliki budaya juga bahasa sebagai alat komuniksi antar mereka.
 
Demikian pula halnya dengan masyarakat yang tinggal atau berdiam di pesisir atau tepian sepanjang sungai lubai, mereka menamakan Suku Lubai, dan bahasa mereka disebut dengan Base Lubai. Suku Lubai masih termasuk  salah satu suku dari rumpun Melayu. Oleh karena itu Bahasa Lubai juga termasuk bahasa melayu dimana dialek e (e pepet) sama seperti bahasa melayu Malaysia. Kemudian huruf  R hampir tidak digunakan dalam bahasa Lubai ini. Huruf R biasa diganti dengan huruf H contoh dalam bahasa Indonesia Rumah maka dalam bahasa Lubai diucapkan humah yang artinya rumah.
 
Kosa kata dalam Bahasa Lubai dapat di jelaskan sebagai berikut: 
 
Serapan dari bahasa Melayu/Indonesia
  1. Kata-kata melayu/Indonesia yang pada suku terakhir berakhiran vocal ‘a’ diserap kedalam bahasa lubai, sebagian besar berubah dan berbunyi ‘e’, contoh: cara menjadi care, lama men jadi lame. 
  2. Kata-kata Melayu/Indonesia konsonan ‘r’ diserap kedalam bahasa lubai, sebagian berubah dan berbunyi ‘h’ contoh: akar menjadi akah, sangkar burung menjadi sangkah buhung, kecuali  kata ‘besar’ menjadi ‘besak’ dan kata ‘antar’ menjadi ‘antat’ 
  3. Kata-kata Melayu/Indonesia konsonan ‘h’ setelah diserap kedalam bahasa lubai, sebagian menjadi hilang, contoh: hujan menjadi ujan, pahit menjadi pait, dst
Imbuhan (awalan) 
  1. imbuhan ‘ber’  dan ‘ter’, maka huruf ‘r’ pada imbuhan tersebut menjadi hilang, contoh: ber+tenage menjadi betenage, ber+decoh menjad bedecoh, ter+jehumus menjadi tejehumus, ter+kacai menjadi tekacai, dst 
  2. imbuhan ‘me’ yang mendapat sisipan ‘m’, ‘n’, ‘ng’, atau ‘ny’, maka imbuhan ‘me’ menjadi hilang, dan dibaca atau berbunyi huruf sisipan saja contoh: me+m+bancoh menjadi mbancoh, men+n+tanak menjadi nanak, me+ng+anyam menjadi nganyam, me+ny+sembulung menjadi nyembulung, dst. 
  3. Kata depan ‘ke’ bertemu kata dengan diawali huruf vocal ‘a’, atau ‘u’ maka huruf ‘e’ pada kata depan ke menjadi hilang, contoh : Ke+ayahk menjadi kayahk, Ke+ume  menjadi kume, Ke+(h)utan menjadi ke utan. 
  4. Kata depan ‘se’ yang berarti satu bertemu kata dengan diawali huruf vocal ‘a’, ‘i’, ‘o’ atau ‘u’ maka huruf ‘e’ pada kata depan ‘se’ menjadi hilang, contoh : Se+ikok menjadi sikok, Se+uhang menjadi suhang, Se+(h)ahi menjadi sahi, Se+(h)elai menjadi selai.
Kata penunjuk arah mata-angin. 
 
Dalam bahasa Kata-kata melayu/Indonesia yang pada suku terakhir berakhiran vocal ‘a’ diserap kedalam bahasa lubai  tidak menggunakan patokan alam berupa kutub utara dan kutub selatan, namun yang menggunakan arah aliran sungai pada tempat  atau lokasi tersebut, sehingga petunjuk arah sangat situasi sekali, sbb: 
 
Arah asal datang aliran sungai disebut arah ‘ulu’ =hulu 
Arah tujuan aliran sungai disebut arah ‘ileh’ =ilir
Arah yang lebih dekat dengan aliran sungai disebut ‘lembak’ =lembah, dan
Arah yang lebih jauh dengan aliran sungai disebut ‘dahat’ =darat.

No comments:

Post a Comment