Saturday, September 8, 2012

Legenda Poyang Nata Kerti

Sejarah singkat
Poyang Natakerti diperkirakan lahir pada tahun 1.500 Masehi. Beliau merupakan anak dari Poyang Kencana Dewa yang bergelar Jaga Niti. Poyang Natakerti adalah salah seorang tokoh masyarakat desa Kurungan Jiwa dimasa yang lampau. Tempat kelahiran beliau adalah desa Kurungan Jiwa, masuk wilayah Kesultanan Palembang Darussalam. Saat ini desa Kurungan Jiwa digabung dengan desa Baru Lubai, sehingga berubah namanya menjadi “Jiwa Baru” merupakan wilayah dari Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.

Anak keturunan
Poyang Natakerti mempunyai 3 (tiga) orang anak laki-laki yaitu : Poyang Rentamad, Poyang Riamad dan Poyang Desamad. Adapun anak beliau yang lain penulis tidak ada menemukan data yang akurat, maka tidak dapat dicantumkan nama-namanya disini. Dari anak Poyang Natakerti 3 (tiga) bersaudara ini, melahirkan komunitas kurungan lembak, disebut dalam bahasa Lubai Gugok Kurungan Lembak atau Jurai Brak. 
 
Komunitas Kurungan Lembak.
Walaupun penulis tidak mempunyai dokumen yang tertulis, namun diperkirakan Komunitas Kurungan Lembak yang berawal dari desa Kurungan Jiwa, Kecamatan Lubai menyebar ke berbagai desa sebagai berikut :
  1. Desa Gunong Raja, susunan silsilah keturunan : Abu Nikmat bin Aliaqim bin Sinar bin Riamad disebut juga Puyang Lebi bin Nata Kerti;
  2. Desa Kurungan Jiwa, susunan silsilah keturunan : Haji Hasan bin Aliaqim bin Sinar bin Riamad disebut juga Poyang Lebi bin Nata Kerti. Sebagian besar penduduk desa Kurungan Jiwa, merupakan anak keturunan Poyang Nata Kerti, diperkirakan jumlah populasinya sebanyak 300 jiwa, mendiami lahan permukiman kearah Sungai Lubai desa Kurungan Jiwa;
  3. Desa Beringin, pada desa ini ada anak keturunan Puyang Nata Kerti, tetapi tidak ada data akurat, sehingga silsilah keturunan tidak dapat dimuat secara lengkap. Diantara anak keturunan Poyang Nata Keri yaitu Irwadi bin Rofi'i;
  4. Desa Aur, ada anak keturunan Puyang Nata Kerti, tetapi tidak ada data akurat, sehingga silsilah keturunan tidak dapat dimuat secara lengkap. Diantara anak keturunan Poyang Nata Kerti yaitu Pugok Husin;
  5. Desa Prabumenang, terdapat anak keturunan Puyang Nata Kerti, tetapi tidak ada data akurat, sehingga silsilah keturunan tidak dapat dimuat;
  6. Desa Buloh Ilok Kecamatan Rambang, terdapat anak keturunan Puyang Nata Kerti, tetapi tidak ada data akurat, sehingga silsilah keturunan tidak dapat dimuat. Anak keturunan Puyang Natakerti dari desa ini, sering melakukan ziarah ke makam Puyang Riamad yang disebut juga Puyang Lebi;
  7. Desa Umpam, Kecamatan Lengkayap Kabupaten Ogan Komering Ulu, terdapat juga anak keturuan Poyang Nata Kerti tetapi tidak ada data akurat, sehingga silsilah keturunan tidak dapat dimuat. Pada kunjungan penulis ke desa Umpam pada tahun 1982-an, banyak penduduk disana mengaku anak keturunan Puyang Nata Kerti, namun sayang saat itu penulis tidak menanyakan silsilahnya secara rinci;
  8. Provinsi Lampung, diperkira jumlah populasi mencapai 200 jiwa. Penulis merupakan anak keturunan Poyang Nata Kerti dengan silsilah keturunan sebagai berikut : Amrullah Ibrahim Lubai bin Muhammad Ibrahim bin Haji Hasan bin Aliaqim bin Sinar bin Riamad gelar Poyang Lebi bin Natakerti gelar Poyang Gembeling Sakti bin Kencana Dewa gelar Poyang Jaga Niti.
  9. Kota Palembang, Kota Prabumulih, Jakarta anak keturunan poyang Nata Kerti diperkirakan populasinya mencapai 300 orang jiwa.
Prestasi Anak Keturunan :
  • Alm. Poyang Riamad bergelar Lebi atau Lebai. Semasa hidupnya pernah menjadi tokoh agama islam di desa Kurungan Jiwa. Gelar Lebai merupakan gelar struktural bidang agama islam pada masa itu. Kedudukan dan wewenang Lebai sama dengan Penghulu nagari di daerah Minangkabau, Sumatera Barat;
  • Alm. Wak Muhammad Haqi, Semasa hidupnya pernah menjadi tokoh masyarakat di desa Kurungan Jiwa. Jabatan beliau adalah Kerio desa Kurungan Jiwa. Kerio (kepada desa) merupakan gelar struktural bidang pemerintahan pada masa itu;
  • Alm. Ayah M. Ibrahim bin Haji Hasan, semasa hidupnya pernah menjadi tokoh pejuang kemerdekaan diwilayah Sumatera Selatan nomor anggota 33 Komandannya Alm. Kolonel Sjarnubi Said, beliau pernah menjadi Penggawa kampung satu desa Baru Lubai, beliau pernah menjadi Anggota Dewan Marga Lubai suku satu;

Anak keturunan Poyang Natakerti, setelah kemerdekaan Republik Indonesia banyak yang berhasil mengukir prestasi dibidang pemerintahan, bidang perdagangan, bidang pertanian. Dengan mempertimbangkan beberapa hal, penulis tidak dapat memuat nama-nama anak keturunan Poyang Nata Kerti selain yang tersebut diatas.

Berdasarkan info yang didapat penulis, bahwa anak keturunan Poyang Natakerti saat ini telah berhasil meraih prestasi dari berbagai bidang sebagai berikut :
  1. Menjadi Anggota Kepolisian Republik Indonesia, prestasi : mencapai pakat perwira;
  2. Menjadi Anggota Tentara Nasional Indonesia, prestasi : mencapai pangkat perwira yaitu Alm. Biul Burlian (Kapten);
  3. Menjadi pejabat di Kementerian Keuangan Republik Indonesia, prestasi : Eselon II;
  4. Menjadi pejabat di Kementerian Agama Republik Indonesia, prestasi : Eselon III, yaitu Alm. Drs. Haji Muhammad Aiman Fikri pernah menjabat Kepala Kantor Kemenang Palembang;
  5. Menjadi Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Haji Fathur Rahman.
Catatan : Generasi muda keturunan Poyang Nata Kerti, sebagian besar mereka tidak mengetahui bahwa mereka itu merupakan anak keturunan beliau, jangankan mengirimkan doa kepada beliau.

Harta Peninggalan
Pada mulanya harta peninggalan Poyang Nata Kerti melimpah ruah. Diantara harta peninggalan beliau adalah berupa tanah lahan pertanian, Tebat, Danau, tanam tumbuh buah-buahan. Akan tetapi dikarenakan penulis tidak mempunyai data-data pendukung yang lengkap, maka penulis tidak dapat untuk menuliskan satu persatu harta peninggalan beliau. Adapun diantara harta Poyang Nata Kerti yang penulis ketahui sebagai berikut :
  1. Tanah untuk lahan pertanian, seluas ribuan hektar terletak di daerah “Air Sabut” penduduk lokal menyebut Ayah Sabot, desa Jiwa Baru, Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 1970-an tanah dikawasan ini, pernah dibuka menjadi lahan pertanian : Ladang Padi darat dan Kebun Karet. Yang membuka tanah Puyang Nata Kerti adalah Masyarakat desa Kurungan jiwa dan Baru Lubai, mendapat dukungan penuh dari pemerintah marga Lubai suku satu yaitu dari Pasirah Abdul Haris. Masyarakat Kurungan Jiwa dan Baru Lubai menamakan kegiatan ini “Proyek Natakerti”.
  2. Proyek Natakerti” adalah suatu kegiatan bersama yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Kurungan jiwa dan Baru Lubai, untuk mencapai tujuan yang luhur yaitu menyongsong kemakmuran bersama melalui pertanian. Untuk mencapai tujuan yang luhur itu, maka dibuatlah sebuah bendungan di Air Sabut. Tinggi bendungan lebih kurang tinggi 15 meter, lebar 45 meter ketebalan 5 meter. Bendungan dibuat menggunakan tanah biasa yang diberi pagar kayu. Tujuan dibuatnya bendungan ini adalah menjadi sumber air untuk mengaliran pesawahan dan menjadi tempat memelihara ikan. Adapun kegiatan lain adalah masing-masing kepala keluarga yang tergabung dalam “Proyek Natakerti” mendapa lahan pertanian, seluas lebih kurang 2 (dua) hektar. Lahan pertanian seluas 2 hektar itu dipergunakan untuk menanam padi darat dan membuat kebun karet. Saat proyek ini dilaksanakan, penulis masih duduk dikelas III Sekolah Dasar Negeri Baru Lubai. Dari proyek ini yang berkesan bagi penulis adalah sebuah pantun yang sering dilantun oleh anak-anak desa Jiwa Baru tatkala itu. Biasanya pantun ini dilantunkan ketika pergi menuju kelokasi proyek Natakerti, dan saat pulang meninggalkan lokasi proyek Natakerti. 
Bunyi pantun anak-anak desa Jiwa Baru Lubai sebagai berikut :
Pagi-pagi pergi ke Proyek Natakerti,
Kalau pergi, jangan lupa membawa nasi,
Walaupun proyek Natakerti telah jadi,
Tapi sayang banyak oyek daripada nasi.


Kesaktian
Poyang Nata Kerti mempunyai kesaktian mantraguna. Konon ceritanya zaman dahulu kala, jika dipagi hari Poyang-poyang di Desa Kurungan Jiwa berjemur dipinggir Sungai Lubai, beliau duduk bersila diatas mata tombak dalam bahasa Lubai disebut Kujur. Beliau melakukan ini merupakan isyarat bahwa para poyang-poyang itu memiliki daya tahan tubuh yaitu tubuh mereka tidak mampu ditembus senjata tajam.

Poyang Nata Kerti bergelar Gembeling Sakti. Gembeling artinya terlatih dan Sakti artinya mempunyai daya tahan tubuh kebal terhadap senjata tajam. Dalam arti kata yang luas seseorang yang mempunyai kesaktian adalah sosok manusia mempunyai pelindung tubuh yang baik, mampu menaklukkan berbagai jenis binatang buas.

Berdasarkan cerita dari orangtua penulis, para nenek moyang di Desa Kurungan Jiwa zaman dahulu mempunyai peliharaan binatang buas seperti : Harimau dan Ular. Ada suatu tradisi disini yaitu apabila berjumpa dengan binatang buas seperti Harimau dihutan desa Kurungan Jiwa, maka kita harus mengucapkan ”permisi nenek, cucu mau lewat

Makam
Terletak dekat rumah Kakak Luth di Desa Kurungan Jiwa ”Jiwa Baru” Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Bagi anak keturunan beliau yang belum tau, harap menanyakan kepada sanak keluarga yang lainnya.

No comments:

Post a Comment