Wednesday, February 1, 2012

Ladang di Lubai

 
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.


Deskripsi pohon
  1. Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.
  2. Bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.
  3. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
Jenis tanaman
  1. Padi Gogo. Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
  2. Padi rawa. Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
  3. Padi Pera. Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen.
  4. Padi Ketan. Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya.
  5. Padi Wangi. Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan rajalele. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
 Sepenggal kenangan 
  1. Ladang padi di Gumsurum. Gumsuruman suatu kawasan perladangan masyarakat desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Sepenggal kenangan bagi penulis tahun 1968-an adalah ketika saat panen pagi penulis diajak ayahanda untuk menginap di Ladang. Rasanya senang bukan kepalang, saat bangun tidur melihat padi menguning. Buah padi tersebut berbunyi saat ditiup angin, sambil menunggu orang tua kami memanen padi, penulis membuat terompetan dari batang padi. Asik rasanya, ingin kembali peristiwa itu terulang kembali.
  2. Ladang padi di Buloh Jawe. Buloh Jawe suatu kawasan perladangan masyarakat desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Sepenggal kenangan bagi penulis tahun 1969-an adalah ketika saat panen pagi penulis diajak ayahanda untuk menginap di Ladang. Kenangan samahal saat kami berladang dikawasan Gumsuruman yaitu rasanya senang bukan kepalang, saat bangun tidur melihat padi menguning. 
  3. Ladang padi di Danau Tehap. Danau Tehap suatu kawasan rawa yang dijadikan perladangan oleh masyarakat desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Sepenggal kenangan bagi penulis tahun 1969-an adalah ketika saat panen pagi penulis diajak ayahanda untuk menginap di Ladang. Kenangan samahal saat kami berladang dikawasan Gumsuruman yaitu rasanya senang bukan kepalang, saat bangun tidur melihat padi menguning. Namun kenangan yang paling berkesan saat penulis memancing ikan, ditengah peladangan keluarga kami, pancing tersebut ditelan ikan gabus cukup besar. Bahagia sekali rasanya...
  4. Ladang padi di Ayah Sabot. Ayah Sabot suatu kawasan tanah milik Puyang Natakerti bergelar Gembeling Sakti yang dijadikan perladangan oleh masyarakat desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Sepenggal kenangan bagi penulis tahun 1970-an adalah ketika saat panen pagi penulis diajak ayahanda untuk menginap di Ladang. Kenangan samahal saat kami berladang dikawasan Gumsuruman yaitu rasanya senang bukan kepalang, saat bangun tidur melihat padi menguning.

No comments:

Post a Comment