Menurut penuturan masyarakat Lubai secara turun temurun bahwa masing masing desa di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Lubai mempunyai Hikayat yang penuh makna yang mengandung unsur filosofi yang sangat mendalam, sesuai dengan karakter masyarakatnya. Hikayat Lubai yang ditulis ini adalah kajian cerita yang dituturkan Almarhum Ayahanda kami, pada tahun 1975. Berdasarkan penuturan beliau bahwa hikayat ini sudah berlangsung turun temurun sejak dahulu kala di Lubai. Penuturan beliau tersebut dikaji kembali oleh penulis dengan fakta kekinian, berdasarkan apa yang kami lihat, dengar dan alami sendiri. Marilah kita ikuti jalan cerita Hikayat Lubai sebagai berikut :
Terdapatlah sebuah desa yang sangat asri didirikan pada bagian pertegahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Lubai dinamakan Aur penduduk lokal menyebutnya Aor. Desa ini merupakan paling utama di kecamatan Lubai dikarenakan menjadi pusat pemerintah an kecamatan Lubai. Jalan lintas dari Baturaja ke Prabumulih membelah desa ini. Hijau dedaunan hampir seluruhnya memenuhi pandangan mata dibagian timur desa. Pohon tinggi yang menjulang terdapat dimana mana, diantaranya tumbuhlah pohon Rengas tertata sangatlah rapih ditepian Sungai Lubai dibagian barat desa. Beberapa pohon buah-buahan tumbuh disebelah utara desa dan beberapa pohon gelam tumbuh pada bagian selatan pedesaan ini. Ya, desa ini seluruhnya di kemas dengan cantik oleh Yang Maha Pencipta.
Cerita Desa Aur yang dituturkan masyarakat Lubai sebagai berikut :
- Lokasi Permukiman : Desa Aur terletak antara desa Beringin dan desa Karang Agung;
- Kata sifat : Masyaralat Lubai memberikan sinonim pada desa ini, dengan sebutan Tonggak Terendam dalam bahasa Lubai Jungkang Tehendam;
- Kajian penulis : Penulis tidak dapat memberikan kajian secara lengkap dikarenakan kekurangan informasi tentang masyarakat desa Aur. Namun demikian penulis mencoba untuk mengulas sedikit makna kata Tonggak Terendam atau disebut penduduk lokak dengan sebutan Jungkang Tehendam yaitu bahwa masyarakat desa Aur di-identikkan dengan masyarakat yang tidak ingin memamerkan sesuatu seperti punya ilmu digdaya. Laksana Tonggak Terendam ada didalam air, namun tidak nampak dipermukaannya. Dari hasil kajian tersebut penulis membuat suatu kesimpulan bahwa Desa Aur filosofi yang melekat pada desa ini yaitu "Jungkang Tehendam" yaitu suatu desa yang dihuni masyarakat yang tidak ingin memamerkan kekuatan dirinya. Wallahu aklam bisshowab...
Keterangan : Kajian ini hanya sekedar tulisan biasa yang bukan untuk diperdebatkan. Kepada sanak keluarga yang mempunyai referensi lebih lengkap, silahkan tuliskan komentarnya. Maafkan atas segala kekurangan informasi yang kami miliki..
No comments:
Post a Comment