Alkisah bahwa dahulu kala wilayah Lubai di kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan, merupakan wilayah Kedatuan Sriwijaya. Setelah Kedatuan Sriwijaya runtuh, wilayah ini dikuasi oleh Kesultanan Palembang Darussalam. Desa-desa tua didirikan oleh nenek moyang di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Lubai. Lubai adalah sebuah sungai yang membentang dari sumber airnya diperbukitan dekat Simpang Meo, kabupaten Muara Enim mengalir sampai kehilir bermuara ke sungai Rambang dekat Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir.
Terdapatlah sebuah desa yang sangat asri didirikan pada bagian paling hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Lubai dinamakan Tanjung Kemala penduduk lokal menyebutnya Tanjung Kemale. Hijau dedaunan hampir seluruhnya memenuhi pandangan mata dibagian timur desa. Pohon tinggi yang menjulang terdapat dimana mana, diantaranya tumbuhlah pohon Rengas tertata sangatlah rapih ditepian Sungai Lubai dibagian barat desa. Beberapa pohon buah-buahan tumbuh disebelah utara desa dan beberapa pohon gelam tumbuh didekat Danau Temesu pada bagian selatan pedesaan ini. Ya, desa ini seluruhnya di kemas dengan cantik oleh Yang Maha Pencipta.
Cerita desa Tanjung Kemala yang dituturkan Ayahanda penulis sebagai berikut :
- Lokasi Permukiman : Desa Tanjung Kemala terletak antara desa Gunung Raja dan Tambang Rambang. Desa ini merupakan paling hilir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Lubai berbatasan langsung desa Tambang Rambang (sungai Rambang);
- Kata sifat : Masyaralat Lubai memberikan sinonim pada desa ini, dengan sebutan Pengamat Kata dalam bahasa Lubai "Penindai Kate"
- Kajian penulis : Sebutan desa Tanjung Kemala dengan sinonim "Penindai Kate" berdasarkan hasil komunikasi penulis dengan salah seorang penduduk setempat pada bulan September tahun 2010, untuk karakter masyarakat desa ini cukup berasalan. Ketika kami sekeluarga hendak menuju desa Tambang Rambang (tempat keluarga besar Isteri Penulis bermukim), kami mampir pada sebentar pada sebuah warung hendak bertanya dimana arah jalan menuju desa Tambang Rambang. Ketika pertanyaan kami ajukan tidak langsung dijawab oleh pemilik warung, melainkan kami berdialog sebentar, hal ini dapat menunjukkan bahwa karakter masyarakat desa Tanjung Kemala sangatlah hati hati didalam berkomunikasi. Dari hasil komunikasi tersebut penulis membuat suatu kesimpulan bahwa Desa Tanjung Kemala sangatlah tepat filosofi yang melekat pada desa ini yaitu "Penindai Kate" yaitu suatu desa yang dihuni masyarakat dengan cara berkomunikasi dengan cara menilai lawan bicaranya. Wallahu aklam bisshowab...
Keterangan : Kajian ini hanya sekedar tulisan biasa yang bukan untuk diperdebatkan. Kepada sanak keluarga yang mempunyai referensi lebih lengkap, silahkan tuliskan komentarnya. Maafkan atas segala kekurangan informasi yang kami miliki.
No comments:
Post a Comment