Sunday, January 22, 2012

Mata Pencarian suku Lubai

Mata pencarian merupakan produk manusia sebagai “Homo Economicus” menjadikan tingkat kehidupan manusia meningkat secara terus menerus. Sebagai “Food Gathering” kehidupan manusia memang sama dengan hewan. Namun dalam tingkat “Food Producing” telah terjadi kemajuan yang pesat, setelah bercocok tanam, kemudian berternak, mengusahakan kerajinan, berdagang, manusia semakin dapat mencukupi kebutuhan yang secara terus menerus meningkat.

Mata pencaharian suku Lubai ditinjau dari beberapa periode :
  1. Priode pemerintahan Hindia Belanda : Mata Pencaharian masyarakat Lubai sebagian besar hidup dari tanahnya menjadi peladang yang berpindah, bercocok tanam Pisang, Ubi Kayu, berkebon Karet atau Para. 
  2. Priode awal kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1990 selain menjadi petani, sebagian lagi ada yang beternak Ayam. Berburu Rusa dan menangkap ikan di Sungai Lubai.
  3. Pada periode tahun 1990-2010 : Mata Pencaharian masyarakat Lubai mayoritas masyarakat menjadi petani kebun Karet atau para. Sebagian lagi ada yang menanam Nanas dan Jeruk. Mata pencaharian penduduk yang lain, ada yang menjadi Guru, Pegawai Negeri Sipil, sub keagenan Getah Karet. Getah Karet ini biasanya oleh petani dijual setiap hari Rabu, kepada sub keagenan. Keagenen atau sering juga disebut tokeh Karet berada di Kota Prabumulih.
Kesimpulan : Mata pencarian suku Lubai beberapa dasa warsa yang lalu berpusat pada alam dengan cra bercocok tanam, seriring perubahan teknologi dan semakin mudahnya sarana transpormasi maka sebagian warga Lubai saat ini beralih profesi seperti menjadi Pegawai Negeri Sipil, Guru dan sebagainya.

    No comments:

    Post a Comment