Friday, November 9, 2012

Beladang Beume

Ladang atau ume, masyarakat Lubai desa Jiwa Baru kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan menyebutnya. Sebuah kegiatan rutinitas yang harus dikerjakan peladang, untuk mendapatkan persediaan makanan setahun lamanya sebelum beladang tahun berikutnya. Kegiataan beladang dimulai dengan membuka lahan seperti menebas kayu-kayu kecil dan menebang kayu-kayu besar. Setelah itu segala ranting dan kayu dibiarkan kering dahulu untuk memudahkan pembakaran. 

Menebas belukar/hutan

Menebas belukar/hutan adalah kegiatan memotong kayu-kayu kecil atau tumbuhan perdu dengan menggunakan golok kecil dalam bahasa Lubai disebut pisau penebasan. Semua kayu kecil dan perdu dipotong satu demi satu sehingga bersihlah lahan untuk dijadikan ladang atau ume, dan biasanya kayu kecil dan perdu direbahkan ketanah agar pada saat menebang kayu menjadi mudah untuk melintasinya. Waktu dibutuhkan untuk menebas kayu seluas tanah 1 hektar diperlukan 15 hari.

Menebang belukar/hutan

Menebang belukar/hutan adalah kegiatan memotong kayu-kayu besar atau tumbuhan pepohonan besar, biasa kegiatan menebang dengan menggunakan golok besar dalam bahasa Lubai disebut pisau kimpalan. Semua kayu besar yang tersisa setelah penebesan satu demi satu dipotong sampai dengan tidak ada lagi pohon yang masih berdirid pada lahan untuk dijadikan ladang atau ume, dan biasanya cara menebang kayu besar disesuaikan dengan kemiringan batang pohon tersebut. Zaman dulu waktu diperlukan untuk menebang kayu seluas tanah 1 hektar diperlukan sebulan lamanya. Saat ini dengan menggunakan gergaji mesin, waktu diperlukan hanya selama 3 hari saja.

Memotong dahan/ranting

Memotong dahan/ranting adalah kegiatan memotong dahan dan ranting kayu besar atau tumbuhan pepohonan besar, biasa kegiatan menebang dengan menggunakan golok besar dalam bahasa Lubai disebut pisau kimpalan. Semua Dahan kayu besar yang telah ditebang akan dipotong yang dalam bahasa Lubai disebut mehedah hebe. Tujuan mehedah hebe ini adalah agar pada saat pembakaran lahan atau hebe nanti dapat merata, sehingga pembakaran lahan peladangan berhasil dengan baik. , Waktu diperlukan untuk mehedah hebe, selama 7 hari. Setelah melakukan pemotongan dahan dan ranting kayu, peladang membiarkan kayu-kayu yang telah dipotoang berserta ranting-rantingpada  bakal ladangnya dalam bahasa Lubai disebut ngampah hebe sampai dengan kering.

Nunu hebe

Setelah Hebe atau lahan yang sudah kering dibakar, membakar disini tidak seperti membakar sampah tetapi dibuatkan jalur api. Masyarakat kampung ini menyebutnya nunu hebe.  Nunu hebe atau pembakaran peladangan dilakukan sore hari sekitar pukul 16.30 WIB disaat angin tidak kencang dan cuaca tidak terlalu panas. Pada kegiatan nunu hebe biasa peladang, dibantu oleh keluarga besarnya. Kegiatan nunu hebe merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan, dikarenakan peladang akan mentraktir tamu-tamunya dengan masakan khas Lubai yaitu kence. Kence adalah beras ketan dimasak lalu dicampurkan dengan kuah buah durien. Lemak nian rasonyo...

 Memandok Ume

 Setelah tahap membakar selesai selanjutnya memandok. Memandok adalah kegiatan mengumpulkan ranting – ranting yang tidak dibakar api, sehingga ladang menjadi bersih. Hal ini bertujuan memudahkan dalam proses penugalan. Kayu atau ranting yang dikumpulkan dinamakan pandokan, pandokan ini nantinya dibakar. Tanah bekas tempat pandokan ini, biasanya akan ditanam bibit sayur – sayuran ladang.

Nugal padi

Setelah ladang bersih selanjutnya menamam padi atau masyarakat Lubai menyebutnya nugal. Nugal menggunakan kayu yang diruncing ujungnya, penduduk disini menyebutnya tugal. Tugal ialah kayu bulat yang ujungnya dibuat lancip untuk membuat lobang. Ayahanda kami biasanya menggunakan kayu behuas atau manggis hutan untuk dijadikan tugal. Ukuran kayu yang dibuat tugal lilitan 10 centi meter dan panjang 225 centi meter. 

Menih tugalan

Lubang yang dihasilkan oleh tugal akan dimasukkan benih padi kedalamnya. Sebelum proses menugal dimulai. Peladang akan menempatkan bibit padi pada sebuah tempat yang disebut dunak. Dunak merupakan tempat untuk meletakkan seluruh benih. Benih padi yang telah ditempatkan pada Dunak  di dibacakan sholawat Nabi Muhammad SAW dan surat Alfatihah, Peladang membaca sholawat Nabi dan Surah Alfatihah ini bermaksud memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan, kesalamatan dan mendapatkan padi yang bernas dan banyak lagi barokah dalam bahasa Lubai buleh padi banyak dan berkat pule.

Benih padi yang ditanam biasanya jenis padi yang dimakan sehari–hari yang usianya mencapai 5 bulan lamanya baru bisa  panen serta tidak ketinggalan juga menanam padi pulut walaupun hanya benihan sekulak lebarnya. Sekulak biasanya menghabiskan benih sebanyak setuku. Tuku adalah tempat bibit padi yang terbuat dari anyaman rotan.

Kegiatan menugal atau menanam padi biasanya dilakukan secara beramai-ramai, semakin luas ladang nya semakin ramai pula orang yang diperlukan untuk menanam padi. Pada zaman dahulu masyarakat Lubai menyebutnya Ngambek ahi nugal. Ngambek ahi nugal merupakan acara menyenangkan bagi bujang gadis, pada kegiatan ini kesempatan bujang gadis untuk saling berkenalan antara satu dengan yang lainnya.

Mehumput ume

Kegiatan peladang padi  selanjutnya adalah mehumput ume atau merumput ladang. Merumput ladang atau mehumput ume padi, pekerjaan yang tidak terlalu susah, terutama saat pada masih berumur 2 bulan dikarenakan pohon padi belum tinggi. Namun jika usia tanaman padi kita telah berumbur 4 bulan, pohon padinya sudah tinggi pekerjaan merumput ladang jadi agak terhambat.

Ngetam padi

Kegiatan peladang padi  selanjutnya adalah ngetam padi atau memanen padi. Ngetam padi di ume  atau memanen padi di ladang, pekerjaan yang tidak terlalu susah, namun diperlukan ketelitian. Masyarakat Lubai memanen padi mengguna ani-ani disebut dengan tuai
Demikian sekilas cerita berladang atau beume masyarakat Lubai, namun sayang sekarang berladang ataupun beume sebagian masyarakat Lubai telah meninggalkannya dikarenakan kesibukannya mengambil getah karet.

No comments:

Post a Comment