Johar atau juar adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras yang termasuk suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan). Pohon yang sering ditanam sebagai peneduh tepi jalan ini dikenal pula dengan nama-nama yang mirip, seperti juwar (Btw., Jw., Sd.), atau johor (Mly.). Di Sumatra, pohon ini dinamai pula bujuk atau dulang. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut dengan beberapa nama seperti black-wood cassia, Bombay blackwood, kassod tree, Siamese senna dan lain-lain. Nama ilmiahnya, siamea, merujuk pada tanah asalnya, yakni Siam atau Thailand.
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Upakelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Upafamili: Caesalpinioideae
Genus: Senna
Spesies: S. siamea
Nama binomial : Senna siamea, (Lamk.) Irwin et Barneby
Sinonim :
Daun menyirip genap, 10 — 35 cm panjangnya; dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5 — 3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya; poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu meruncing kecil, lk. 1 mm, lekas rontok. Anak daun 4 — 16 pasang, agak menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3 — 8 cm × 1 — 2,5 cm, panjang 2 — 4 × lebarnya, pangkal dan ujungnya membulat atau menumpul, gundul dan mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah.
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Upakelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Upafamili: Caesalpinioideae
Genus: Senna
Spesies: S. siamea
Nama binomial : Senna siamea, (Lamk.) Irwin et Barneby
Sinonim :
- Cassia florida Vahl
- Cassia siamea Lamk.
- Senna sumatrana Roxb.
Pengenalan
Pohon, tinggi 2 - 20 (-30)m; dengan batang lurus dan pendek, gemang jarang melebihi 50cm. Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda; percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat.Daun menyirip genap, 10 — 35 cm panjangnya; dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5 — 3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya; poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu meruncing kecil, lk. 1 mm, lekas rontok. Anak daun 4 — 16 pasang, agak menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3 — 8 cm × 1 — 2,5 cm, panjang 2 — 4 × lebarnya, pangkal dan ujungnya membulat atau menumpul, gundul dan mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah.
Bunga terkumpul dalam malai
di ujung ranting, panjang 15 — 60 cm, berisi 10 — 60 kuntum yang
terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) malai rata. Kelopak 5
buah, oval membundar, 4 — 9 mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga
berwarna kuning cerah, 5 helai, gundul, bundar telur terbalik, bendera
dengan kuku sepanjang 1 — 2 mm. Benang sari 10, yang terpanjang lk. 1
cm; kurang lebih sama panjang dengan bakal buah dan tangkai putiknya.
Buah polong
memipih, 15 — 30 cm × 12 — 16 mm, berbiji 20 — 30, dengan tepi yang
menebal, pada akhirnya memecah. Biji bundar telur pipih, 6.5 — 8 mm × 6
mm, coklat terang mengkilap.
Kegunaan
Johar sering ditanam dalam sistem pertanaman campuran (agroforestri),
baik sebagai tanaman sela, tanaman tepi atau penghalang angin. Pohon
ini acap ditanam sebagai penaung di perkebunan-perkebunan teh, kopi atau kakao. Akan tetapi perakarannya yang luas dapat berpotensi sebagai pesaing tanaman utama dalam perolehan unsur hara dan air, sehingga penanamannya harus dilakukan dengan hati-hati.
Sekarang johar juga kerap ditanam sebagai pohon peneduh tepi jalan dan
pohon hias di taman-taman, bahkan juga untuk merehabilitasi lahan
pertambangan.
Kayu johar termasuk ke dalam kayu keras dan cukup berat (B.J.
0,6—1,01 pada kadar air 15%). Gubalnya berwarna keputihan, jelas
terbedakan dari kayu terasnya yang coklat gelap hingga kehitaman,
berbelang-belang kekuningan. Kayu terasnya sangat awet (kelas awet I), sedangkan gubalnya lekas rusak dimakan serangga.
Kayu johar juga tergolong kuat (kelas kuat I atau II), sehingga disukai
dalam pembuatan jembatan dan tiang bangunan. Warna dan motifnya yang
indah menjadikan kayu ini digemari dalam pembuatan mebel dan panel
dekoratif; sayangnya kayu johar tergolong sukar dikerjakan karena
kekerasannya.
Johar menghasilkan kayu bakar yang baik, meskipun banyak mengeluarkan asap. Nilai kalorinya sebesar 4500-4600 Kkal/kg, sehingga kayu ini juga baik dijadikan arang. Pada masa silam, johar dimasukkan dan ditanam secara luas di Afrika untuk diperdagangkan kayunya.
Daun-daun johar, bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak ruminansia, namun kandungan alkaloida di dalamnya terbukti toksik (beracun) bagi non-ruminansia seperti babi dan unggas.[3][6][7]
Akan tetapi setelah melalui perebusan dan penggantian airnya beberapa
kali, daun-daun johar yang muda dan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai
sayuran dalam masakan lokal di Thailand dan Srilanka.
Johar juga menghasilkan zat penyamak dari pepagan, daun dan buahnya. Akarnya digunakan untuk mengobati cacingan dan sawan pada anak-anak. Kayu terasnya berkhasiat sebagai pencahar, dan rebusannya digunakan untuk mengobati kudis di Kamboja. Sementara di Jawa Tengah, teh johar yang dihasilkan dari rebusan daunnya dipakai sebagai obat malaria. Daun-daun dan bagian tumbuhan lainnya dari johar mengandung senyawa-senyawa kimia seperti antrakinona, antrona, flavona, serta aneka triterpenoida dan alkaloida, termasuk pula kasiadimina (cassiadimine).
Di Cina, johar ditanam sebagai tanaman inang untuk memelihara kutu lak. Sementara daun-daun johar sering pula dimanfaatkan sebagai pupuk hijau atau mulsa.
Ekologi dan perbanyakan
Asal-usul johar adalah dari Asia Selatan dan Tenggara. Tumbuhan ini telah dibudidayakan begitu lama, sehingga tanah asalnya yang pasti tidak lagi diketahui. Di Indonesia, johar diketahui tumbuh alami di Sumatra.
Johar dapat tumbuh baik pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika
dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500—2800 mm (optimum
sekitar 1000 mm) pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20—31 °C.
Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5—7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi 1300 m dpl.
Perbanyakan terutama dilakukan dengan biji, yang biasanya langsung
ditaburkan di lapangan. Biji-biji segar tidak memerlukan perlakuan
pendahuluan, namun merendamnya dalam air dingin selama 12 jam akan
mempercepat perkecambahan. Cara lain ialah dengan menyemaikannya lebih
dulu, dan baru memindahkan anakannya ke lapangan setelah berumur 12-14
minggu (tinggi 25-30cm). Cara kedua ini meningkatkan peluang
keberhasilan tumbuh anakan, terutama dalam menghadapi persaingan dengan gulma.
Untuk kepraktisan pengangkutannya, anakan dapat ditanam dalam bentuk stump; dengan batang yang dipangkas hingga tersisa sepanjang 10 cm dan akar sepanjang 30 cm, maksimal diameter batang adalah 1 cm.
Sumber : http://id.wikipedia.org
No comments:
Post a Comment