Wednesday, November 7, 2012

Pohon ketapang

Ketapang, Terminalia catappamenurut F.M. Blanco, Flora de Filipinas
Ketapang ( Terminalia ) 
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae; 
   Kelas: Magnoliopsida; 
      Orto: Myrtales; 
          Famili: Combretaceae; 
              Genus: Terminalia
                   Spesies: Terminalia catappa L.

Ketapang merupakan nama perdagangan dari kayu marga Terminalia, suku Combretaceae . Di Indonesia terdapat 35 jenis dengan daerah persebaran dari Sumatra sampai Papua. Tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, di hutan primer maupun sekunder, hutan campuran Dipterocarpaceae, hutan rawa, hutan pantai, hutan jati atau sepanjang sungai ( Whitmore et.al. , 1986, 1989, 1997).
Salah satu jenis dari ketiga puluh lima jenis tersebut yang memiliki kayu bercorak indah adalah ketapang merah ( Terminalia rubiginosa K. Schum. ) sehingga sangat sesuai untuk kayu lapis indah ( Sulastiningsih, Wardani dan Sutigno, 1999). Berdasarkan informasi pabrik kayu lapis di Sorong, kayu ketapang merah lebih baik daripada ketapang putih. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat menjawab pertanyaan apakah betul ketapang merah itu adalah T. rubiginosa .
Ketapang merah ( T. rubigginosa ) umumnya tumbuh pada daerah dataran rendah, dengan daerah persebaran Maluku dan Papua.

Sifat Botanis

Pohon ketapang (Terminalia catappa) bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Tingginya dapat mencapai 35 meter.

Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak. Daunnya meluruh (meranggas) dua kali dalam setahun. Bunga ketapang berukuran kecil dan terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8–25 cm. Buahnya batu berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda buah ketapang berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi ungu kemerahan saat matang.

Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli dari Asia Tenggara, dan tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini juga biasa ditanam di Australia, India, Madagaskar hingga Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Habitat yang disukai oleh pohon ketapang adalah daerah dataran rendah termasuk daerah pantai hingga ketinggian 500 meter dpl. Pohon ini menggugurkan daunnya hingga dua kali dalam setahun sehingga tanaman ini mampu bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering.

Kegunaan 

 Ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak dahulu. Pepagan (kulit luar) dan daunnya berguna untuk menyamak kulit, pewarna alami, dan sebagai tinta. Kayunya mempunyai kualitas cukup baik meskipun rentan rayap.

Biji ketapang bisa dimakan dan mengandung minyak (mirip minyak almond) sehingga sering dipakai sebagai pengganti minyak almond yang berkhasiat meredakan radang rongga perut. Jika dimasak bersama daunnya, dalam menyembuhkan lepra, kudis dan penyakit kulit yang lain. Daging buahnya dapat dimakan, tetapi berserat dan tidak enak walaupun harum. Daunnya digunakan untuk rematik pada sendi. Tanin dari pepagan dan daunnya digunakan sebagai astringen pada disentri dan sariawan. Juga sebagai diuretik, kardiotonik dan dipakai sebagai obat luar pada erupsi kulit.

Selain itu bentuk tajuk dan rantingnya yang khas sehingga teduh serta pertumbuhannya yang relatif cepat, membuat pohon ketapang kerap ditanam sebagai pohon peneduh di pingir jalan atau taman.

Biji ketapang (Terminalia catappa L) merupakan salah satu sumber minyak nabati di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemiripan antara minyak biji ketapang dengan minyak zaitun, wijen dan kelapa sawit berdasarkan sifat fisika kimia dan kandungan asam lemak total (palmitat, oleat, linoleat, dan stearat) sebagai metil ester. 
 
Minyak ketapang diekstraksi dengan petroleum bensin menggunakan Soxhlet selama 24 jam. Rendemennya (51,25% b/v) menyerupai minyak kelapa sawit dan minyak wijen, sehingga biji ketapang berpeluang digunakan sebagai sumber minyak nabati. Kandungan metil ester asam lemak dalam biji ketapang berdasarkan analisis KG-SM adalah metil palmitat (35,63%), metil oleat (33,49%), metil linoleat (24,49%), dan metil stearat (4,66%). Kandungan metil palmitat yang tinggi mirip dengan kandungan asam palmitat pada minyak kelapa sawit. 
 
Bobot jenis (25oC) minyak biji ketapang, 0,898 gram/mL, mirip dengan minyak kelapa sawit, sedangkan indeks biasnya (20oC) mirip dengan minyak wijen yaitu sebesar 1,4648. Bilangan asamnya (4,7 mgKOH/gram) lebih rendah dibandingkan minyak zaitun (6,6 mgKOH/gram), sehingga kualitasnya lebih baik daripada minyak zaitun. Bilangan penyabunan (68,83 mgKOH/gram) lebih rendah daripada minyak lainnya, yang berarti kandungan asam lemak totalnya rendah. Bilangan iodium sebesar 75,21, sesuai dengan bilangan iodium minyak zaitun (75-94). Penelitian ini menyimpulkan bahwa minyak biji ketapang berpeluang untuk sebagai alternatif pengganti minyak kelapa sawit dan minyak zaitun, berdasarkan kemiripan sifat fisika kimia dan kandungan asam lemaknya.

Sumber : http://mot.farmasi.ugm.ac.id

No comments:

Post a Comment