Ketapang ( Terminalia )
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae;
Kelas: Magnoliopsida;
Orto: Myrtales;
Famili: Combretaceae;
Genus: Terminalia;
Spesies: Terminalia catappa L.
Ketapang merupakan nama perdagangan dari kayu marga Terminalia, suku Combretaceae . Di Indonesia terdapat 35 jenis dengan daerah persebaran dari Sumatra sampai Papua. Tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, di hutan primer maupun sekunder, hutan campuran Dipterocarpaceae, hutan rawa, hutan pantai, hutan jati atau sepanjang sungai ( Whitmore et.al. , 1986, 1989, 1997).
Salah satu jenis dari ketiga puluh lima jenis tersebut yang memiliki kayu bercorak indah adalah ketapang merah ( Terminalia rubiginosa K. Schum. )
sehingga sangat sesuai untuk kayu lapis indah ( Sulastiningsih, Wardani
dan Sutigno, 1999). Berdasarkan informasi pabrik kayu lapis di Sorong,
kayu ketapang merah lebih baik daripada ketapang putih. Untuk itu
diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat menjawab pertanyaan apakah
betul ketapang merah itu adalah T. rubiginosa .
Ketapang merah ( T. rubigginosa ) umumnya
tumbuh pada daerah dataran rendah, dengan daerah persebaran Maluku dan
Papua.
Sumber : http://mot.farmasi.ugm.ac.id
Sifat Botanis
Pohon ketapang (Terminalia catappa)
bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan
bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda.
Tingginya dapat mencapai 35 meter.
Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur
dengan pangkal daun runcing dan ujung daun lebih tumpul. Pertulangan
daun sejajar dengan tepi daun berombak. Daunnya meluruh (meranggas) dua
kali dalam setahun. Bunga
ketapang berukuran kecil dan terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting
berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8–25 cm. Buahnya batu
berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda buah ketapang
berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi ungu kemerahan saat
matang.
Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli
dari Asia Tenggara, dan tersebar hampir di seluruh daerah di Asia
Tenggara termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini juga biasa ditanam di
Australia, India, Madagaskar hingga Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Habitat yang disukai oleh pohon ketapang adalah daerah dataran rendah termasuk daerah pantai
hingga ketinggian 500 meter dpl. Pohon ini menggugurkan daunnya hingga
dua kali dalam setahun sehingga tanaman ini mampu bertahan menghadapi
bulan-bulan yang kering.
Kegunaan
Ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak dahulu. Pepagan (kulit
luar) dan daunnya berguna untuk menyamak kulit, pewarna alami, dan
sebagai tinta. Kayunya mempunyai kualitas cukup baik meskipun rentan
rayap.
Biji ketapang bisa dimakan dan mengandung
minyak (mirip minyak almond) sehingga sering dipakai sebagai pengganti
minyak almond yang berkhasiat meredakan radang rongga perut. Jika
dimasak bersama daunnya, dalam menyembuhkan lepra, kudis dan penyakit
kulit yang lain. Daging buahnya dapat dimakan, tetapi berserat dan tidak
enak walaupun harum. Daunnya digunakan untuk rematik pada sendi. Tanin
dari pepagan dan daunnya digunakan sebagai astringen pada disentri dan
sariawan. Juga sebagai diuretik, kardiotonik dan dipakai sebagai obat
luar pada erupsi kulit.
Selain itu bentuk tajuk dan rantingnya
yang khas sehingga teduh serta pertumbuhannya yang relatif cepat,
membuat pohon ketapang kerap ditanam sebagai pohon peneduh di pingir
jalan atau taman.
Biji ketapang (Terminalia catappa L) merupakan salah
satu sumber minyak nabati di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemiripan antara minyak biji ketapang dengan minyak zaitun, wijen
dan kelapa sawit berdasarkan sifat fisika kimia dan kandungan asam lemak total
(palmitat, oleat, linoleat, dan stearat) sebagai metil ester.
Minyak ketapang diekstraksi
dengan petroleum bensin menggunakan Soxhlet selama 24 jam. Rendemennya (51,25%
b/v) menyerupai minyak kelapa sawit dan minyak wijen, sehingga biji ketapang
berpeluang digunakan sebagai sumber minyak nabati. Kandungan metil ester asam
lemak dalam biji ketapang berdasarkan analisis KG-SM adalah metil palmitat
(35,63%), metil oleat (33,49%), metil linoleat (24,49%), dan metil stearat
(4,66%). Kandungan metil palmitat yang tinggi mirip dengan kandungan asam
palmitat pada minyak kelapa sawit.
Bobot jenis (25oC)
minyak biji ketapang, 0,898 gram/mL, mirip dengan minyak kelapa sawit,
sedangkan indeks biasnya (20oC) mirip dengan minyak wijen yaitu sebesar
1,4648. Bilangan asamnya (4,7 mgKOH/gram) lebih rendah dibandingkan minyak
zaitun (6,6 mgKOH/gram), sehingga kualitasnya lebih baik daripada minyak
zaitun. Bilangan penyabunan (68,83 mgKOH/gram) lebih rendah daripada minyak
lainnya, yang berarti kandungan asam lemak totalnya rendah. Bilangan iodium
sebesar 75,21, sesuai dengan bilangan iodium minyak zaitun (75-94). Penelitian
ini menyimpulkan bahwa minyak biji ketapang berpeluang untuk sebagai alternatif
pengganti minyak kelapa sawit dan minyak zaitun, berdasarkan kemiripan sifat
fisika kimia dan kandungan asam lemaknya.
Sumber : http://mot.farmasi.ugm.ac.id
No comments:
Post a Comment