Saat ini pohon Gaharu ada beberapa jenis, dan dari Indonesia sendiri ada 6 jenis. Dari jenis-jenis tersebut, bibit unggulnya adalah Aquilria Malacaccensis. Untuk jenis pohon yang satu ini, banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Gaharu itu sendiri adalah bagian dari pohon yang mengandung kadar damar wangi dan minyak, sebagai akibat dari proses infeksi patogen (jamur), baik secara alami ataupun buatan. Gaharu dikenal juga dengan nama Engkaras.
“Sudah gaharu cendana pula”, itulah ungkapan sejak ratusan tahun yang lalu. Dari ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa garahu dan cendana sudah dikenal sejak lama dan memiliki nilai tinggi. Kedua jenis kayu tersebut melambangkan kemakmuran.
Gaharu (Aquilaria spp.) merupakan komoditas langka dan spesies asli Indonesia. Gaharu berarti harum yang berasal dari bahasa Melayu, atau dari Bahasa Sansekerta ‘aguru’, berarti ‘kayu berat (tenggelam)’. Gaharu adalah bahan parfum yang diperoleh dari hasil ekstraksi resin dan kayunya. Dilihat dari wujud dan manfaatnya, gaharu memang sangat unik. Gaharu sebenarnya sebuah produk yang berbentuk gumpalan padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam dan berbau harum yang terdapat pada bagian kayu atau akar tanaman pohon induk (misalnya: Aquilaria M.) yang telah mengalami proses perubahan fisika dan kimia akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Oleh sebab itu tidak semua pohon penghasil gaharu mengandung gaharu. Gaharu sebenarnya adalah hasil persenyawaan enzim jamur tertentu yang menginfeksi kayu/pohon gaharu . Persenyawaan itu menghasilkan damar wangi yang kemudian dikenal sebagai gaharu.
Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas penting, semenjak jaman Mesir Kuno. Mumi mesir, selain diberi rempah-rempah (kayumanis, cengkeh), juga diberi cendana dan gaharu. Di pasar internasional, gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, dan minyak.
Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas termahal dan konsumsi raja-raja semenjak kerajaan kuno Mesir, Babilonia, Mesopotamia, Romawi, dan Yunani. Mumi-mumi di Mesir, selain diolesi kayu manis dan cengkeh, juga diberi minyak mur, minyak cendana, dan minyak gaharu.
Sejarah telah membuktikan bahwa keharuman gaharu telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. Sejak zaman dahulu, gaharu menjadi komoditas perdagangan dari kepulauan nusantara antara lain ke India, Persia, Jazirah Arab, dan Afrika Timur.
Gaharu sejak zaman dahulu kala sudah digunakan, baik oleh kalangan bangsawan (kerajaan) hingga masyarakat suku pedalaman di pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia. Gaharu adalah bahan parfum, kosmetik dan obat-obatan (farmasi).
Indonesia merupakan negara produsen gaharu terbesar di dunia dengan kualitas terbaik. Manfaat gaharu antara lain getahnya untuk bahan pembuatan hio dan dupa serta industri kosmetik, sedangkan pohonnya berguna untuk konservasi lingkungan karena secara baik mampu menyerap air. Gaharu merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat di negara-negara Timur Tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan. Masyarakat di Asia Timur juga menggunakannya sebagai hio. Minyak gaharu merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri kosmetika seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka serta obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, antialergi, obat batuk, penenang sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan aroma terapi.
Sumber : http://indonesiatop.blogspot.com
No comments:
Post a Comment