Friday, November 9, 2012

Martabak terang bulan

Membuat Martabak Manis (Terang Bulan)

Ahh, lagi-lagi saya harus berterima kasih dengan teman saya Chanti, di Aceh, yang memberikan ide untuk membuat martabak manis ini. Berawal dari email Chanti kemarin siang yang bercerita mengenai kesuksesannya membuat martabak manis untuk keluarganya, sayapun menjadi terbayang-bayang dengan makanan lezat nan legit ini. Martabak manis favorit saya tentu saja adalah martabak Bangka, tampilannya tebal, berminyak, dengan tekstur yang lembut. Selain itu martabak Bangka selalu royal dengan keju parut, coklat dan susu kental manis. Duh, bisa tiga potong sekaligus saya santap hanya dalam satu kali kesempatan saja jika kebetulan makanan ini terhidang di depan hidung.  Untungnya jarang sekali saya membeli martabak jenis ini, karena bisa-bisa tidak ada satu potongpun celana jeans di lemari pakaian yang muat. Berbekal dengan bayangan martabak Bangka yang laziz, melihat aksi penjual martabak di warung, cerita Chanti yang membuat semangat terpompa dan rasa percaya diri yang terlalu tinggi maka sayapun nekat membuatnya sepulang dari kantor
Martabak manis atau biasa juga disebut dengan terang bulan atau kue bulan atau apam balik ini merupakan penganan sejenis kue dadar yang terbuat dari tepung terigu, gula, susu cair atau santan, telur, ragi dan baking powder/baking soda. Adonan kental yang tercipta kemudian di panggang dengan menggunakan penggorengan besi yang tebal hingga adonan menjadi berlubang-lubang atau bersarang. Untuk topping-nya, umumnya martabak manis di taburi dengan cincangan kacang tanah sangrai, keju parut, coklat meses, dan susu kental manis. Walaupun banyak juga penjual terang bulan melakukan modifikasi dengan menggunakan durian atau nangka sebagai alternatif topping lainnya. 
Nah, sekarang saya akan berbagi cerita mengenai si terang bulan yang saya buat yang sepertinya sinarnya  tak seterang harapan saya. Walaupun tidak bisa dibilang bantat, karena testurnya cukup lembut dan empuk. Namun kondisi bersarang atau berlubang-lubang selayaknya martabak manis umumnya yang dijual di luar tidak terbentuk. Okeh, ketika awal dipanggang memang adonan mengeluarkan gelembung-gelembung dan bagian tepinya mulai berlubang-lubang, namun ketika seluruh adonan mengeras dan matang, lubang-lubang itu sepertinya menghilang dan hanya tersisa sedikit saja di bagian tepinya. Kecewa? Pasti. Walaupun kemudian rasa kecewa itu sedikit terobati dengan rasanya yang lumayan sedap dan hampir mirip dengan martabak yang dijual di pinggir jalan. Untuk memotivasi diri atau lebih tepatnya menghibur diri, sayapun berulangkali berkata ke Tedy - yang menatap takjub ke martabak dengan ukuran selebar nampan kecil dan sepertinya mengalami kesulitan untuk membedakannya dengan telur dadar - "Ini martabak pertama, wajar agak gagal". Saya terus terang agak ragu, siapa sebenarnya yang hendak saya yakinkan?
Walaupun begitu, dari dua loyang martabak jumbo yang saya buat, satu loyang habis kami sikat berdua. Jangan tanya ke saya berapa kalori yang kami santap di malam hari itu, apalagi dengan tambahan keju parut yang melimpah dan gelimangan susu kental manis yang berleleran kemana-mana. Martabak pertama yang keluar dari penggorengan datar berakhir dengan bagian bawahnya yang terlalu kecoklatan, sepertinya api terlalu besar dan saya memanggangnya terlalu lama. Ketika Tedy bertanya apakah ini bisa dimakan, saya oke saja toh masih ada porsi kedua yang akan saya panggang, dan kali ini saya akan lebih berhati-hati dan memasaknya dengan benar. "Nggak difoto nih? Bisa langsung dimakan" ?, tanya adik saya. "Yup, sikat saja. Nanti porsi kedua baru dibikin yang bagus untuk difoto", jawab saya dengan yakinnya. Berebutanlah kami melahapnya.  Bagaimana dengan martabak kedua, apakah hasilnya memuaskan? Ternyata saudara-saudara, martabak kedua berakhir lebih parah karena saya keasyikan browsing internet dan lupa dengan masakan di kompor. Alhasil gosong!

Berikut resepnya jika anda berminat ya. ^_^

Martabak Terang Bulan
Resep diadaptasikan dari buku 30 Menu Untuk 1 Bulan (Resep Untuk Sarapan Pagi, Makan Siang, Makan Malam) oleh Sisca Soewitomo - Martabak Manis 

Untuk 2 loyang martabak diameter 20 cm

Bahan:

- 230 gram tepung terigu serba guna, ayak (resep asli 250 gram)
- 20 gram tepung tapioka  (resep asli tidak pakai)
- 400 ml susu cair hangat
- 1 1/2 sendok teh ragi instan (resep asli 1 sendok teh)
- 1 sendok teh baking powder (resep asli 1/4 sendok teh)
- 75  gram gula pasir (resep asli 50 gram)
- 2 butir telur ayam, kocok lepas
- 1/2 sendok teh garam
- 3 sendok makan margarine, lelehkan

Isi martabak:
- 100 gram kacang tanah goreng, cincang kasar
- 5 sendok makan gula pasir
- Keju Cheddar parut secukupnya
- Susu kental manis secukupnya
- Coklat meses secukupnya

Cara membuat:

Sangrai kacang tanah di wajan menggunakan api kecil hingga matang. Angkat, dinginkan dan tumbuk kasar. Saya meggilingnya dengan penggiling kopi, anda juga bisa menggilingnya dengan blender.

Membuat adonan martabak

Siapkan mangkuk ukuran besar, masukkan tepung terigu, baking powder, ragi instant, garam dan gula pasir. Aduk rata menggunakan spatula. 

Masukkan susu cair dan telur kocok ke dalam campuran tepung, aduk menggunakan spatula balon hingga menjadi adonan yang smooth dan tidak bergumpal. Diamkan adonan selama 30 menit agar ragi bekerja dan adonan mengembang dan berbusa.
Siapkan wajan datar anti lengket, diameter terserah anda ya. Olesi mentega pada permukaannya. Tuangkan kira-kira 4 sendok sayur adonan ke wajan. Tutup wajan dan panggang dengan api kecil selama 30 menit hingga matang. Sebaiknya gunakan tutup yang terbuat dari kaca tembus pandang sehingga anda bisa memastikan kematangan martabak. Martabak akan terlihat berlubang-lubang (bersarang), mengeras dengan bagian tepi yang kecoklatan. 

Memberi topping martabak

Jika telah matang, angkat martabak dari penggorengan, letakkan di permukaan meja/talenan segera olesi permukaan martabak dengan mentega, taburi dengan kacang tanah tumbuk, gula pasir, keju parut, susu kental manis dan coklat messes. Lipat martabak seperti melipat buku, potong-potong dan siap disajikan selagi hangat. 
 

No comments:

Post a Comment