Gemor ( Alseodaphne sp. )
Gemor ( Alseodaphne sp . ) merupakan salah satu jenis dari marga Alseodaphne, suku Lauraceae yang
bermanfaat baik kayu maupun pepagannya ( kulit kayu ). Bahkan
pepagannya lebih dikenal dalam perdagangan sebagai bahan obat nyamuk dan
menjadi komoditas ekspor.
Diketahui dalam marga Alseodaphne terdapat 50 jenis dengan
daerah persebaran Yunani sampai kawasan Malesia Barat. Di Indonesia
tercatat ada 15 jenis yang tumbuh secara alami pada daerah dataran
rendah ( dan hutan rawa ) hingga dataran tinggi di Sumatra, Bangka,
Belitung, Jawa, Kalimantan. Sejumlah 9 jenis tumbuh di Sumatra (
termasuk Bangka dan Belitung ) dan 2 jenis di antaranya berhabitus pohon
besar yaitu : Alseodaphne glauciflora Kostermans mempunyai tinggi mencapai 32 m, diameter batang 45 cm, jenis ini terdapat juga di Kalimantan, dan A. intermedia Kostermans dengan
tinggi mencapai 33 m, diameter batang 90 cm; sedangkan di Kalimantan
ada 11 jenis , 5 jenis di antaranya berhabitus pohon sedang hingga besar
: A. albifrons Kostermans , A. elmeri Merr. , A . glauciflora Kostermans , A. oblanceolata ( Merr. ) Kostermans , A. pendulifolia Gamble (
Whitmore dan Tantra, 1986; Whitmore, Tantra dan Sutisna; 1989 ). Pada
areal hutan Kalimantan Selatan diinformasikan ada 4 jenis yang semuanya
berhabitus pohon besar : A. bancana Miiq . ( tinggil 27 m, diameter 75 cm ), A. elmeri Merr . ( tinggi 28 m, diameter 40 cm ), A. insignis Gamble ( tinggi 40 cm, diameter 100cm ), A. ablanceolata ( Merr. ) Kostermans (
tinggi l 30 m, diameter 70 cm ) ( Argent & Saridan; Campbell &
Wilkie; dan Fairweather, Hadiah, Middleton, Pendry, Pinard; Warwick
& Yulia, 2000 ). Kebler dan Sidiyasa ( 1994 ), menginformasikan ada 2
jenis yang tumbuh di areal hutan Balikpapan-Samarinda ialah : A. elmeri Merr dan A. peduncularis ( Wall. Ex Nees ) Meissn . dengan tinggi pohon kurang dari 20 m, diameter batang kurang dari 30 cm.
Dengan banyaknya jumlah jenis tersebut, maka dalam
pengembangannya perlu ditetapkan jenis mana yang memiliki mutu pepagan
terbaik. Kalau ada beberapa jenis bermutu sama baiknya, dipilih jenis
dengan mutu kayu lebih baik atau dapat dilihat dari aspek
pertumbuhannya.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut pada jenis gemor yang
akan dikembangkan, perlu dilakukan penelitian berbagai aspek termasuk
ketepatan nama botanisnya ( species ).
Hasil identifikasi terdapat 2 spesies yang dimanfaatkan masyarakat
sebagai penghasil kulit kayu gemor (Nothaphoebe coriacea (Kosterm.)
Kosterm, Nothaphoebe cf umbelliflora). Masyarakat membedakan 2 spesies
pohon ini dari warna kulit dalam setelah dikupas yaitu ada berwarna
putih kekuningan dan merah, dari 2 spesies ini jenis Nothaphoebe
coriacea (Kosterm.) Kosterm lebih banyak yang diambil masyarakat karena
kulitnya yang lebih tebal. masyarakat mengenal pohon tersebut dengan
sebutan gemor, menuk, tempuloh. Jenis ini termasuk dalam famili
Lauraceae. Adapun ciri morfologinya adalah sebagai berikut :
Pengenalan
Pohon : Pohon gemor memiliki perawakan berupa pohon kecil sampai sedang
dan besar yang dapat mencapai tinggi pohon 30 – 36 m, batang kadang
lurus dan silinder bercabang sedikit sampai tinggi 21 m, diameter batang
mencapai 70-90 cm, tanpa atau dengan banir (buttresses) kecil,
pneumatophores yang kasar dan banir (buttresses) panjang Pada marga
Nothapobe umumnya mengandung alkaloid laurotetani pada bagian kulit
batangnya. Proses Pemencaran bijinya pada marga ini banyak dibantu oleh
burung. (Sosef et.al., 1998 ). Sedangkan menurut Whitmore et.al. (1990)
pohon gemor dapat mencapai tinggi 23 m dan diameter setinggi dada 40 cm
dimana pohon ini tumbuh secara alami di hutan rawa gambut dengan
kedalaman gambut mencapai 2.5 m.
Kulit
Batang : Kulit batang bertekstur agak kasar, tebal kulit dapat mencapai
2 cm, kulit batang bagian luar berwarna coklat kelabu sedangkan bagian
dalamnya berwarna coklat jingga waktu segar, dan akan berubah warna
menjadi coklat ungu sampai coklat hitam setelah dikupas dan dikeringkan ;
mudah mengelupas tipis-tipis ; mengeluarkan banyak lendir setelah
disayat pada waktu pohon masih berdiri dan tetap mengeluarkan lendir
bila direndam di air setelah dikupas dan dikeringkan. Lendir berwarna
bening, lengket dan apabila sudah terkena udara akan berwarna merah
sampai merah kehitaman
Kayu : Terdapat perbedaan yang jelas warna kayu gubal dan kayu teras, teras berwarna coklat dan gubal berwarna kuning, gubal mengeluarkan lendir waktu masih segar, lingkaran tumbuh kurang terlihat jelas, bagian tengah kayu sebagian besar berlobang mulai pangkal sampai bagian tengah batang terutama pada pohon yang berbanir akar. Sedangkan pada batang sampai ranting, bagian tengahnya (empulur) terdapat jaringan gabus yang lunak.
Daun
: Pada bagian atas daun berwarna hijau tua terang (mengkilap) sedangkan
pada bagian bawah daun berwarna hijau keputihan (buram). Merupakan daun
tunggal, berbentuk membundar telur sungsang hingga lonjong atau
melanset sungsang dengan panjang hingga 23 cm dan lebar mencapai 8 cm,
Pangkal daun membaji hingga menirus, ujung daun meruncing dan kadang
membulat. Tulang daun sekunder 6-9 pasang,urat daun beraturan menyirip,
terlihat jelas dan menonjol pada permukaan bawah daun. Posisi daun
alternate dan kadang berkarang, Tangkai daun berwarna hijau dengan
panjang 2-3 cm.
Bunga : Perbungaan pada
ketiak tangkai daun dengan bunga berwarna kuning terang atau kuning, kelopak
bunga berbulu, berbentuk bulat telur hingga lonjong, dengan diameter hingga 4
mm.
Kandungan Kimia Bagian Pohon Gemor
Bagian pohon gemor yang
secara umum dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bagian kulit batang sebagai
bahan antinyamuk sedangkan bagian pohon lainnya seperti daun dan ranting tidak
dimanfaatkan. Hasil skrining fitokimia dengan reaksi uji warna pada bagian
pohon gemor (kulit batang, ranting dan daun) menunjukkan bahwa hanya pada
bagian kulit batang mempunyai kandungan utama metabolit sekunder (steroid,
flavonoid, alkaloid, saponin, fenolik) sedangkan pada bagian lain (daun dan
ranting) tidak semua kandungan utama metabolit sekunder ini terdapat didalamnya.
Sumber : http://wahyukdephut.wordpress.com
No comments:
Post a Comment