Wednesday, January 23, 2013

Kenikmatan terendah penghuni surga

Pada beberapa waktu yg lalu kami telah menyebutkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam yg menerangkan tentang “Kabar Gembira Pasti Masuk Surga dari Allah dan Rasul-Nya Bagi Seluruh Umat Islam”, maka pada kesempatan kali ini kami akan sebutkan dalil-dalil syar’i yang menerangkan “Kenikmatan Terendah Yang Diperoleh oleh Penghuni Surga”. 

Diantara dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut: 

Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “(Nabi) Musa bertanya kepada Rabbnya: ‘Apa kedudukan terendah penghuni surga?’ Allah berfirman: ‘Yaitu lelaki yang datang setelah penduduk surga dimasukkan ke dalam surga.’ Kemudian dikatakan kepadanya: ‘Masuklah ke dalam surga!’ Ia berkata: ‘Wahai Rabbku, bagaimana mungkin sedangkan orang-orang telah menempati tempat-tempat mereka dan telah mengambil bagian-bagian mereka?’ Maka dikatakan kepadanya: ‘Apakah kamu rela jika bagianmu seperti kerajaan raja dari raja-raja dunia?’ Ia menjawab: ‘Saya ridho wahai Rabbku.’ Allah berfirman: ‘Itu bagianmu ditambah dengan semisalnya, semisalnya, semisalnya dan semisalnya.’ Dan ia menjawab saat penyebutan yang kelima: ‘Saya ridha wahai Rabbku.’ Allah berfirman: ‘Ini bagianmu dan sepuluh kalinya serta bagimu apa yang diinginkan oleh jiwamu dan apa-apa yang dipandang enak oleh matamu.’ Ia berkata: ‘Saya ridho wahai Rabbku.’ Kemudian Musa bertanya: ‘Wahai Rabb, lantas bagaimana kedudukan tertinggi penghuni surga?’ Allah berfirman: ‘Merekalah orang-orang yang aku inginkan. Aku tanamkan kemuliaan-kemuliaan mereka dengan tangan-Ku, dan Aku beri tanda di atasnya yang tidak pernah dilihat oleh mata, di dengar telinga, dan terbetik dalam hati manusia.’
Perawi hadits berkata: ‘Hal ini sesuai kebenaran firman Allah: “Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam) nikmat yang menyedapkan pandangan mata.”  (QS. As-Sajdah: 17). (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kedudukan terendah penghuni surga adalah seorang lelaki yang Allah telah palingkan wajahnya dari api neraka menuju surga, dan Allah menampakkan baginya permisalan surga seperti pohon yang memiliki naungan. Lelaki itu berkata: ‘Wahai Rabbku, Tempatkan aku di pohon ini supaya aku bisa berlindung di bawah naungannya.’ Lalu diceritakan tentang masuknya lelaki tersebut ke dalam surga serta harapannya untuk masuk surga, sampai  pada akhirnya disebutkan: ‘Maka ketika telah terputus angan-angannya, Allah berfirman: ‘Itu bagianmu ditambah sepuluh kali lipatnya.’ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Kemudian ia memasuki rumahnya, lalu masuklah dua istrinya dari kalangan bidadari dan keduanya berkata kepadanya: ‘Segala puji hanya bagi Allah yang telah menghidupkan engkau untuk kami dan menghidupkan kami untukmu.’ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Lelaki itu berkata: “Tidak ada seorang pun yang mendapatkan kenikmatan seperti yang telah aku terima.” (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Allah mengumpulkan seluruh makhluk dari awal sampai akhir pada hari pertemuan yang telah dijanjikan dalam keadaan berdiri selama 40 tahun, pandangan mereka tertunduk menunggu proses peradilan.” Lalu disebutkan kelengkapan hadits sampai pada sabda beliau: “Kemudian Allah ta’ala berfirman: ‘Angkatlah kepala-kepala kalian!’ Maka mereka mengangkat kepala-kepala mereka. Lalu Allah ta’ala memberi cahaya kepada mereka sesuai dengan kadar amal mereka. Di antara mereka ada yang diberi cahaya sebesar gunung yang menerangi di hadapannya, ada yang diberi cahaya lebih kecil dari itu, ada yang diberi cahaya seperti pohon kurma disebelah kanannya, dan ada yang diberi lebih kecil dari itu, hingga yang terakhir diberi adalah seorang lelaki yang diberi cahaya sebesar ibu jari kakinya, sesekali menyala dan sesekali padam; apabila cahayanya menyala ia maju dan berjalan, dan apabila padam ia berhenti.’ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Allah ‘azza wa jalla di hadapan mereka, hingga Dia melewati neraka, lalu tersisalah bekasnya setajam pedang, licin menggelincirkan.’ Beliau bersabda: ‘Allah berfirman: ‘Lewatilah!’ Maka mereka melewatinya sesuai kadar cahaya yang mereka miliki; Ada yang melewatinya seperti kedipan mata, ada yang seperti kilat, ada yang seperti awan, ada yang seperti sambaran bintang, ada yang seperti angin, ada yang secepat kuda, ada yang secepat (larinya) seorang lelaki, hingga lewatlah orang yang diberi cahaya sebesar ibu jari kakinya dalam keadaan merangkak di atas wajah, kedua tangan dan kakinya. Terkadang tangan dan kakinya menyungkur dan terkadang menggantung, sedangkan pada sisi badannya terjilat api. Keadaannya terus semacam itu hingga ia selamat.
Tatkala telah selamat, ia berdiri di atasnya, lalu berkata: ‘Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberiku karunia  yang tidak Dia berikan kepada orang lain, karena Dia telah menyelamatkan aku dari neraka setelah aku melihatnya.’ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melanjutkan: ‘Lalu ia pergi ke saluran air yang ada di depan pintu surga dan mandi di sana. Maka mulailah aroma dan warna kulit penduduk surga bersemi padanya. Lantas ia melihat apa yang ada di dalam surga dari balik pintu, lalu berkata: ‘Wahai Rabbku, masukkanlah aku ke dalam surga.’ Allah berfirman kepadanya: ‘Apakah engkau meminta surga padahal aku telah menyelamatkanmu dari neraka?’ Ia berkata: ‘Wahai Rabbku, buatkanlah dinding pemisah antara diriku dengan neraka supaya aku tidak mendengar suaranya.’ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melanjutkan (ceritanya) : ‘Lalu ia masuk ke dalam surga dan ia melihat atau diperlihatkan kepadanya sebuah rumah di hadapannya, seakan-akan hanya sekadar impian untuk bisa mendapatkan apa yang ada di dalamnya. Ia berkata: ‘Wahai Rabbku, berilah aku rumah itu.’ Allah berfirman kepadanya: ‘Barangkali setelah Kuberikan itu kau akan meminta selainnya?’ Ia berkata: ‘Tidak, demi kemulian-Mu, aku tidak akan meminta selainnya. Mana ada rumah yang lebih bagus dari itu?!’ Maka Allah memberikan rumah itu kepadanya lantas ia pun menempatinya. Lalu ia melihat di hadapan itu sebuah rumah yang seakan hanyalah sebuah impian baginya untuk mendapatkan apa yang ada di dalamnya. Ia berkata: ‘Wahai Rabbku, berilah aku rumah itu.’ Allah berfirman kepadanya: ‘Barangkali setelah Kuberikan itu kau akan meminta selainnya?’ Ia berkata: ‘Tidak, demi kemulian-Mu, aku tidak akan meminta selainnya. Mana ada rumah yang lebih bagus dari itu?!’
Maka Allah memberikan rumah itu kepadanya lantas ia pun menempatinya.
Lalu ia melihat atau diperlihatkan di hadapan itu sebuah rumah lain
yang seakan hanyalah sebuah impian baginya untuk mendapatkan apa yang ada di dalamnya. Ia berkata: ‘Wahai Rabbku, berilah aku rumah itu.’ Allah yang maha agung berfirman: ‘Barangkali setelah Kuberikan itu kau
akan meminta selainnya?’ Ia berkata: ‘Tidak, demi kemulian-Mu, aku tidak akan meminta selainnya. Mana ada rumah yang lebih bagus dari itu?!’ Maka Allah memberikan rumah itu kepadanya lantas ia pun menempatinya. Kemudian ia diam. Allah yang maha agung berirman: ‘Apa yang membuatmu tak meminta lagi?’ Ia menjawab: ‘Wahai Rabb, aku telah meminta kepada-Mu hingga aku malu kepada-Mu. Aku telah bersumpah kepada-Mu hingga aku malu kepada-Mu.’ Allah yg maha agung berfirman: ‘Tidakkah engkau ridho bila Aku memberimu (kekayaan) semisal dunia sejak Kuciptakan hingga hari Aku menghancurkannya, dan bahkan sepuluh kali lipatnya?’ Ia berkata: ‘Apakah Engkau meledekku padahal Engkau adalah Rabbul ‘Izzah (Tuhan yang Maha Perkasa)?’ Maka Allah ta’ala tertawa karena perkataannya. Dia berfirman: ‘Tidak, tetapi Aku Maha Kuasa untuk melakukan itu maka mintalah!’ Lantas ia berkata: ‘Kumpulkanlah aku bersama penghuni surga lainnya.’ Maka Allah ta’ala berfirman: ‘Kumpulkan ia bersama penghuni surga lainnya!’ Lalu ia pergi sembari berlari-lari kecil di dalam surga. Ketika telah dekat dengan penghuni lainnya, dinampakkan untuknya sebuah istana dari mutiara, lalu ia menyungkur sujud. Lantas dikatakan kepadanya: ‘Angkat kepalamu, apa gerangan yang terjadi padamu?’ Ia menjawab: ‘Aku melihat Rabbku –atau diperlihatkan Rabbku kepadaku-’, lalu dikatakan kepadanya: ‘Itu adalah salah satu tempat tinggalmu.’  Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Kemudian ia dipertemukan dengan seorang lelaki, lalu ia hendak sujud kepadanya, maka dikatakan kepadanya: ‘Hei, apa gerangan yang terjadi padamu?’ …
Lalu lelaki itu berkata: ‘Saya adalah salah satu di antara penjaga dan budakmu. Saya membawahi seribu orang yang sama seperti saya ini.’ Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Lalu ia berjalan di depannya hingga dibukakan pintu istana itu untuknya. Istana itu terbuat dari mutiara besar yang berongga. Semua atap, pintu, penutup dan kunci-kuncinya terbuat dari mutiara. Pada istana tersebut terdapat permata-permata hijau yang bergaris-garis merah (di dalam permata itu terdapat tujuh puluh pintu yang masing-masing pintunya sampai ke permata hijau yang bergaris-garis). Setiap permata menghubungkan permata lain yang berbeda warnanya. Di dalam setiap permata terdapat ranjang-ranjang, istri-istri dan pelayan-pelayan. Yang terendah di antara mereka adalah bidadari yang bermata jeli. Padanya terdapat tujuh puluh pakaian, dan sumsum betisnya bisa terlihat di balik pakaian-pakaiannya tersebut. Hatinya adalah cermin suaminya, dan hati suaminya adalah cermin baginya. Setiap kali suaminya berpaling sekali darinya, maka bertambahlah kecantikan istrinya tersebut di mata suaminya tujuh puluh kali lipat dari yang sebelumnya. Dan setiap kali istrinya berpaling sekali darinya, maka bertambahlah ketampanan suaminya tersebut di mata istrinya tujuh puluh kali lipat dari yang sebelumnya. Ia berkata kepada istrinya: ‘Demi Allah, kecantikanmu bertambah tujuh puluh kali lipat di mataku.’ Dan istrinya juga berkata kepadanya: ”Demi Allah, ketampananmu juga bertambah tujuh puluh kali lipat di mataku.’ Lalu dikatakan kepadanya: ‘Muliakanlah!’ Lalu ia pun dimuliakan. Lantas dikatakan kepadanya: ‘Kerajaanmu sejauh perjalanan seratus tahun, yang mana matamu bisa memandangnya.’ Perawi berkata: Lalu ‘Umar berkata: “Tidakkah kau mendengar apa yang diceritakan Ibnu Ummi ‘Abdin (yakni Ibnu Mas’ud) kepada kita, wahai Ka’ab, tentang kedudukan terendah penghuni surga, lantas bagaimana dengan kedudukan mereka yang paling tinggi?”
Ia menjawab: “Wahai Amirul Mukminin! (Kedudukan mereka) belum pernah di lihat mata dan terdengar oleh telinga. Sesungguhnya Allah ta’ala telah menciptakan sebuah tempat tinggal yg di dalamnya berisi apa saja yg Dia kehendaki; istri-istri, buah-buahan dan berbagai macam minuman. Kemudian Dia menutupnya sehingga tidak ada seorang makhluk pun yang melihatnya, tidak Jibril dan tidak pula malaikat lainnya. Kemudian Ka’ab membaca firman Allah:
Seorang pun tdk mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yg menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17) 
Ia berkata: “Dan Allah menciptakan selain itu dua surga, Dia menghiasi dan memperlihatkannya kpd makhluk yang Dia kehendaki. Kemudian ia melanjutkan (perkataannya): ‘Barangsiapa catatan amalnya berada di ‘Illiyyin, maka ia tinggal di tempat itu yg belum pernah dilihat seorang pun. Hingga ada seorang yg tercatat dalam ‘Illyyin keluar dan berjalan di wilayah kerajaannya. Lalu tdk ada satu kemah pun di surga kecuali ia masuki dari cahaya wajahnya. Maka para penghuninya menyampaikan kabar gembira dgn aroma tubuhnya. Mereka berkata: “Oh alangkah menawannya aroma ini! Ini adalah aroma lelaki dari ahli ‘Illyyin telah keluar berjalan di wilayah kerajaannya.” ‘Umar berkata: “Celaka wahai Ka’ab! Hati ini telah lepas terurai, maka peganglah ia (beliau meminta tambahan penjelasan, pent)!” Lalu Ka’ab berkata: “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, sungguh nanti pd hari kiamat neraka memiliki dengusan yg panjang, dan tidak ada malaikat yang terdekat dan juga seorang nabi pun yang diutus melainkan pasti berlutut, hingga (nabi) Ibrahim khalilullah akan berkata: ‘Ya Rabbku, selamatkan aku, selamatkan aku.’ Bahkan apabila engkau memiliki amal tujuhpuluh orang nabi yang ditambahkan ke amalmu, niscaya engkau tetap mengira tak akan selamat.’
(Disebutkan oleh Al-Mundziri dalam At-Targhib wat Tarhib, dan beliau berkata: “Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya, Ath-Thabrani dan Al-Hakim (dengan lafazh) seperti ini dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu secara marfu’ (sanadnya tersambung kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam). Dan beliau mengeluarkannya secara mauquf pada Ka’ab mulai dari perkataannya: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sebuah tempat tinggal…sampai akhir hadits.” Dan salah satu jalan yang diriwayatkan Ath-Thabrani adalah shahih, dan lafazh ini miliknya.  Al-Hakim berkata: “Sanadnya shahih”. ” Dan hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani rahimahullah).

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kedudukan terendah penghuni surga adalah seorang yang memiliki seribu pelayan, setiap pelayan memiliki tugas khusus yang tidak dikerjakan temannya.” ‘Abdullah (bin ‘Amr) berkata: “Lalu beliau shallallahu alaihi wasallam membaca ayat ini (yang artinya): “Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.” (Q.S. Al-Insan:20).”. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani rahimahullah).
Demikianlah beberapa hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang mengkhabarkan kepada kita semua tentang kenikmatan terendah yang akan didapatkan oleh penghuni Surga. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai penghuni Surga-Nya dan membebaskan kita dari siksa api Neraka. Amiin.

No comments:

Post a Comment