Nafsu Muthmainnah

Ketika nafsu telah tenang dengan Allah, tenteram dengan mengingat-Nya, berpulang kepada-Nya, rindu berjumpa dengan-Nya, bersandar pada kedekatan-Nya, maka itulah nafsu muthmainnah. Nafsu ini pula yang diseru jadi hamba yang ridha dan diridhai:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّة
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya,(Al-Qur'an, suroh Al-Fajr : 27-28).

Dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas, nafsu muthmainnah adalah nafsu yang membenarkan ketuhanan Allah. Sedangkan menurut Qatadah, nafsu muthmainnah adalah nafsu seorang mukmin yang yakin terhadap janji-janji Allah, tenang berada di pintu makrifat kepada asma dan sifat-sifat-Nya, yakin terhadap segala yang dikabarkan rasul-Nya, percaya atas apa yang terjadi di alam barzakh dan hari akhir. Karena yakinnya, ia melihat semua perkara yang dijanjikan Allah seakan-akan nyata dan berada di depan matanya. Nafsu mutmainnah adalah kondisi jiwa yang telah mencapai ketenangan dan kedamaian, serta terbebas dari godaan duniawi dan hawa nafsu yang negatif. Dalam Al-Quran, nafsu mutmainnah digambarkan sebagai jiwa yang kembali kepada Allah SWT dengan ridha dan diridhai.

Ketenangan Jiwa:
Nafsu mutmainnah adalah tingkatan jiwa yang paling tinggi, di mana individu merasa tenang, damai, dan tenteram dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.

Ridha dan Diridhai:
Nafsu mutmainnah adalah jiwa yang ridha terhadap segala ketetapan Allah dan diridhai oleh-Nya.

Kebaikan dan Kebajikan:
Individu yang memiliki nafsu mutmainnah cenderung memiliki sifat-sifat terpuji seperti dermawan, tawakal, syukur, dan selalu berbuat baik kepada sesama.

Dengan kata lain, nafsu mutmainnah adalah kondisi jiwa yang ideal dalam Islam, di mana seseorang mampu mencapai kedamaian spiritual dan menjalankan kehidupan dengan penuh ketaatan kepada Allah SWT.

Kebebasan dari Hawa Nafsu:
Jiwa yang mutmainnah telah mampu mengendalikan hawa nafsu dan terbebas dari keinginan-keinginan duniawi yang berlebihan. 
 
Demikian, semoga kita semua dapat mengendalikan nafsu dan menjalani hidup dengan lebih bijak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar