Jawawut merupakan tanaman golongan rumput yang di kalangan ilmiah dinamakan Setaria italica (L.) P. Beauvois kelompok kultivar Foxtail Millet (periksa nama ilmiah dan sinonimi). Dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut millet, tetapi nama millet juga digunakan untuk beberapa jenis tanaman lain, di antaranya browntop millet (Panicum ramosum), finger millet (Eleusine coracana (L.) Gaertner kelompok kultivar Finger Millet, foxtail millet (Setaria italica (L.) P. Beauvois kelompok kultivar Foxtail Millet, indian barnyard millet (Echinochloa colona (L.) Link. kelompok kultivar Frumentacea), japanese barnyard millet (Echinochloa crus-galli (L.) P.Beauv. kelompok kultivar Esculenta), pearl millet (Pennisetum glaucum (L.) R.Br., dan proso millet (Panicum miliaceum L. kelompok kultivar Proso Millet. Di antara jenis-jenis jawawut ini, foxtail millet paling umum dibudidayakan di Indonesia, meskipun dalam luasan terbatas. Jenis ini merupakan jenis yang disebut jawawut, sedangkan jenis-jenis lainnya disebut dengan nama lain.
Jawawut merupakan jenis tanaman yang telah dibudidayakan sejak 5000 SM di Cina dan 3000 SM di Eropa. Tanaman ini diperkirakan berevolusi dari bentuk liar menggulma secara independen di berbagai tempat mulai dari di Jepang sampai dengan di Eropa. Namun demikian, sangat mungkin tanaman ini pertama kali dibudidayakan di dataran tinggi di bagian tengah Cina dan kemudian pembudidayaannya di tempat-tempat lainnya menyusul. Dewasa ini tanaman ini telah menyebar ke seluruh dunia, tetapi merupakan tanaman penting terutama di Cina, India, dan Eropa bagian tenggara.
Jawaut merupakan rumput setahun, tinggi 6-120(175) cm, batang tegak, tidak kokoh, membentuk anakan atau kadang-kadang bercabang. Upih daun silindris, bagian atas tidak menutupi seluruh batang, panjang 10-15(26) cm, licin atau agak berambut, lidah daun pendek, helai daun lurus, 16-32(50) cm x 1,5-2,5(4) cm, tulang utama tampak jelas. Perbungaan merupakan malai yang menyerupai spike, 8-18(30) cm x 1-2(5) cm, panjang tangkai 25-30(50) cm, tegak atau merunduk, poros malai tidak halus dan berambut kasar; cabang samping pendek, juga berambut kasar, memuat 6-12 spikelet yang berisi dua floret, masing-masing diselingi dengan rambut kasar; panjang 3-14 cm; spikelet berbentu elip, biasanya setengah dari panjang rambut kasar yang menyelinginya, glume bagian bawah kecil berurat 3, glume atas besar dan berurat 5; floret bawah steril, floret atas hermaprodit dengan lema dan palea bertulang 5, benang sari dan 2 putik. Bauh karyopsis berbentuk bulat agak lonjong, panjang sampai 2 mm, dibungkus kuas oleh lema dan palea, kuning pucat sampai oranye, merah, coklat, sampai hitam.
Milet merupakan bahan pangan penting di Asia, Eropa bagian tenggara, dan Afrika bagian utara, dimasak seperti halnya memasak beras menjadi nasi atau diolah terlebih dahulu menjadi tepung. Di India, jawawut terutama dimasak untuk bahan upacara agama. Di Cina dipandang sebagai makanan bergizi yang cocok untuk dikonsumsi oleh ibu-ibu hamil, orang-orang tua, dan anak-anak umur di bawah lima tahun. Di Rusia dan Myanmar, biji yang sudah dikecambahkan digunakan untuk membuat bir dan minuman beralkohol lainnya. Di negara-negara maju digunakan sebagai bahan pakan ternak unggas dan burung peliharaan. Di Indonesia jawawut digunakan sebagai bahan makanan hanya di daerah-daerah marjinal, sedangkan di kota-kota digunakan sebagai pakan burung peliharaan. Di NTT, jawawut masih dibudidayakan di Pulau Rote dan Pulau Sumba.
Sosok tanamanjawawut.
Sumber: William Dam Seeds
Jawawut merupakan jenis tanaman yang telah dibudidayakan sejak 5000 SM di Cina dan 3000 SM di Eropa. Tanaman ini diperkirakan berevolusi dari bentuk liar menggulma secara independen di berbagai tempat mulai dari di Jepang sampai dengan di Eropa. Namun demikian, sangat mungkin tanaman ini pertama kali dibudidayakan di dataran tinggi di bagian tengah Cina dan kemudian pembudidayaannya di tempat-tempat lainnya menyusul. Dewasa ini tanaman ini telah menyebar ke seluruh dunia, tetapi merupakan tanaman penting terutama di Cina, India, dan Eropa bagian tenggara.
Jawaut merupakan rumput setahun, tinggi 6-120(175) cm, batang tegak, tidak kokoh, membentuk anakan atau kadang-kadang bercabang. Upih daun silindris, bagian atas tidak menutupi seluruh batang, panjang 10-15(26) cm, licin atau agak berambut, lidah daun pendek, helai daun lurus, 16-32(50) cm x 1,5-2,5(4) cm, tulang utama tampak jelas. Perbungaan merupakan malai yang menyerupai spike, 8-18(30) cm x 1-2(5) cm, panjang tangkai 25-30(50) cm, tegak atau merunduk, poros malai tidak halus dan berambut kasar; cabang samping pendek, juga berambut kasar, memuat 6-12 spikelet yang berisi dua floret, masing-masing diselingi dengan rambut kasar; panjang 3-14 cm; spikelet berbentu elip, biasanya setengah dari panjang rambut kasar yang menyelinginya, glume bagian bawah kecil berurat 3, glume atas besar dan berurat 5; floret bawah steril, floret atas hermaprodit dengan lema dan palea bertulang 5, benang sari dan 2 putik. Bauh karyopsis berbentuk bulat agak lonjong, panjang sampai 2 mm, dibungkus kuas oleh lema dan palea, kuning pucat sampai oranye, merah, coklat, sampai hitam.
Milet merupakan bahan pangan penting di Asia, Eropa bagian tenggara, dan Afrika bagian utara, dimasak seperti halnya memasak beras menjadi nasi atau diolah terlebih dahulu menjadi tepung. Di India, jawawut terutama dimasak untuk bahan upacara agama. Di Cina dipandang sebagai makanan bergizi yang cocok untuk dikonsumsi oleh ibu-ibu hamil, orang-orang tua, dan anak-anak umur di bawah lima tahun. Di Rusia dan Myanmar, biji yang sudah dikecambahkan digunakan untuk membuat bir dan minuman beralkohol lainnya. Di negara-negara maju digunakan sebagai bahan pakan ternak unggas dan burung peliharaan. Di Indonesia jawawut digunakan sebagai bahan makanan hanya di daerah-daerah marjinal, sedangkan di kota-kota digunakan sebagai pakan burung peliharaan. Di NTT, jawawut masih dibudidayakan di Pulau Rote dan Pulau Sumba.
Sosok tanamanjawawut.
Sumber: William Dam Seeds
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment