Kacang tunggak (Vigna unguiculata, atau V. unguiculata subsp. unguiculata jika tidak memasukkan subspesies lainnya) adalah sejenis tanaman legum yang bijinya biasa disayur, seperti sayur lodeh atau brongkos. Tumbuhan ini relatif tahan kering dan biasa ditanam di pekarangan sebagai cadangan pangan keluarga. Kacang tunggak masih satu jenis dengan kacang panjang namun berbeda subspesies atau Kelompok Kultivar. Selain di Asia, biji kacang tunggak juga dimanfaatkan diAfrika, Eropa bagian selatan, dan kawasan Amerika Latin. Orang Jawa juga menyebutnya sebagai kacang tolo.
Kandungan
Kacang Tunggak (Vigna unguiculata, L) termasuk dalam
keluarga Leguminosa. Bijinya mempunyai kandungan protein cukup besar
yaitu sekitar 25%. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Afrika Barat.
Di samping toleran terhadap kekeringan kacang tunggak juga mampu
mengikat nitrogen dari udara. Daun dan polongnya yang masih muda cukup
nikmat bila dikonsumsi sebagai sayuran.
Kacang tunggak dapat dikonsumsi pada setiap tahap pertumbuhannya
sebagai sayuran. Daunnya yang bertekstur lembut merupakan sumber makanan
penting di Afrika dan disajikan sebagai sayuran hijau seperti bayam.
Polong mudanya seringkali dicampur dengan bahan makanan lainnya. biji
kacang tunggak yang berwarna hijau biasa direbus sebagai sayuran segar,
atau juga dapat dikemas dalam kaleng atau dibekukan. Biji kering yang
telah matang pun dapat direbus ataupun diolah sebagai bahan-bahan
makanan kalengan (Davis, 1991).
Biji kacang tunggak yang telah matang pada pengukuran 100 g
mengandung 10 g air, 22 g protein, 1,4 g lemak, 51 g karbohidrat, 3,7 g
vitamin, 3,7 g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya. Energi yang
dihasilkannya sekitarnya sekitar 1420 kj/100 g. Pada biji yang masih
muda dalam 100 g mengandung 88,3 air, 3 g protein, 0,2 g lemak, 7,9 g
karbohidrat, 1,6 vitamin, 0,6 karbon, dan energi yang dihasilkannya
sekitar 155 kj/100 g (Van der Maesen dan Somaatmaja, 1993).
Sumber : wikipedia.id.org & lainnya
No comments:
Post a Comment