Sunday, October 7, 2012

Pohon Pelawan



 

Kayu Pelawan (Tristaniopsis spp) dalah tumbuhan komoditas kehutanan khas Bangka Belitung. Memang, tumbuhan ini tidak bernilai ekonomi secara langsung. Tapi Jamur pelawan dan Madu pelawan sangat bernilai ekonomi tinggi, dan itu berasal dari pohon pelawan. Kutipan dari blog : http://qharinajulita.blogspot.com

Tempat tumbuh

Pohon pelawan biasanya ditemui ditempat yang kondisi tanahnya kurang baik seperti di daratan yang berawa, pinggir air. Pelawan umumnya memiliki diameter yang relatif kecil, antara 810 cm dan membentuk koloni. Tapi yang hidup di sekitar daratan yang berawa, diameternya lebih besar, antara 20-25 cm dan hidup soliter (menyendiri). 

Sifat Botanis

Ciri-ciri pohon pelawan antara lain kulit kayu berwarna kemerahan dan cenderung mengelupas dengan bentuk pertulangan daunnya menyirip.

Pohon pelawan adalah salah salah satu pohon cepat tumbuh (fast growing species) . Pohon pelawan di alam, memiliki kemampuan berkembang biak secara generatif (biji). Secara alami anak pelawan tumbuh di sekitarpohon induk. Anakan ini selanjutnya akan disapih pada media polybag.

Kegunaan

Masyarakat Lubai sejak zaman Hindia Belanda, memfaatkan kayu Pelawan hanya untuk dijadikan kayu bakar. Dikarenakan kayu Pelawan ini, jika dibakar nyala apinya cukup baik. Kayu Pelawan tidak pernah dijadikan bahan bangunan rumah, biasanya jenis kayu ini hanya digunakan untuk dijadikan tonggak/tajar kandang peladangan padi. Hal ini disebabkan karena sifat kayu pelawan mudah belah walaupun keras dan tidak mudah patah, namun kurang bagus dijadikan bahan bangunan rumah. Selain itu kayu pelawan juga digunakan dalam industri kusen untuk menggantikan paku besi.

Kembali ke kayu pelawan. Kayu pelawan memiliki bunga yang menjadi sumber pakan lebah madu hutan. Madu Pelawan merupakan madu terdapat didaerah Pulau Bangka tepatnya di desa Simpang Tiga kecamatan Teritib, kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung dikenal sebagai penghasil madu pahit No. 1 di Indonesia.

Keberadaannya sudah sejak lama dikenal seluruh penjuru tanah air sejak jaman dahulu akan keampuhannya yang luar biasa, ternyata madu ini hingga kini telah banyak diburu oleh para Wisatawan dari luar maupun dalam propinsi dikarenakan madu ini berkhasiat dapat mengobati segala macam penyakit pada manusia namun dibandingkan madu jenis lain madu jenis ini rasanya pahit, tidak lengket ditenggorokan, lebih encer, tidak beku bila didinginkan serta memiliki ciri & citra rasa yang khas dari pohon Pelawan nya sendiri.

Madu Pelawan ini lebih familiar sebutannya Madu Pahit Bangka bersumber dari lebah liar Apis Dorsata yang menghisap dari sari bunga pohon Pelawan (Cyanometra Cauliflora) yang merupakan pohon langka tidak akan ditemukan di Pulau Jawa, di Kalimantan terdapat pohon Pelawan tetapi tidak memiliki madu jadi hanya ditemukan di hutan-hutan liar Pulau Bangka, Sumatra. Serta dipanen hanya sekali dalam setahun. Dikarenakan kelangkaan inilah madu jenis ini harganya bisa mencapai 3-6x lipat dari harga madu biasa.

Dalam upaya konservasi pohon pelawan, perlu adanya upaya strategis yang kontinyu dalam rangka pemanfaatan pohon pelawan sebagai sumber pakan lebah madu dan inang jamur pelawan yang lebih praktis dan berkesinambungan. Diperlukan adanya penelitian budidaya pohon pelawan sertaupaya penyuluhan dan perlindungan hutan secara lebih optimal dan tepat sasaran. Upaya tersebut perlu dilakukan secara sinergis.
Jikalau Pulau Bangka sudah berhasil mengelola manfaat dari pohon Pelawan sebagai sumber makanan bagi lebah, lebah-lebah tersebut akan menghasilkan madu. Jika pohon ataupun ranting-ranting kayu Pelawan sudah lapuk, maka akan menghasil tumbuhan jamur.


Sumber : http://www.zonabangka.com dan http://qharinajulita.blogspot.com

Sepenggal kenangan

Kenangan ini merupakan lintasan peristiwa tahun 1969, bertempat didaerah Buloh Jawe, desa Kurungan Jiwa, kecamatan Prabumulih, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Keluarga penulis membuka hutan rimbang untuk dijadikan ladang padi. Pada hutan rimba ini tumbuh berbagai jenis kayu seperti Medang, Tenam, Pasang, Bahang, Kempas, Sungkai, Pelempang dan jenis kayu lainnya.
Selain kayu tersebut diatas ada suatu kelompok kayu yang jenisnya yaitu kayu Pelawan, luasnya lebih kurang 2 hektar. Dikarenakan ayahanda penulis M. Ibrahim bin Haji Hasan bin Aliakim dan wak kami Abu Yaman bin Haji Abdur Rahim bin Kenaraf belum tau, bahwa kayu pelawan merupakan tempat lebah bersarang dan tempat jamur tumbuh, maka kawasan hutan pelawan itu di buka untuk dijadikan ladang padi. Sangat disayangkan, hutan kayu Pelawan dimusnahkan.

No comments:

Post a Comment