Friday, October 12, 2012

Tanaman Paria



Tanaman Pehie begitulah masyarakat Lubai sering menyebutnya jenis tanaman sayuran yang rasany pahit ini. Tanaman paria/ pare (Momordica charantia) berasal dari kawasan Asia Tropis, namun belum dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke wilayah Indonesia. Nama Daerah : Sumatera: prieu, peria, foria, pepare, kambeh, paria. Jawa: paria, pare, pare pahit, pepareh. Nusa Tenggara: paya, paria, truwuk, paita, paliak, pariak, pania, pepule. Sulawesi: poya, puclu, pentu, paria, belenggede, palia. Maluku: papariane, pariane, papari, kakariano, taparipong, papariano, popare, pepare.
Nama Asing : African cucumber, bitter cucumber, bitter gourd, bitter melon, balsam pear, maidens blush, ( Ku gua ) kareia, karvel, s.oringkomkommer. Saat ini tanaman pare sudah dibudidayakan di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha sampingan. Pare ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau. Pare banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.

Ciri-ciri umum

Tanaman pare adalah tanaman setahun, Termasuk tumbuhan semusim (annual) yang besifat menjalar atau merambat, dan berbau tidak enak. 
  1. Batang berusuk lima panjang 5m yang berambut cukup rapat, tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. 
  2. Daun terbagi 5-9 dalam, bulat dengan pangkal daun bentuk jantung, garis tengah 4-17 cm, berbintik-bintik tembus cahaya, berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. 
  3. Bunga tumbuh dari ketiak daun yang berwarna kuning menyala, bunganya terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga betina yg berduri tempel halus dan berambut. Selain itu, bunga betina dapat menjadi buah berlekuk menyirip, tangkai bunga 5-15 cm dekat pangkalnya dengan daun pelindung bentuk jantung hingga bentuk ginjal. Panjang tangkai bunga jantan 2-5.5 cm, dan yang betina 1-10 cm. Kelopak bentuk lonceng, dengan banyak tusuk atau tulang membujur yang berakhir pada 2-3 sisik yang melengkung kebawah. Mahkota bentuk roda, taju bentuk memanjang hingga bulat telur terbalik, bertulang 1,5-2 berwarna oranye, semula bergandengan satu sama lainnya, kemudian lepas, ruang sari bentuk S. bunga betina mempunyai stamenodia 3 bentuk sisik, bakal buah berparung panjang , berduri tempel halus dan berambut panjang , putik 3 berlekuk 2 dalam atau diantaranya utuh. Viabilitas serbuk sari dapat diamati dengan mengecambahkan pada medium agar dan diuji dengan fluoresein diasetat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap awal bunga jantan muncul lebih dahulu dan setelah 17 bunga jantan kemudian diikuti munculnya bunga betina. Macam bunga yang muncul kemudian tidak memiliki keteraturan, namun setelah diamati selama 3,5 bulan dari 5 tanaman diketahui perbandingan jumlah bunga jantan terhadap bunga betina rata-rata pada satu tanaman adalah 14:1. Mikrosporogenesis menghasilkan tetrad tetrahedral, mikrogametogenesis menghasilkan dua inti sperma di dalam tabung serbuk sari.Serbuk sari berinti dua dan bertipe "tricolpate".Viabilitas serbuk sari tertinggi terjadi pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari.Bakal biji bertipe anatropus, bitegmik, krasinuselat.Megasporogenesis menghasilkan tetrad megaspora bentuk linier danmegagametogenesis menghasilkan kantung embrio monosporik yang mengikuti tipe polygonum. 
  4. Kepala putik berjumlah 3, bertipe basah, berpapila, Sedangkan tangkai putiknya termasuk tipe berongga.Kepala putik paling reseptif terjadi pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari dan eksudat kepala putik mengandung karbohidrat, lipid dan protein. Pertumbuhan tabung serbuk sari tidak mengalami hambatan di kepala putik maupun tangkai putik, dan pembuahan terjadi 24 jam setelah penyerbukan. Sebagai agen penyerbuk diduga adalah lebah Apis sp. dan Colletes sp. 
  5. Buah berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbentuk berbintil-bintil daging buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji.Biji berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaan tidak rata.Biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan secara generatif.

  

Kegunaan

  1. Buah: Batuk, radang tenggorok (pharyngitis). Haus karena panas dalam. Mata sakit dan merah. Demam, malaria. Pingsan karena udara panas (heatstroke). Menambah napsu makan. kencing manis. Disentri. Rheumatism, rematik gout. Memperbanyak air susu (ASI), Datang haid sakit (dismenorrhoea), Sariawan. Infeksi cacing gelang.
  2. Bunga: Pencernaan terganggu
  3. Daun: Cacingan. Luka, abses, bisul. Erysipelas. Terlambat haid. Sembelit, menambah napsu makan. Sakit lever. Demam. Melancarkan pengeluaran ASI, Sifilis, kencing nanah (Gonorrhea), Menyuburkan rambut pada anak balita,
  4. Akar: Disentri amuba, Wasir.
  5. Biji:Cacingan, Impotensi. Kanker.

Cara Pemakaian

  1. Haus karena panas dalam, dernam, heat stroke: Satu buah pare mentah yang masih segar dicuci bersih, lalu dibelah. Buang isinya, potong‑potong secukupnya, lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum.
  2. Diabetes: 1) 200 g buah pare segar dicuci bersih lalu diblender. Tambahkan air minum secukupnya, lalu diperas dengan sepotong kain sampai ierkumpul sebanyak 50 ml (seperempat gelas), Perasan dihangatkan dengan api kecil selama 15-30 menit. Setelah dingin diminum, lakukan setiap hari.2) 200 g buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum, Lakukan setiap hari.
  3. Disentri: Buah pare segar dicuci lalu dibelah, isinya dibuang. Parut atau dijuice, airnya diminum. Segera minum air matang. Satu kali minum 200 cc.
  4. Disentri amuba, diare: Ambil akar pare yang masih segar sebanyak 30 g. Dicuci bersih lalu dipotong‑potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan gula pasir secukuonya lalu diminum.
  5. Cacingan pada anak: 1) Daun segar sebanyak 7 g, diseduh dengan 1/2 cangkir air panas. Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok teh madu. Aduk sampai merata, minum sekaligus sebelum makan pagi. 2) Ambil dua sampai tiga biji pare, Giling sampai halus, ad0k dengan sedikit air masak. Minum, disusul dengan minum air hangat. Rarnuan ini untuk pengobatan infeksi cacing gelang.
  6. Menyuburkan rambut yang tipis dan kemerahan: 1) Ambil segenggam daun pare, cuci bersih. Daun kemudian ditumbuk sampai seperti bubur, tambahkan air 3/4 gelas. Rarnuan ini kemudian diembunkan semalaman. Pagipagi ramuan ini disaring, airnya dipakai untuk membasuh kulit kepala. 2) Ambil daun pare yang masih segar secukupnya, lalu dicuci bersih. Daun pare tadi ditumbuk sampai halus, lalu diperas dengan sepotong kain. Airnya dipakai untuk melumas kulit kepala. Lakukan setiap hari. Rarnuan ini terutama digunakan untuk bayi dan anak balita.
  7. Bisul, abses: Ambil segenggam daun pare, cuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas, Setelah dingin disaring, minum.
  8. Demam, malaria, sakit lever, sembelit, cacingan: Segenggam penuh daun pare dicuci bersih, lalu ditumbuk halus. Tambahkan 1 cangkir air matang, diaduk merata lalu disaring, Air saringannya ditambahkan sedikit garam, lalu diminum pada pagi hari sebefum makan.
  9. Kencing nanah: 6 lembar daun pare, 2 jari akar jayanti, 2 jari kulit kemboja, 1 jari rimpang temulawak, 3 jari gula enau, dicuci dan dipotong‑potong seperlunya. Rebus dengan 4 gelas air sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
  10. Sitilis: 5 lembar daun pare, 2 jari akar jayanti, 3/4 jari rimpang temulawak, 3/4 jari batang brotowali, 1 jari gadung cina, 3 jari gula enau, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 4,5 gelas air bersih, sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
  11. Batuk, batuk rejan: 1/3 genggarn daun pare hutan dicuci bersih lalu digiling sampai halus. Tambahkan 3/4 cangkir air masak dan sedikit garam, aduk merata lalu disaring, minum. Lakukan 2 kali sehari.
  12. Melancarkan pengeluaran ASI: Daun pare secukupnva dicuci bersih, lalu digiling halus. Balurkan disekeliling payudara.
  13. Sarlawan, disr‑nenorrhoea: 60 g buah pare dibuang bijinya lalu diparut, peras dengan sepotong kain. Air parutannya ditambah sedikit gula, aduk sampai merata. Minum sekaligus.
Catatan: Penderita dengan organ limpa dan lambungnya lemah serta dingin, makan buah pare dapat menimbulkan sakit perut dan muntah berak. Wanda hamil dilarang menggunakan daun paria.

No comments:

Post a Comment