Gandum (Triticum spp.) adalah sekelompok tanaman serealia dari suku padi-padian yang kaya akan karbohidrat. Gandum biasanya digunakan untuk memproduksi tepung terigu, pakan ternak, ataupun difermentasi untuk menghasilkan alkohol.
Sejarah
Masyarakat prasejarah sudah mengenal sifat-sifat gandum dan tanaman
biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan. Berdasarkan penggalian
arkeolog, diperkirakan gandum berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak 2700 SM [1].
Klasifikasi
Gandum merupakan makanan pokok manusia, pakan ternak dan bahan industri yang mempergunakan karbohidrat sebagai bahan baku. Gandum dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur biji gandum (kernel), warna kulit biji (bran), dan musim tanam. Berdasarkan tekstur kernel, gandum diklasifikasikan menjadi hard, soft, dan durum. Sementara itu berdasarkan warna bran, gandum diklasifikasikan menjadi red (merah) dan white (putih). Untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi winter (musim dingin) dan spring (musim semi). Namun, secara umum gandum diklasifikasikan menjadi hard wheat, soft wheat dan durum wheat.
T. aestivum (hard wheat)
T. aestivum adalah spesies gandum yang paling banyak ditanam di dunia dan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti
karena mempunyai kadar protein yang tinggi. Gandum ini mempunyai
ciri-ciri kulit luar berwarna coklat, bijinya keras, dan berdaya serap
air tinggi. Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima butir gabah.
T. compactum (soft wheat)
T. compactum merupakan spesies yang berbeda dan hanya sedikit
ditanam. Setiap bulirnya terdiri dari tiga sampai lima buah, berwarna
putih sampai merah, bijinya lunak, berdaya serap air rendah dan berkadar
protein rendah. Jenis gandum ini biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kadang-kadang membuat roti.
T. durum (durum wheat)
T. durum merupakan jenis gandum yang khusus. Ciri dari gandum
ini ialah bagian dalam (endosperma) yang berwarna kuning, bukan putih,
seperti jenis gandum pada umumnya dan memiliki biji yang lebih keras,
serta memiliki kulit yang berwarna coklat. Gandum jenis ini digunakan
untuk membuat produk-produk pasta, seperti makaroni, spageti, dan produk pasta lainnya [3].
Morfologi biji
Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan
diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur
yang keras. Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ) [4].
Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena
merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini
biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan.
Bran
Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5%
dari total keseluruhan gandum. Bran terdiri dari 5 lapisan yaitu
epidermis (3,9%), epikarp (0,9%), endokarp (0,9%), testa (0,6%), dan
aleuron (9%). Bran memiliki granulasi lebih besar dibanding pollard, serta memiliki kandungan protein dan kadar serat
tinggi sehingga baik dikonsumsi ternak besar. Epidermis merupakan
bagian terluar biji gandum, mengandung banyak debu yang apabila terkena
air akan menjadi liat dan tidak mudah pecah. Fenomena inilah yang
dimanfaatkan pada penggilingan gandum menjadi tepung terigu agar lapisan
epidermis yang terdapat pada biji gandum tidak hancur dan mengotori
tepung terigu yang dihasilkan. Kebanyakan protein yang terkandung dalam bran adalah protein larut (albumin dan globulin).
Endosperma
Endosperma merupakan bagian yang terbesar dari biji gandum (80-83%) yang banyak mengandung protein, pati, dan air.
Pada proses penggilingan, bagian inilah yang akan diambil
sebanyak-banyaknya untuk diubah menjadi tepung terigu dengan tingkat
kehalusan tertentu [5].
Pada bagian ini juga terdapat zat abu yang kandungannya akan semakin
kecil jika mendekati inti dan akan semakin besar jika mendekati kulit.
Lembaga
Lembaga terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%. Lembaga merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak lemak
dan terdapat bagian yang selnya masih hidup bahkan setelah pemanenan.
Di sekeliling bagian yang masih hidup terdapat sedikit molekul glukosa, mineral, protein, dan enzim. Pada kondisi yang baik, akan terjadi perkecambahan
yaitu biji gandum akan tumbuh menjadi tanaman gandum yang baru.
Perkecambahan merupakan salah satu hal yang harus dihindari pada tahap
penyimpanan biji gandum. Perkecambahan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya kondisi kelembapan yang tinggi, suhu yang relatif hangat dan kandungan oksigen yang melimpah.
Tepung terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi dan roti. Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang berarti "gandum".
Tepung terigu mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten,
yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari
bahan terigu. Tepung terigu juga berasal dari gandum, bedanya terigu
berasal dari biji gandum yang dihaluskan, sedangkan tepung gandum utuh
(whole wheat flour) berasal dari gandum beserta kulit arinya yang
ditumbuk.
Pembuatan tepung terigu
Tepung terigu diperoleh dari hasil penggilingan biji gandum yang
mengalami beberapa tahap pengolahan (Paul & Helen 1972). Beberapa
tahap proses pengolahan tersebut adalah tahap persiapan dan tahap
penggilingan. Tahap persiapan meliputi proses cleaning (pembersihan), dampening (pelembapan), dan conditioning (pengondisian). Pada tahap cleaning,
gandum dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti debu, biji-biji lain
selain gandum (seperti biji jagung, kedelai), kulit gandum, batang
gandum, batu-batuan, kerikil, logam, dan lain-lain [6]. Kontaminan-kontaminan tersebut harus dipisahkan dari gandum sebelum proses penggilingan. Penggunaan ayakan kasar dan magnet
dapat memisahkan benda-benda asing dan substansi logam yang terdapat
pada gandum. Kontaminan kecil memerlukan perlakuan khusus untuk
memisahkannya dari gandum.
Gandum yang telah dibersihkan mengalami proses selanjutnya yaitu proses dampening dan conditioning. Proses dampening adalah proses penambahan air agar campuran gandum memiliki kadar air yang diinginkan [6]. Proses dampening
tergantung pada kandungan air dari gandum, kepadatan, dan kekerasan
biji gandum. Jumlah air yang ditambahkan dapat dihitung secara matematis
dengan menggunakan persamaan:
W adalah jumlah air yang ditambahkan (kg), M2 adalah kadar air yang
diinginkan (%), M1 adalah kadar air gandum awal (%), dan Q adalah berat
gandum (kg).
Setelah melalui proses dampening selanjutnya gandum mengalami conditioning
dengan menambahkan air pada gandum dan didiamkan selama waktu tertentu
agar air benar-benar meresap. Tahap ini bertujuan untuk membuat kulit
gandum menjadi liat sehingga tidak hancur pada saat digiling dan dapat
mencapai kadar air tepung terigu yang diinginkan serta memudahkan
endosperma terlepas dari kulit dan melunakkan endosperma.
Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan yang meliputi proses breaking, reduction, sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah memisahkan endosperma dari lapisan sel aleuron atau lapisan kulit. Diawali dengan proses breaking, endosperma dihancurkan menjadi partikel-partikel dalam ukuran yang seragam dalam bentuk bubuk seukuran tepung. Tahap penggilingan selanjutnya adalah proses reduction, yaitu endosperma yang sudah dihancurkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu, untuk selanjutnya diayak untuk dipisahkan dari bran dan pollard. Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping seperti dedak, pollard, pellet,
dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk
memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik.
Proses tepung yang baik umumnya menghasilkan 74-84% tepung terigu
sedangkan bran dan pollard kira-kira 20-26%. Tepung hasil
produksi dianalisis di laboratorium kendali mutu untuk dianalisis
kandungan-kandungan dalam tepung terigu yang meliputi penetapan kadar
air, kadar abu, kadar protein, dan kadar gluten, uji warna, uji farinograph, ekstensograph, alveograph, amylograph, serta analisis mikrobiologi.
Jenis tepung terigu
- Tepung berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang mengandung kadar protein tinggi, antara 11%-13%, digunakan sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta, dan donat.
- Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung terigu yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-10%, digunakan sebagai bahan pembuat kue cake.
- Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar 6%-8%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti biskuit atau kulit gorengan ataupun keripik.
Sumber : wikipedia..id.org dan lainnya
No comments:
Post a Comment