Nama
: Asam jawa dalam bahasa Lubai Asam Jawe, Nama ilmiah Tamarindus
indica, Family : Fabaceae (Leguminosae), Marga Tamarindus. Nama lain :
Asam (Malaysia), Asem (Jawa), Sampalok (Tagalog), ma-kham (Thailand),
dan tamarind (Inggris).
Keterangan :
Asam
jawa adalah sejenis buah yang masam rasanya; biasa digunakan sebagai
bumbu dalam banyak masakan Indonesia sebagai perasa atau penambah rasa
asam dalam makanan, misalnya pada sayur asam atau kadang-kadang kuah
pempek. "Asam" adalah nama umum yang dipakai untuk semua bumbu dapur
pemberi rasa masam pada masakan, termasuk juga asam kandis dan asam
gelugur. Nama "asam jawa" dipakai oleh orang Melayu karena dipakai dalam
masakan Jawa. Tumbuhan ini sendiri didatangkan oleh orang-orang dari
India. Nama Tamarindus dan tamarind diturunkan dari bahasa Arab تمرهندي
tamr hindī. Artinya kurang lebih: kurma India.
Pohon
asam berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa gugur
daun), tinggi sampai 30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2 m.
Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan memecah,
beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun, melebar dan
membulat. Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13 cm, terletak
berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing, merah jambu
keputihan. Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang, masing-masing
berukuran 0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya miring dan
membundar, ujung membundar sampai sedikit berlekuk.
Bunga
tersusun dalam tandan renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting,
sampai 16 cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan daun
mahkota 5 buah, berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan urat-urat
merah coklat, sampai 1,5 cm.
Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji sampai 10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi.
Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji sampai 10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi.
Ekologi :
Asam
jawa termasuk tumbuhan tropis. Asal-usulnya diperkirakan dari savana
Afrika timur di mana jenis liarnya ditemukan, salah satunya di Sudan.
Semenjak ribuan tahun, tanaman ini telah menjelajah ke Asia tropis, dan
kemudian juga ke Karibia dan Amerika Latin. Di banyak tempat yang
bersesuaian, termasuk di Indonesia, tanaman ini sebagian meliar seperti
di hutan-hutan savana. Pohon asam dapat tumbuh baik hingga ketinggian
sekitar 1.000 m dpl, pada tanah berpasir atau tanah liat, khususnya di
wilayah yang musim keringnya jelas dan cukup panjang.
Kegunaan :
Daging
buah asam jawa sangat populer, dan digunakan dalam aneka bahan masakan
atau bumbu di berbagai belahan dunia. Buah yang muda sangat masam
rasanya, dan biasa digunakan sebagai bumbu sayur asam atau campuran
rujak. Buah yang telah masak dapat disimpan lama setelah dikupas dan
sedikit dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Asem kawak --demikian
ia biasa disebut-- inilah yang biasa diperdagangkan antar pulau dan
antar negara. Selain sebagai bumbu, untuk memberikan rasa asam atau
untuk menghilangkan bau amis ikan, asem kawak biasa digunakan sebagai
bahan sirup, selai, gula-gula, dan jamu.
Thailand juga menghasilkan asam jawa yang manis rasanya. Buah ini populer dan dimakan dalam keadaan segar; karena itu diekspor dalam bentuk polong yang belum dikupas. Biji asam biasa dimakan setelah direndam dan direbus, atau setelah dipanggang. Selain itu, biji asam juga dijadikan tepung untuk membuat kue atau roti.
Di samping daging buah, banyak bagian pohon asam yang dapat dijadikan bahan obat tradisional. Daun mudanya (Jw. sinom) digunakan sebagai tapal untuk mengurangi radang dan rasa sakit di persendian, di atas luka atau pada sakit rematik. Daun muda yang direbus untuk mengobati batuk dan demam. Kulit kayunya yang ditumbuk digunakan untuk menyembuhkan luka, borok, bisul dan ruam. Kulit kayu asam juga digunakan sebagai obat kuat. Tepung bijinya untuk mengobati disentri dan diare.
Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras dan bertekstur halus, sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan patung. Bagi anak-anak di Jawa Tengah, kayu asam merupakan kayu pilihan untuk membuat gasing. Biji asam juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon. Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh, terutama terkenal di sepanjang jalan raya Daendels, dari Anyer hingga Panarukan.
Pelaut-pelaut Bugis pada masa lalu diketahui menanam pohon asam jawa di pantai utara Australia, di Northern Territory di saat mereka beristirahat menunggu datangnya angin untuk kembali ke daerah asal. Pohon-pohon asam jawa ini menjadi petunjuk kontak orang Aborigin setempat terhadap orang luar sebelum kedatangan orang Eropa.
Thailand juga menghasilkan asam jawa yang manis rasanya. Buah ini populer dan dimakan dalam keadaan segar; karena itu diekspor dalam bentuk polong yang belum dikupas. Biji asam biasa dimakan setelah direndam dan direbus, atau setelah dipanggang. Selain itu, biji asam juga dijadikan tepung untuk membuat kue atau roti.
Di samping daging buah, banyak bagian pohon asam yang dapat dijadikan bahan obat tradisional. Daun mudanya (Jw. sinom) digunakan sebagai tapal untuk mengurangi radang dan rasa sakit di persendian, di atas luka atau pada sakit rematik. Daun muda yang direbus untuk mengobati batuk dan demam. Kulit kayunya yang ditumbuk digunakan untuk menyembuhkan luka, borok, bisul dan ruam. Kulit kayu asam juga digunakan sebagai obat kuat. Tepung bijinya untuk mengobati disentri dan diare.
Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras dan bertekstur halus, sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan patung. Bagi anak-anak di Jawa Tengah, kayu asam merupakan kayu pilihan untuk membuat gasing. Biji asam juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon. Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh, terutama terkenal di sepanjang jalan raya Daendels, dari Anyer hingga Panarukan.
Pelaut-pelaut Bugis pada masa lalu diketahui menanam pohon asam jawa di pantai utara Australia, di Northern Territory di saat mereka beristirahat menunggu datangnya angin untuk kembali ke daerah asal. Pohon-pohon asam jawa ini menjadi petunjuk kontak orang Aborigin setempat terhadap orang luar sebelum kedatangan orang Eropa.
Catatan :
Penulis pernah menanam pohon Asam Jawa dari biji, tumbuh subur ditanam pada Kebon
Kopi di desa Datar Lebuai, kecamatan Air Naningan, Pulau Panggung, kabuapaten Tanggamus, provinsi
Lampung.
Sumber : id.wikipedia
No comments:
Post a Comment